14

684 90 18
                                    

Di sekolah Yoongi semakin memperhatikan Seokjin. Saat ini mereka sedang berada di kantin dan Yoongi terus menatap Seokjin.

"Yoon kenapa kau terus menatapku?"

"Kau nampak buruk."

Yoongi memegang dahi Seokjin dengan tampaknya. Seokjin yang merasakan sentuhan dingin tangan Yoongi pun memejam mata merasa nyaman.

"Sejak kapan kau demam?"

"Aku demam? Tidak kok."

"Kau panas Jin," ucap Yoongi lalu menarik jus jeruk dingin dari depan Seokjin.

"Itu minuman ku! Kembalikan!"

"Tidak. Kau akan flu kalau minum dingin. Minum air putih saja."

"Aish menyebalkan," ucapnya sambil melahap makanan kembali.

"Mana obatmu?"

"Di rumah."

"Kenapa tidak dibawa?"

"Aku sudah meminumnya tadi pagi."

"Kau harus minum setelah makan siang bodoh."

"Yoon, kenapa kau semakin cerewet huh? akukan tidak apa-apa."

Tidak apa-apa katanya, batin Yoongi. Wajah pucat, sesekali Seokjin merinding kedinginan saat angin berhembus padahal cuaca panas, juga mata sayunya yang sesekali memejam mata terlihat lelah. Sekarang suhu tubuhnya pun tinggi.

"Santai saja Yoon," ucap Seokjin sambil merangkul Yoongi.

Yoongi melepaskan rangkuman tersebut.

"Kau tau sakit mu tidak main-main kan? Aku tidak mau terjadi sesuatu apalagi kau harus dirawat lagi."

Seokjin menatap Yoongi sendu. Kentara bahwa orang-orang kini mulai memperhatikan Seokjin. Hyera, Yoongi, bahkan Namjoon juga.

Mungkin keadaannya seburuk itu tapi Seokjin belum bisa bicara jujur dan membuka diri untuk menerima bantuan orang lain.

Ia merasa, sakitnya bukan tanggung jawab mereka.

"Yoon, aku tau kau khawatir tapi kau harus percaya padaku. Aku akan baik-baik saja seburuk apapun itu."

Yoongi menatap sorot mata Seokjin yang percaya diri.

"Huuft.... kalau begitu aku mohon padamu."

"Apa?"

"Seburuk apapun, kau harus mengatakan nya padaku."

Sejenak Seokjin terdiam. Ia pun tersenyum tipis.

"Hm. Tentu."

Yoongi sedikit tenang. Walau ia tahu sekarang Seokjin kurang baik tapi ia berharap Seokjin menepati ucapannya.






Seoknam tak segan segan membanting Seokjin sampai ia membentur besi ayunan di taman yang sepi. Mereka berada disana karena Seoknam menyadari sejak saat itu Seokjin merubah rute pulangnya dan ia menemukan Seokjin disana sedang melamun.

"Kau mulai berani sekarang? Kau tidak akan bisa lari dari ayah, Seokjin!"

"Ugh," seokjin mencoba bangun dari sana. Menatap Seoknam tanpa takut.

"Jin tidak akan memberi apapun untuk ayah."

"Bagus. Sekarang kau menantangnya ku hah?"

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang