xxxvii. le vœu

1.2K 213 61
                                    

Double update!
Cek chapter sebelumnya!

•••

Hari demi hari berlalu, minggu demi minggu telah terlewati.

Begitu ia terbebas dari perlindungan atap bangunan besar itu Jeffian segera menatap langit biru yang begitu cerah, tetapi matanya tampak berkelabu.

"Lo serius gak mau ikut ke acara pernikahan mereka? Ketemu Roseanne setidaknya untuk terakhir kali?" tanya Miguel yang membawa backpack dan juga sebuah koper.

Jeffian menggelengkan kepala, "gue ... gak mau merusak acara itu."

"Serius?"

Jeffian mengangguk.

"Jujurnya sampai detik ini gue gak paham sama pemikiran lo sih, sebelum janur kuning melengkung bro—"

"Miguel, gue tahu betapa Roseanne sayang sama orang tuanya dan gue gak mau membuat dia durhaka dengan kedua orang tuanya, she loves them and they love her," potong Jeffian.

"Terus gimana dengan anak lo?" tanya Miguel.

"Ya, gak gimana-gimana, dia tetap anak gue," jawab Jeffian.

"Oke ... terus rencana lo sekarang apa? Kalau gue balik ke Jakarta karena emang mau hadir pernikahan Enzo sama Roseanne," ucap Miguel.

"Gue mau fokus ke studio seni gue, sudah terlalu lama gue tinggal."

Miguel pun hanya menganggukkan kepala sebelum akhirnya ia merangkul pundak Jeffian dan kedua pemuda itu berjalan menuju area taksi bandara untuk menemukan taksi dan pergi ke tujuan mereka masing-masing.

•••

Upacara pemberkatan dan resepsi pernikahan yang diadakan secara private itu berlangsung cepat karena kondisi Roseanne yang kini telah memasuki usia kehamilan 3 bulan.

Roseanne Dwi Richman, secara resmi kini telah menjadi Roseanne Dwi Winarta.

Ia resmi menjadi istri Enzo, sahabatnya.

Kini gadis itu duduk di depan cermin yang berada di kamar hotelnya seorang diri, Enzo sedang mengurus suatu hal, entahlah pemuda itu tidak menjelaskan dengan detail apa yang ia lakukan.

Melepas wedding veil yang tertata apik di pucuk kepalanya, Roseanne melihat pantulan bayangan dirinya yang terhias dengan make up tipis dan gaun putih panjang tetapi ringan, berbeda dengan gaun saat pemberkatan yang terasa lebih berat karena begitu panjangnya ekor gaun.

Roseanne mengingat ekspresi Enzo saat melihat dirinya berjalan menuju altar.

Tidak lagi berkaca-kaca, Enzo menangis, ujung hidung pemuda itu memerah. Pemandangan yang bahkan hingga saat ini terasa aneh bagi Roseanne, melihat Enzo menangis di hari pernikahan adalah hal yang sudah dapat bayangkan.

Namun yang tidak terbayangkan adalah pengantin wanita yang bersanding dengan Enzo adalah dirinya. Buruknya, mereka menikah karena sebuah kejadian yang sangat ingin Roseanne lupakan, sudah cukup rasa pilu dan sakit yang ia rasakan.

Ia hanya ingin fokus melihat masa depannya.

Roseanne meletakkan wedding veil itu di atas meja rias.

Tepat pada saat itu pintu kamar hotel terbuka, Enzo yang masih mengenakan tuxedo berwarna putih masuk ke dalam kamar dengan keringat membasahi pelipisnya. Pemuda itu langsung menghampiri Roseanne dan mengecek kondisi Roseanne.

"Aku siapkan air hangat buat kamu ya? Punggung kamu sakit gak?" tanya Enzo mengusap pinggang Roseanne karena beberapa hari terakhir gadis itu mengeluhkan sakit punggung.

[✔] France and ItalyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang