17

833 105 11
                                    

Namjoon diam. Ia memilih berada di mobil membiarkan dirinya larut dalam rasa tidak nyaman. Ia masih ditempat tadi, menatap lurus ke depan tanpa ekspresi.

Sedikit rasa sesal, banyak rasa takut. Terbayang olehnya bagaimana kerasnya Seoknam pada Seokjin bahka ia tega membiarkan Seokjin dalam bahaya.

Namjoon bersender sempurna pada kursi mobil, beralih menatap pada atap yang tak menarik sama sekali.

Jadi selama ini hidupnya berada diatas kesengsaraan Seokjin.

Seokjin merasa aneh. Sejak saat itu dimana Namjoon tahu ia sakit, semakin kesini Namjoon selalu memperhatikannya. Tak jarang ia tertangkap basah sedang memperhatikan Seokjin diam-diam.

"Hyung pasti mengasihaniku saja," ucapnya sendu.

Ia layak dikasihani namun jujur, Seokjin tak suka. Apalagi karena penyakitnya.

"Cepatlah!" Tegas Namjoon.

Seokjin yang sedang memakai sepatu pun mendongak ke atas mendapati Namjoon yang sudah siap dengan pakaian kerjanya.

"Eh? Hyung mau berangkat denganku?"

"Ya."

"Tak usah Hyung, aku berangkat sendiri saja."

Seokjin berdiri lalu pergi meninggalkan Namjoon begitu saja. Ia memang ingin dekat dengan Namjoon namun ia tak mau dikasihani. Biarlah berjalan seperti sebelumnya, Seokjin sudah terbiasa.

"Kau yakin?"

"Iya hyung."

"Sudah hampir masuk jam kelas. Jika tidak ada bus, telpon aku."

Namjoon pun pergi.

Sementara Seokjin berdecak sebal "Aku bahkan tak tahu nomor ponsel Namjoon Hyung."

Seokjin pun segera membereskan perlengkapannya. Lalu berjalan pergi keluar. Benar saja, Namjoon sudah pergi dengan mobilnya.

"Aish aku hampir terlambat," ucapnya. Segera Seokjin berlari pergi keluar.






Namjoon tidak benar-benar berangkat. Ia mengambil arah sebaliknya dan diam-diam mengikuti Seokjin dari jauh. Jam segini sudah pasti tidak ada bus yang melintas karena sudah terlambat 5 menit dari jadwal sebelumnya. Jika mau, ia harus menunggu bis selanjutnya nanti pukul 8, yang artinya Seokjin akan terlambat.

Pekerjaan Namjoon bisa ditunda, ia mendelegasikan pada Hoseok sang sekretaris.

Dari 20 meter disana seokjin berdiri dengan gelisah, menoleh kanan kiri berharap ada bis.

Namun beberapa detik kemudian Seokjin berbalik dan jalan dengan terburu-buru.

"Anak itu mau berangkat jalan kaki? Benar benar.."

Lalu Namjoon melajukan mobilnya menyusul Seokjin.

"Cepat masuk!"

"Namjoon Hyung?" Ucap Seokjin yang nampak terkejut. Ia menoleh kanan kiri gugup.

"Kenapa? Kau mau terlambat?"

"Hyung arah kita berbeda, aku jalan kaki saja."

"Kau jalan kaki, aku akan tetap mengikutimu. Pilih mana?"

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang