33

539 78 21
                                    

Suara tangis mengusik Seokjin yang masih menutup mata, rasa genggam tangannya terasa nyata. Meski rasa kantuk mendominasi, Seokjin berusaha membuka mata.

Atensi pertamnya menampikkan Hyera yang menangus tersedu sambil menggenggam tangannya, sesekali ia mencium punggung itu.

"Ibu.."

Katanya. Wanita itu menoleh, matanya sembab, wajahnya memerah.

"Jin sudah bangun nak?" Kata Hyera dengan suara serak kentara.

"Ibu kenapa menangis?" Seokjin pun duduk.

Seharusnya Hyera senang karena ia sudah operasi kan? Tapi mengapa ia malah menangus tersedu-sedu? Bukan hanya itu, Johnny juga disana berdiri dengan tatapan murung.

"Ibu jawab Jin," ucapnya.

Seokjin merasa tidak ada sesuatu yang aneh. Rasanya seperti ia baru bangun tidur seperti biasa.

"Jin.. hiks..."

"Jin baik-baik saja Bu. Jin merasa sehat."

Hyera kian histeris. Ia menggeleng kuat masih dengan memegang tangan Seokjin.

"K-kau harus kuat.. ibu pastikan kau akan tetap bisa bertahan."

"Ibu... ayah? Apa yang terjadi?"

Johnny menatapnya sambil ikut menggeleng "Operasinya dibatalkan."

"K-Kenapa? Kenapa batal yah? Apa Jin kambuh lagi? Jin baik-baik saja sekarang!"

"Jin.." Johnny mendekat meraih kepala Seokjin untuk ia peluk "Harusnya Ibu kandungmu yang jadi pendonor."

"M-maksud ayah? Ayah kandung Jin tidak bisa mendonorkan ginjalnya?"

Johnny mengangguk, mengusap punggung Jin terus. Ia tahu sang putera pasti terkejut dan tidak terima.

"Hiks... bu-bukannya kemarin bisa yah?"

Johnny menggeleng "Ayahmu memalsukan hasil labnya."

Seokjin diam.

Meski air mata mengalir tak henti-henti. Ia ingin menangis kencang namun itu hanya akan menambah luka untuk Hyera.

"Jin gaboleh keliatan sedih, Jin harus kuat. Mungkin Jin memang ditakdirkan seperti ini."

"Bu, berarti Jin boleh pulang sekarang?"

Hyera mendongak, dengan air mata dipelupuknya ia menatap Seokjin yang juga menangis. Namun berbeda dengan Hyera, bibir Seokjin tersenyum tulus padanya.

"Jin.."

"Jin ingin melihat si kembar. Lagipula Jin sudah fit sekarang, pasti Dokter mengizinkan."

Tak kuasa menahannya lagi, Hyera langsung memeluk Seokjin.

"Ne.. kita pulang. Anak Ibu paling hebat."

"Ibu dan Ayah juga hebat."



❤️



Namjoon tak lagi bisa menampung emosinya, ia melempar Seoknam di parkiran rumah sakit setelah mengetahui bahwa Seoknam tidak bisa mendonorkan ginjalnya.

Bahkan ketika ia menyeret sang ayah keluar, tak ada satu pun yang mencegah, karena takut dengan aura amarah dari diri Namjoon.

"Kenapa? KENAPA KAU MELAKUKAN INI SIALAN!!!??"

"Aku menyelamatkannya."

"Apa kau bilang!?"

Namjoon berjongkok, menarik kerah Seoknam.

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang