25

616 90 25
                                    

Seoknam datang dengan terkejut, karena pintu rumahnya yang terbuka lebar, padahal ia yakin sudah menutup pintunya.

Segera ia berlari menuju rumah, namun saat ia berada di ambang pintu, ia sadar akan sesuatu.

"Kenapa aku harus takut? Aku tak memiliki apapun untuk dicuri."

Ia pun masuk dengan santai. Saat ia di dalam, matanya memicing pada seseorang yang duduk memeluk lutut dengan kepala yang tenggelam diantara lipatan kaki.

"Kau datang."

Kata Namjoon yang sudah bangun.

"Ada apa kau kesini, Joon-ah?"

"Aku hanya memintamu untuk bertanggung jawab," ucap Namjoon sambil berdiri.

"Apa?"

"Seokjin butuh ginjal."

Seoknam tertawa "Ahhahaha.. aku bukannya tak mau melakukan itu, tapi aku bahkan tak peduli padanya."

Namjoon tak segan menarik kerah Seoknam namun ia menahan dirinya, karena ia tak mau mewarisi sikap kasar dari sang ayah.

"Kumohon."

"Mwo!?"

"Aku mohon bantu aku selamatkan Seokjin, ayah.."

Seoknam dibuat terheran. Namjoon yang ia tahu adalah sosok dingin dan teguh, namun kini kalimatnya penuh memohon.

"Aku sama jahatnya denganmu, ini semua salahmu namun aku juga merasa bersalah membiarkan Seokjin tinggal dengan monster seperti ayah."

Seoknam diam. Ia tak mampu berkata-kata.

"Bisakah ayah mengabulkan permohonan ini? Mungkin Seokjin tidak akan selamat, tapi jika ayah membantu, Seokjin akan hidup lebih lama."

"Kenapa kau berubah? Bukannya kau juga ingin anak itu mati?"

"Seokjin hanya seorang anak yang tak tahu dosa apa yang ia perbuat sampai harus merasakan semua ini. Aku ingin memberi Seokjin kebahagiaan yang seharusnya dia dapat sejak dulu."

"Lalu bagaimana denganku? Kau pikir aku bahagia jika Seokjin bahagia?"

"Ayah--"

"Andai anak itu mati sejak awal pasti aku masih bersama denganmu, dengan Hyera!"

"Ayah kau yang membuat Seokjin lahir, kau yang seharusnya bertanggung jawab," Namjoon masih berusaha menahan emosinya.

"Dia menghancurkanku, jika dia hancur sekarang itu bagus. Diantara kami tidak ada yang pantas bahagia!"

"Kau membuat kesabaran ku habis, yah."

Namjoon mendekat dengan aura kelam, matanya gelap, ia menunduk mengepal tangan kuag kuat.

"Kau brengsek."

BUGH

Namjoon memukul Seoknam tepat di perutnya. Membuat Seoknam muntah seketika.

"Kau bahkan yang membuatku benci pada Seokjin."

DUKH

Seoknam yang masih tersungkur mau tak mau menerima tendangan keras Namjoon.

"Semua ini salahmu!"

BUGH

Namjoon terus memukuli, menghakimi Seoknam dan memberinya pelajaran atas semua yang Seokjin lalui.

Ayah kandungnya kini babak belur penuh lebam tersungkur di lantai.

"Kuharap Seokjin mati!!"

"Kau sudah hancur begini masih bisa bicara rupanya."

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang