7

810 107 13
                                    

Keesokan harinya Seokjin tak lagi ragu menyapa, ia datang dengan senyum cerah, menyapa Yoongi walau hanya dibalas singkat.

Ya, sekarang Yoongi tak lagi mengacuhkan Seokjin.

Bahkan saat istirahat tiba Yoongi juga menunggu Seokjin agar bisa berjalan bersama menuju kantin. Seokjin senang, impiannya punya teman yang senasib dengannya kini terwujud. Biarpun kehidupan keluarganya tak mulus, setidaknya ia kini punya teman.

"Kau mau pesan apa?" Tanya Yoongi duluan.

"Hmm... Aku ingin ramyeon."

"Aku pesankan gimbap."

"Ya! Aku ingin ramyeon bukan gimbap.."

Yoongi tak mendengar, ia langsung pergi memesan gimbap. Sementara Seokjin mendengus kesal.

"Makan!" Ucapnya sambil menyodorkan Gimbap pada Seokjin.

"Aissh padahal aku ingin ramyeon."

"Sudah habiskan saja. Lalu minum obatnya."

"Iya iya. Kau tak pesan?"

"Aku kenyang."

"Ah kau ini tau begitu aku juga tidak usah makan."

"Jangan banyak bicara cepat makan makananmu."

"Bawel sekali," ucap Seokjin kesal.

Yoongi memperhatikan Seokjin makan. Ia memandang sendu tulang tangan Seokjin yang mencolok karena kurus. Ia baru sadar bahwa kulit Seokjin terdapat banyak ruam.

"Maaf soal basket waktu itu."

Seokjin menahan makanan masuk lalu menatap Yoongi heran.

"Sudahlah namanya juga kompetisi walau pun aku kalah tapi sekarang kau akhirnya berteman denganku haha.."

"Aku tidak tahu saat itu kau pingsan, dan malah meninggalkanmu  disana sendirian."

"Oh itu.. aku tidak apa-apa kok. Memang aku nya saja yang lemah mudah sakit. Tidak usah merasa bersalah Yoon."

"Kalau begitu cepatlah pulih. Agar kita bisa bermain basket lagi."

"Aku tidak mau lagi bermain basket denganmu."

"Kenapa?"

"Tentu saja karena kau jago! Aku pasti akan kalah nanti."

Yoongi menyeringai "Tch. Pecundang."

Seokjin hanya tertawa lucu. Matanya menghilang ditelan senyum. Membuatnya terlihat menggemaskan.

Namjoon duduk dengan wajah memerahnya. Hanya melihat Seokjin datang sore tadi membuatnya tersulut emosi seketika. Ia tak tahan melihat kehadiran Seokjin di rumah ini seolah Seokjin melakukan hal yang membuatnya rugi.

Saat Seokjin melewatinya dengan sengaja ia melempar apel ke kepala Seokjin dengan keras.

Seokjin menutup kepalanya kala sensasi pening menimpa. 

"Jangan tunjukkan wajahmu dari hadapan ku!"

Seokjin mengangguk dengan ragu.

Ia takut dengan tatapan tajam Namjoon. Sehingga tanpa sadar ia jatuh tersandung menendang gucci besar dekat dapur, menimbulkan suara nyaring sampai Namjoon berdiri kaget.

PRANG

"Sekarang apa lagi brengsek!?" Dengan langkah marahnya Namjoon menghampiri Seokjin.

Saat ia datang, betapa terkejutnya Namjoon melihat gucci pemberiannya untuk sang Ibu pecah hancur melebur.

"Kau--"

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang