4

763 94 16
                                    

Seokjin sudah tak sanggup lagi namun kala melihat Yoongi yang akan menyerangnya ia mencoba tetap terjaga. Disana Yoongi berlari kencang kearahnya. Seokjin memasang kuda-kuda.

"Meskipun aku tidak berhasil memiliki seorang kakak, setidaknya aku memiliki teman."

Seokjin berdoa dalam hati, sayangnya, Yoongi tak segan mendorong Seokjin. Ia tersakiti kedua kalinya.

Seokjin menghantam lantai, kepalanya semakin terasa sakit.

"Kau kalah Jin! Sekarang berhenti menganggu ku untuk selamanya!"

Ia menggigit bibir bawahnya, mendengar hal itu terasa menyesakkan, sampai ia tak sadar dirinya mulai kehabisan darah karena mimisan.

Kakaknya tak mengakuinya dan Yoongi juga pergi.

Seokjin rasa, pergi pun tak masalah. Ia tak punya apa-apa lagi untuk berbagi kesepiannya.

"Jin? Seokjin?"

Seseorang memanggilnya. Seokjin bergerak tak nyaman.

"Seokjin bangunlah!"

Ia membuka mata. Disana Taehyung dan perawat UKS sedang menatap Seokjin khawatir.

"Apa yang kau rasakan?"

Seokjin memegang kepalanya "Kepalaku sakit. Aku tak bisa bergerak."

"Kau pingsan Jin, aku menemukanmu di auditorium dan mimisan mu sangat banyak. Apa yang terjadi?"

Seokjin mulai menyusun kepingan, sepertinya ia pingsan dan Taehyung membawanya kesini. Yoongi pasti meninggalkan nya sendirian. 

"Aku kelelahan."

"Kau harus ke rumah sakit, cek darah, mungkin kau kehilangan banyak darah dan tak bisa bergerak sekarang."

"Aku baik. Aku sudah terbiasa mimisan jangan khawatir."

Perawat itu mengambil teh manis "Minumlah."

"Aku bantu."

Taehyung mengangkat kepala Seokjin dan perawat tersebut memberinya minum. Taehyung menatap Seokjin iba.

"Terimakasih. Taehyung?"

"Ada apa Jin?"

"Apa kau mau berteman denganku?"

Taehyung tertegun. Bukankah status pertemanan itu sudah terjadi sejak awal mereka mengetahui nama masing-masing? Namun Taehyung hanya mengangguk. Seokjin adalah anak yang baik, ia juga tak masalah berteman dengannya.

"Tentu saja. Bukannya kita memang teman?"

Seokjin tersenyum. Namun 5 detik kemudian ia mengusap ujung matanya yang berair.

"Apa ada yang sakit Jin?"

Seokjin terkekeh "Tidak. Aku hanya merasa senang. Sekali lagi, terimakasih."

"Santai saja. Kau tidak perlu terlalu banyak berterimakasih."

Tanpa Taehyung paham, status teman yang Taehyung pikir hal biasa, bagi Seokjin adalah hal yang sangat istimewa.













Waktu pulang sudah tiba, sejak ia kembali, Yoongi tak mendapati Seokjin di kelas. Apa anak itu tidak kembali lagi? Tch, ternyata dia juga tukang bolos. Pikirnya dalam hati.

"Apa dia sakit hati dan menangis di kamar mandi? Ah terserah lah. Ini lebih baik daripada aku harus berteman dengannya."

Mengingat kata itu membuat Yoongi menunduk sendu.

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang