Namjoon mendorong kursi roda Seokjin keluar dari ruangan. Dengan pakaian kerja lengkap jas dan dasi terpakai rapi.
"Hyung, aku tahu kau sibuk. Aku bisa sendiri Hyung."
"Hyung tetap akan mengantarmu. Dan menemani bertemu pria itu."
"Disini ramai, Ayah tidak akan macam-macam."
"Aku sudah tidak percaya pada orang itu."
"Maaf Hyung. Aku selalu membuatmu khawatir."
"Ani. Aku senang melakukannya."
"Hyung kau lupa sesuatu?"
"Ahhaha aku kira kau tidak akan menanyakannya lagi."
"Berikan padaku Hyungggg."
"Gurae, ini pesananmu tuan muda," ucap Namjoon sembari memberikan Paperbag keatas pangkuan Seokjin.
"Ini tidak gratis kau tau?"
"Iya Hyung, bagaimana aku membalasnyaa?"
"Emmm berapa ya harga yang pantas."
Namjoon pura-pura berpikir.
"Hyung sekarang kau sedang menjahiliku ya?"
"Ahahha kau menyadarinya. Baik-baik. Setelah operasi nanti, Hyung akan mengurus cuti sekolahmu."
"Cuti? Hyung aku tidak mau cuti sekolah. Lagipula itu terlalu mahal untum bayaranmu."
"Hyung tidak terima penolakan. Sudah jangan merengek, ini demi kebaikanmu."
Seokjin menunduk lesu. Rasanya semakin hari ia hanya bisa merepotkan keluarga Namjoon, padahal ia bukan bagian dari mereka tapi mereka memerlakukannya dengan sangat baik. Sampai membuat Seokjin berkecil hati.
"Hyung berhenti disini."
Ucap Seokjin sambil menunjuk pada seseorang yang keluar dari ruangan dan berjalan menjauh dari mereka.
"Aku akan kesana sendiri."
Seokjin tiba-tiba berdiri.
"Ya! Seokjin--"
Ucapan Namjoon terhenti karena dering telfon nyaring mengganggunya.
"Astaga. Hyung akan kembali, kabari jika ada sesuatu!" Teriak Namjoon karena Seokjin sudah berjalan jauh dan ia harus mengangkat telfon.
"Ne Hyung!!"
Terpaksa Namjoon membiarkan Seokjin pergi sendirian. Ia tidak bisa mengabaikan pekerjaan begitu saja, namun ia berjanji akan segera kembali dan memantau Seokjin.
❤️
Sementara Seokjin berusaha menyusul Seoknam menuju jalan keluar.
Ia berhasil mengejar di area taman rumah sakit.
"Ayah tunggu!" Teriaknya sambil terengah menggapai tiang lorong sebagai tumpuan.
Seonam menoleh masih dengan wajah stoiknya.
"Ayah.. Jin ingin bicara sebentar."
Mendengar hal itu, Seoknam berjalan cepat menuju Seokjin. Ia menarik tangan sang putra menuju lorong sepi yang hanya ada besi bekas terkulai disana.
Tanpa ragu ia langsung menarik kerah Seokjin menghantam punggungnya pada tembok disana.
"Apa? Apa yang mau kau bicarakan? Melihatmu saja membuatku kesal!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah
FanfictionOrang tua Seokjin bercerai sejak ia bayi, ia dirawat oleh sang ayah, di usianya ke 15 Seokjin menemui ibunya yang sudah berkeluarga dengan sang kakak. Dengan pergi kesana Seokjin ingin tahu dimana ia bisa menyebut tempat sebagai rumah.