10

790 97 9
                                    

Sejak saat itu Hyera berubah, bahkan juga Johnny. Seolah penghuni rumah itu hanya sekedar ada disana namun tanpa banyak bicara, tidak ada kehangatan meski Hyera lebih banyak di rumah dibanding bekerja. Karena sejak itu, Hyera mulai kehilangan minat terhadap apapun. Seolah sesal yang berat karena menghabiskan waktu diluar sementara Seokjin ia tinggalkan, dan tak pernah ia buat waktu bersama dengannya.

Namjoon awalnya senang atas kepergian Seokjin, menganggap bahwa itu hal yang wajar karena ia merasa benar.

Namun

Kini Namjoon melihat bagaimana Hyera menunjukan perubahan.

Ketika mereka makan, tak ada percakapan hangat, tak ada kalimat mengingatkan tak ada perhatian lebih padanya.

Kini di meja makan ketiganya sarapan dengan keheningan. Johnny yang memang pendiam namun Hyera terlihat melamun.

"Bu, ada apa denganmu?" Tanya Namjoon perhatian.

Namun Hyera masih fokus menatap kosong.

"Bu!" Panggil Namjoon meninggi.

"Eh? Iya ada apa Joon?"

"Apa ibu masih memikirkan anak itu!?"

"Turunkan nada bicara mu Namjoon."

"Tidak ayah! Ibu harus paham kalau ia tak seharusnya memikirkan orang lain sementara AKU! AKU adalah anak kandungnya bukan dia!!"

"Maaf tapi Ibu tak bisa mencegah perasaan ini Namjoon, tapi Ibu masih menyayangimu, percayalah!"

"Bohong! Aku tahu kau tak pernah menyayangi ku!!"

"Namjoon! Apa kau tahu dengan siapa kau bicara? Dia ibumu!"

"Tidak. Jika ada ibuku harusnya dia tak usah pedulikan anak itu!!"

Tang. Namjoon melempar keras sendok yang ia kenakan sampai terjatuh. Johnny menggeleng tak percaya dengan perilaku pria 24 tahun itu.

"Hyera, sabar lah. Kita doakan saja Seokjin dan kita doakan juga Namjoon agar ia mau mengerti."

"Yeobo.."

"Wae?"

"Terimakasih banyak. Terimakasih sudah menikahiku, sudah menyayangi Namjoon dan juga Seokjin."

"Hm. Terimakasih juga telah ada disampingku."

Johnny adalah penolong Hyera, dia yang menemukan Hyera mengajaknya menebua bersama dan saling menerima. Johnny yang tak bisa punya keturunan, serta Hyera si penyayang. Sebuah pasangan yang serasi.

Keduanya tak pernah mau berakhir.

Yoongi sesekali menoleh ke bangku Seokjin. Wajah khawatirnya tak terbendung sejak Seokjin tinggal dengannya. Bagaimana tidak, ia sering memergoki Seokjin yang diam-diam meremas pinggang sambil meringis kesakitan. Setiap malam ia selalu mendapati Seokjin berkeringat dingin sangat banyak bahkan besoknya selalu demam. Ia terus seperti itu selama seminggu.

Dan setiap Yoongi bertanya pasti Seokjin hanya akan bilang kalau ia baik-baik saja. Nyatanya, Yoongi tak bisa dibohongi. Yoongi tak bodoh. Seokjin bisa saja tertawa dan tersenyum bodoh tapi ia akan menunjukan rasa sakitnya ketika hal itu sudah melewati batas.

"Bu aku izin ke toilet," ucap Seokjin berdiri dari tempatnya.

"Ya silahkan."

Seokjin berdiri dan berjalan keluar. Yoongi memerhatikannya. Ia ingin menyusul namun menunggu waktu yang tepat karena larangan sekolahnya untuk keluar kelas lebih dari 1 orang.

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang