9

741 105 17
                                    

Seokjin bangun menatap langit ruangan asing di tempatnya berada. Rasa tak enak masih menyelimuti namun melihat Yoongi tertidur dibawah dengan karpet buku membuatnya merasa bersalah. Lagi lagi ia merepotkan orang lain.

Seokjin menyingkirkan sedikitnya lalu duduk disana.

"Ah--" sesalnya sambil memegang pinggang yang terasa sakit sejak kemarin.

"Kau sudah bangun?" Ucap Yoongi mengucek matanya khas bangun tidur.

"Maaf Yoon aku merepotkan mu," ucap Seokjin berusaha tersenyum.

"Jin kau ada masalah?"

Seokjin memalingkan wajahnya. Seolah menghindari pertanyaan Yoongi.

"Mungkin aku bisa membantu."

Yoongi berdiri menatap Seokjin yang enggan bicara.

"Kau seperti bukan Seokjin yang kukenal," kata Yoongi "Kau murung dan tertekan sementara Seokjin yang kukenal adalah anak yang cerewet dan menyebalkan. Aku tak tahu masalah mu apa tapi jika kau mau bercerita mungkin bebannya akan sedikit berkurang."

Seokjin menangadah menatap Yoongi penuh harap.

"Aku.. pergi dari rumah."

"Kenapa?"

"Karena aku bukan anak ibu, aku anak haram yang lahir dari perselingkuhan ayah. Ku rasa aku tak pantas berada di rumah itu lagi."

Yoongi menggeleng tak percaya " Jin kau tidak baik-baik saja."

"Aku tahu. Rasanya aku ingin menghilang saja."

Yoongi langsung memeluknya.

Ia tahu betapa beratnya kehidupan Seokjin apalagi mendengar bahwa ia bukan anak kedua orang tua yang ia cintai.

"Kau pasti terluka."

Seokjin menangis "I-iya..  rasanya sakit sekali.. Aku tak sanggup.. "

Seokjin sampai bicara terbata-bata.  Yoongi terus mengusap punggung Seokjin  berharap bisa menguatkannya walau ia tahu semua manusia akan runtuh jika menjadi Seokjin.








Sorenya Seokjin membersihkan diri. Ia mengganti pakaian yang ia bawa dari sana lalu mengemasi barang-barang ny lagi.

"Kau mau kemana?" Tanya Yoongi.

"Aku pulang."

"Kemana? Kau masih sakit Jin."

"Aku sudah baik-baik saja."

Bohong Seokjin. Yoongi yang tahu hal itu langsung menaruh kembali barang yang Seokjin tata.

"Tinggal disini saja. Aku juga hidup sendirian."

"Orang tuaku?"

"Ibuku wafat. Aku belum bertemu dengan ayahku selama 1 tahun. Dia sibuk dan hanya mengirim uang yang banyak."

"Kau tinggal sendirian selama ini?"

"Iya. Aku sendirian sejak ibuku pergi 3 tahun lalu."

"Maaf."

"Tidak apa-apa."

"Tapi jika aku disini aku mungkin hanya akan merepotkanmu Yoon. Aku bisa pulang ke rumah ayah kok."

"Ayahmu? Pria yang waktu itu hampir membunuhmu? Kau akan kembali kesana?"

"Dia satu-satunya keluarga yang kupunya."

"Jangan-jangan kau babak belur oleh ayahmu juga?"

"T-Tidak, bukan."

"Lalu perbuatan siapa?"

"Maaf aku tak bisa mengatakannya."

"Sekarang kau tinggal disini. Anggap saja kau orang yang kubayar agar aku tak kesepian."

"Yoon.. kenapa kau baik sekali?"

"Karena kau satu-satu nya orang yang tak pernah menyerah untuk berteman denganku."

Seokjin tersenyum "Setidaknya kita saling mengandalkan sekarang."













Seokjin tak tahan, ia menahan sakit di pinggangnya sejak kemarin, ia berusaha terlihat baik agar Yoongi tak khawatir dan ia tak merepotkan sahabatnya lagi.

"Ah- sssh.." erangan itu tak tertahan, Seokjin meremas pinggangnya semakin kuat berharap sakitnya hilang. Keringatnya mulai mengucur ia bergerak tak nyaman diatas kasur.

Alhasil ia mengganggu tidur nyenyak Yoongi. Pria itu bangun menoleh melihat kearah samping dimana sang pembuat onar.

"Jin?" Herannya karena Seokjin yang menghadap berlawanan arah.

"Kau kenapa?"

"Yoonh-- aku baik."

Yoongi dibuat panik part 2.

Seokjin menoleh menampilkan wajah seputih kapas dengan hidung berdarah sangat banyak.

"Astaga!" Paniknya. Dengan cepat ia mengambil tissue memberikannya pada Seokjin dan membantu membersihkan darah yang keluar.

"Kita ke rumah sakit."

Seokjin menggeleng, ia terlihat buruk namun bibirnya menyingsingkan senyum.

"Aku bawa obat. A-ada di tas."

Tanpa babibu Yoongi beranjak ke tas Seokjin berada membuatnya sembarangan mencari pil yang Seokjin maksud. Itu adalah pil yang Seokjin bawa saat mereka bertemu di rumah sakit.

"Mana yang harus ku minum?"

"Semuanya."

Mendengar suara Seokjin semakin lemah, Yoongi mempercepat langkahnya memberi Seokjin minum semua pil berukuran besar dan banyak.

"Penyakit apa yang kau derita, Jin?"

"Aku hanya kelelahan."

"Aku tahu kau bohong."

Seokjin tersenyum getir "Sepertinya Yoongi.."

"Kau akan menjadi orang terakhir yang kulihat."

Seokjin menutup matanya sempurna.

"Jin!? Jin kau--"

"Aku ngantuk yoon."

Yoongi bernapas lega, ia pikir Seokjin benar-benar menutup mata sampai menghilang dari tubuhnya.












TBC


Yang udah baca cerita2 aku paham mungkin ya ini Seokjin bakal hidup pa engga. Hehe.

Sampai jumpa tar malam

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang