xxxviii. javier amany winarta

1.2K 214 86
                                    

Semua hari terisi oleh jumlah jam yang sama; 24 jam.

Namun mengapa terkadang terdapat hari-hati di mana 24 jam terasa lama dan di hari lain 24 jam terasa cepat? Apakah itu semua bergantung pada bagaimana kita menjalani hari itu?

Apakah itu semua bergantung atas apa yang kita rasakan pada hari itu?

Sebuah ruangan berukuran 10m x 10m di dalam gedung bertingkat, di kota Jakarta akan menjadi lokasi pembuka bagian cerita ini.

Ruangan itu tidak terlalu dingin ataupun terlalu panas.

Roseanne yang terbaring di ranjang itu meneteskan air mata dan badan dipenuhi keringat yang begitu banyak bercampur dengan air mata wanita itu.

Disampingnya, Enzo menggenggam erat tangan Roseanne, menciumi pelipis sang istri dengan mata berkaca-kaca, membisikkan kata-kata indah di telinganya untuk mengalihkan rasa sakit yang wanita itu rasakan.

"Aku mencintaimu."

"I'll always protect you."

"You're the best woman ever."

Klise, tetapi cukup membuat jantung Roseanne berdebar sembari menahan perih dan sakit yang ia rasakan. Hingga akhirnya, perjuangan selama 8 sampai 10 jam itu telah berakhir saat sebuah suara tangisan bersaut dengan erangan dari Roseanne memenuhi ruangan itu.

Tautan tangan Enzo dan Roseanne mengerat, air mata pria itu akhirnya jatuh juga, tidak kuasa menahan rasa haru, sedih dan bangga melihat sebuah keajaiban dan karunia Tuhan tepat dihadapannya.

"You did well, Roseanne, you did well, sayang," bisik Enzo pada Roseanne yang kini mengerjap pelan, pria itu terus menerus berusaha mengajak wanita itu berbicara, menjaganya agar jangan sampai ia tertidur.

"Enzo, thank you," balas Roseanne pelan.

Enzo tersenyum kemudian menyeka anak rambut Roseanne yang menempel di kening wanita itu, "kamu dengar suaranya?"

"Sangat lantang, oh he's gonna be so brave," kekeh Enzo kemudian.

Dengan lemas Roseanne tersenyum, "he is."

Beberapa obrolan kecil terus Enzo bangun hingga salah seorang suster menghampiri keduanya, membawa seorang anak bayi yang masih berwarna merah, baru saja dilahirkan ke dunia, siap untuk bertemu kedua orang tuanya.

"Selamat Bapak dan Ibu Winarta, bayi Bapak dan Ibu lahir dengan selamat dan sehat," ucap sang suster sebelum secara perlahan sang suster sedikit memiringkan gendongan itu agar sang ibu dapat melihat buah hati yang baru saja ia lahirkan.

Momen disaat Roseanne melihat bayi yang suster itu bawa, pada saat itu juga ia segera menangis tanpa suara dengan berbagai macam perasaan tercampur di dalamnya.

Enzo segera memeluk Roseanne, ia tahu dan paham apa yang sang istri kini tengah rasakan sekarang, ia lalu melepas pelukan itu dan mengusap kepala sang istri, "I think you should tell the nurse his name, right?"

Dan sang suster mendengar ucapan Enzo.

"Ah, benar! Siapa nama jagoan kecil Bapak dan Ibu Winarta ini?" tanya sang suster dengan antusias, benar-benar menunjukkan dedikasinya dalam pekerjaan di bidang jasa pelayanan.

"Javier," ucap Roseanne di antara air matanya.

"Javier Amany Winarta," sambung wanita itu lagi dengan senyuman di wajah.

Sang suster tersenyum kemudian berbicara pada anak bayi itu seolah anak bayi yang menangis itu paham, "halo, Javier, sekarang say goodbye dulu sama Mama ya, Mama mau dirawat dulu."

[✔] France and ItalyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang