"Jeff."
Jeffian berjalan meninggalkan pintu apartment nya saat melihat Miguel yang datang ke Milan dan kali ini bersama Jeka. Miguel sebenarnya merasa canggung saat melihat Jeffian tidak membalas sapaannya, maka dari itu ia hanya mengkode Jeka untuk masuk dan bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa dan seolah semua baik-baik saja.
"Lama banget kita gak ketemu, makin keren aja lo!" puji Jeka pada Jeffian yang kini duduk memunggungi mereka, menghadap sebuah kanvas putih yang masih bersih.
Jeka lalu menggaruk kepalanya melihat Jeffian yang juga mengabaikan dirinya, ia pun lalu menyikut perut Miguel yang segera mengaduh kesakitan.
"Woi, Jeff, ada teman-teman lo datang jauh-jauh ke Milan bisa kali disambut?!" sindir Miguel.
Namun Jeffian kini justru sibuk menuangkan cat ke palet dan membasahi kuasnya, masih mengabaikan keduanya.
"Bangsat nih bocah—"
Miguel yang naik pitam karena tingkah kekanakan Jeffian itu berjalan hendak menarik kerah Jeffian tetapi Jeka dengan segera menahan Miguel dan berbisik kesal, "goblok, lo lupa tujuan kita ke sini apa?!"
"Iya gue ingat! Buat bantu dia kan? Tapi lihat noh, si anjir malah diam aja!" tunjuk Miguel, sengaja tidak menurunkan volume suara.
"Ya dia lagi patah hati, bego!" balas Jeka yang lalu menepuk pundak Miguel keras.
Miguel menghela nafasnya kasar dan menarik dirinya dari tangan Jeka yang menahannya, "terserah, gue mau berak dulu."
Miguel berjalan ke arah toilet apartment itu dan masuk ke dalam ruangan yang tidak terlalu besar itu, tetapi alih-alih melakukan apa yang ia bilang, Miguel justru menaik keluar ponselnya dan menghubungi seseorang yang dengan segera menjawab panggilannya.
"Enzo, Jeffian kayaknya gila dah," ucap Miguel.
Ya, benar, Miguel kini sedang tersambung panggilan dengan Enzo yang berada di Indonesia. Selama beberapa hari terakhir setelah kepulangan Enzo dan Roseanne ke Indonesia, Enzo selalu mengetahui update kabar Jeffian melalui Miguel dan secara tipis-tipis memberi tahu Roseanne mengenai kondisi pemuda itu.
"Miguel, lo kalau kasih informasi yang serius," omel Enzo.
"Dia diam mulu, anjir, si Roseanne suruh buka blokiran nomor Jeffian, suruh Roseanne telpon dan ngobrol sama Jeffian dan jangan hilang gitu aja!" balas Miguel yang masih emosi itu.
Enzo menghela nafas, "gue sudah coba ngomong beberapa kali, tapi dia gak mau."
"Kenapa sih?"
"She said, semakin dia berinteraksi sama Jeffian dia takut semakin sakit buat terima kenyataan kalau mereka gak bisa bersama, she said it, I don't know, I don't understand," jelas Enzo.
Miguel tahu bahwa Enzo bukannya tidak paham maksud dari ucapan Roseanne, tetapi tidak pahamnya Enzo lebih ke kondisi yang mereka hadapi, sama, Miguel juga sama tidak pahamnya.
"Dia ada benarnya sih ...."
"Ya, dan gue gak mau buat dia semakin stress karena dia lagi hamil, like ... wanita hamil tuh bisa stress karena gangguan hormonal dan gue gak mau memperparah."
"Oh ya, just information aja sih, lebam di wajah Jeffian belum sembuh sampai sekarang, lo kenapa harus mukul dia sih? Kasihan tahu!" omel Miguel.
"Di Nice, gue sudah bilang ke Jeffian untuk jangan pernah membuat keputusan bodoh ke Roseanne atau dia bakal gue hajar dan gue buktikan bahwa gue benar-benar pegang omongan gue waktu itu, bukan hanya sekedar omong kosong aja," jawab Enzo.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] France and Italy
Fanfiction"Lo kira gue akan lepasin Roseanne gitu aja? Gak semudah itu, Jeff."