Sampai kapan Seokjin akan disini.
Sudah seminggu Seokjin mendekam di rumah sakit, rasanya seperti 1 tahun lamanya. Lagi-lagi ia harus menjalani proses cuci darah. Dalam hati ia bertanya apakah separah ini sampai ia hampir setiap hari melakukan cuci darah? Bahkan Seokjin sudah tak bisa lepas dari oksigen di hidungnya.
Seokjin bergerak gusar membetulkan posisinya agar lebih nyaman.
"Kenapa?" Tanya Namjoon yang senantiasa menemani Seokjin.
"Tidak Hyung. Hanya sedikit pegal."
"Kau mau permen?"
Seokjin menggeleng. Ia mual. Bisa makan malam saja sudah bersyukur. Apalagi sekarang bobotnya yang kurus semakin kurus, hanya tangan kirinya saja yang bengkak karena ginjalnya tak bisa mengendalikan cairan.
"Apa besok sudah boleh pulang?"
"Mungkin."
"Aku ingin pulang Hyung. Kurasa disini keadaan ku tidak membaik."
"Dokter bilang setidaknya sampai paru-parumu berfungsi dengan baik, kau boleh pulang. Apa sekarang masih sesak?"
"Masih.. tapi Jin tidak nyaman pakai ini."
"Apa kau mau menggantinya dengan masker?"
Seokjin menggeleng "Makin tidak nyaman Hyung."
"Ya sudah kau tidur lagi."
Seokjin memejamkan matanya. Rasa pusing langsung mendera, seketika Seokjin mengernyut menahan pening.
"Hyung.." lenguhnya kala tangan Namjoon mengusap lembut kepalanya.
"Apa masih pusing?"
"Sedikit."
Namjoon mengangguk paham. Ia meraih satu tangan Seokjin yang terpasang infus, tangan itu penuh luka suntikan, bahkan lebam tanpa alasan pun semakin banyak. Membuat Namjoon ngeri sendiri.
Namun ia tak pernah jijik, ia selalu menempelkan tangan hangat Seokjin ke pipinya. Meskipun tangan Seokjin kasar, Namjoon tetap suka.
❤️
Lembut tangan Hyera menggaet lengan kekar milik Johnny. Berjalan bersama di lorong rumah sakit dengan totebag yang Johnny pegang di tangan kosongnya.
Mereka nampak layaknya pasangan pada umumnya.
"Kau senang?"
"Senang kenapa?" Tanya balik Johnny yang tiba-tiba dilontarkan pertanyaan oleh Hyera.
"Setelah bertahun-tahun akhirnya aku, kau, punya keturunan."
"Maafkan aku membuatmu menunggu."
"Kau belum menjawab pertanyaanku. Apa kau senang?"
"Senang memiliki anak denganmu?"
"Iya.."
"Sejak awal aku sudah punya Namjoon, jadi dari dulu aku sudah sangat senang."
"Namjoon kan--"
"Namjoon anakku. Aku harap kau tidak melupakan itu."
"Tapi Yeobo.. dia bukan anak kandungmu."
"Kandung atau bukan, anak tetaplah anak. Termasuk juga Seokjin."
Sambil berjalan. Hyera mengusap air matanya. Johnny adalah pria yang romantis dan sangat baik, sulit dipahami, bagaimana ia bisa mendapat suami se hebat ini.
"Aigoo.. kenapa kau menangis?" Johnny langsung berhenti dan mengusap air mata Hyera.
"Aku senang, aku sangat bahagia dan merasa beruntung bisa bertemu denganmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah
FanfictionOrang tua Seokjin bercerai sejak ia bayi, ia dirawat oleh sang ayah, di usianya ke 15 Seokjin menemui ibunya yang sudah berkeluarga dengan sang kakak. Dengan pergi kesana Seokjin ingin tahu dimana ia bisa menyebut tempat sebagai rumah.