"UKHUK!!"
Seokjin batuk keras sampai semua tubuhnya ikut bergerak. Hyera menangis masih berusaha membersihkan luka di sekujur tubuh sang anak.
Tangannya bergerak dengan lembut mengusap handuk hangat ke pipi dan pelipis Seokjin. Sentuhan itu membuat jin membuka matanya.
Jin bangun duduk dengan spontan.
"Bu. Maafkan Jin!" Ucapnya secara tiba-tiba turun dari ranjang dan berlutut di hadapan Hyera.
"Jin apa yang kau lakukan?"
"Maafkan Jin. Jin tidak tahu kalau Jin bukan anak ibu, maafkan Jin yang terus merepotkan Ibu. Jin berjanji Jin akan pergi."
"Sudah Seokjin kembali ke ranjang," ucapnya secara paksa namun Seokjin menggeleng saat Hyera mencoba bantu.
Mereka berdua saling tatap, Seokjin ta mampu membendung tangisnya. Fakta dirinya yang hanya seorang anak haram menyandarkan Seokjin bahwa ia tak lagi bisa bersama dengan sang ibu.
"Gara-gara Jin, ibu sama ayah pisah, dan sekarang Jin justru mengganggu Ibu yang sudah bahagia. Maafkan Jin Bu.."
"Tidak. Sudah ibu bilang ibu menyayangimu, Seokjin. Kau dan Namjoon adalah putera ibu."
"Bu.. Jin tidak seharusnya ada disini."
"Jin harus segera pergi bu."
Hyera menggeleng, ia memeluk Seokjin langsung menangis dipelukannya.
"Ibu tak membiarkan kau pergi,kau harus disini. Ibu tahu ayahmu jahat ibu tak mau Jin terjadi sesuatu padamu."
Seokjin melepas peluangnya mengusap air mata Hyera yang mengalir tak henti-henti.
"Ibu udah banyak baik sama Jin. Jin ga bakal bisa bales itu semua. Seenggaknya Ibu, Ayah dan Namjoon Hyung hidup bahagia layaknya keluarga. Dan Jin tak pantas tetap diantara keluarga ibu."
"Jin kau--"
"Bu. Sudah ya? Jin mohon.. Jin tak bisa lagi jika harus tinggal disini..."
Seokjin melepas pelukan Hyera menjauhkan wanita itu. Walau ia sangat membutuhkan Hyera namun ia harus sadar diri, ia bukan siapapun disini.
Seokjin berdiri, kakinya bergetar kala harus dipaksakan bangun.
Dengan hati-hati ia menarik Hyera bangun, mendorongnya keluar kamar.
"Jin tidak harus pergi."
"Jin harus pergi Bu."
Blam
Seokjin menutup pintu, menghubunginya dari dalam tak peduli dengan suara Hyera yang terus memanggil.
Tubuhnya meluruh, Seokjin duduk bersandar pada pintu memeluk tubuhnya.
Ia menangis.
Meratapi tragis yang tak pernah usai ia hadapi.
❤
Di jalanan yang sepi malam ini, Yoongi mengendarai motornya memecah hening malam dengan suara bising motor miliknya.
Ia marah. Sudah berbagai macam hal ia lakukan untuk menemui ayahnya namun ia tak pernah bisa, sosok yang ia sebut ayah justru hampir tak pernah menampakkan diri selama 1 tahun terakhir.
1 tahun tak bertemu dengan sang ayah, bayangkan saja.. bagaimana Yoongi tidak jengkel? Selalu saja sibuk dengan urusan pekerjaannya yang tak pernah beres.
Di tengah perjalanannya Yoongi memperlambat laju motor ketika melihat perawakan yang ia kenal lengkap dengan ransel yang tak asing di pandangannya.
Seketika saat Yoongi melewati orang itu ia langsung berhenti di depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah
FanfictionOrang tua Seokjin bercerai sejak ia bayi, ia dirawat oleh sang ayah, di usianya ke 15 Seokjin menemui ibunya yang sudah berkeluarga dengan sang kakak. Dengan pergi kesana Seokjin ingin tahu dimana ia bisa menyebut tempat sebagai rumah.