Seokjin mengerjap kala namanya terus dipanggil dengan lembut.
"Jin... bangun..."
Kini pipinya diusap perlahan, matanya sangat berat dan tubuhnya ngilu lemas. Namun ia berusaha untuk membuka mata.
"Hyung..."
Ternyata itu Namjoon. Seokjin yang masih setengah sadar pun melihat sekeliling. Nuansa yang tidak asing. Ia baru ingat bahwa ia sedang di rumah sakit.
"Kau harus makan."
Seokjin menggeleng. Ia ingin menjawab namun mulutnya tak bisa bicara. Bahkan untuk menyingkirkan masker oksigen yang mengganggu saja Seokjin tidak mampu.
Namjoon merasa ada yang salah. Ia memegang dahi Seokjin dengan tampaknya.
"Ayah, tubuh Jin lebih panas dari semalam."
Seokjin tidak kuat. Suhu tubuhnya yang tinggi membuat Seokjin tak mampu bicara dan bergerak. Ketika Hyera dan Johnny mendekat Seokjin berusaha mempertahankan kesadarannya.
"Jin.. apa yang kau rasakan sekarang?" Tanya Hyera.
"Ngantuk." Jawa Jin singkat.
Johnny yang baru saja merasakan suhu tubuh Seokjin langsung berjalan keluar memanggil Dokter yang berjaga.
Seokjin tak bisa mencegah. Tubuhnya seolah berada diambang dimana ia tak bisa mengaturnya sendiri.
Hyera segera membuka laci, mengambil plester demam dan meletakkannya diatas dahi Seokjin yang berkeringat.
Ketika dokter datang ia langsung memeriksa kondisi Seokjin. Tekanan darah dan oksigennya, semua dibawah normal.
"Kau merasa sesak?"
Seokjin menggeleng "Aku.. baik."
Dokter tersebut mundur sedikit menjauh.
"Banyak cairan di paru-paru Seokjin. Harus segera dikeluarkan karena sekarang Jin mengalami infeksi berat," ucapnya setelah memeriksa dada Seokjin dengan stetoskop.
"Lakukan dok jika memang untuk kebaikan Seokjin," kata Hyera.
Tangan Hyera tak berhenti mengusap kepala Seokjin. Ia tahu sang anak sedang merasa tidak nyaman di sekujur tubuh namun dalam keadaan begini Seokjin tetap berkata ia baik.
"Kalau begitu nanti siang akan dilakukan pemasangan selang. Jaga kondisi Seokjin agar tidak memburuk," ucapnya lalu pergi.
Hyera menghela napasnya lelah. Semalaman ia mengurus Seokjin dan tidur pukul 2 pagi. Namun saat bangun kondisi Seokjin justru semakin parah.
Tangan Seokjin yang ia genggam perlahan menggenggam baik.
"Saeng..." ucap Seokjin sambil menatap perut Hyera "Nan Gwenchana."
Seokjin tersenyum. Hyera mengerti. Ikatan ketiga putranya sekuat ini. Setelah Seokjin berkata demikian, rasa lelah Hyera menghilang begitu saja.
"Ibu pulang saja. Jin tak mau ibu kelelahan."
"Nanti ibu pulang mengambil barang lalu kesini lagi ne.."
"Ibu dirumah. Jangan disini."
"Dongsaeng mu akan rindu jika jauh dari Hyungnya."
Seokjin mulai memainkan jari Hyera. Ia merasa bersalah merepotkan Hyera yang sedang hamil, seharusnya ia yang menjaga Hyera, bukan sebaliknya.
"Jin dirawat baik oleh perawat disini, ibu tidak usah khawatir."
"Seokjin benar bu. Aku juga disini kok. Ibu dan ayah pulang saja."
"Ibu masih ingin menemani Seokjin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah
FanfictionOrang tua Seokjin bercerai sejak ia bayi, ia dirawat oleh sang ayah, di usianya ke 15 Seokjin menemui ibunya yang sudah berkeluarga dengan sang kakak. Dengan pergi kesana Seokjin ingin tahu dimana ia bisa menyebut tempat sebagai rumah.