27

623 101 29
                                    

Namjoon tersenyum sambil bersandar di kusen pintu kamar Seokjin. Ia memandang sang adik yang tengah memasang dasi nya rapi.

Setelah 3 hari keluar dari rumah sakit akhirnya ia diperbolehkan sekolah. Tentu raut bahagia langsung terpancar.

"Siapa yang mau kau temui di sekolah?"

"Yoongi!" Jawab Seokjin semangat.

"Seorang pria?"

"Iya Hyung. Dia temanku. Satu satunya."

"Hebat. Kau punya teman yang baik," ucap Namjoon baru ingat bahwa merek pernah berpapasan beberapa kali.

"Bagaimana dengan teman mu Hyung?"

"Aku tidak punya."

"Maaf Hyung."

"Gwenchana. Itu wajar karena aku memang menutup diri."

"Apa sekarang Hyung membuma hati untukku?"

Namjoon tersenyum. Ia berdiri mendekat, meraih bahu Seokjin dan memeluknya.

"Hm."

Dalam pelukan itu Seokjin tersenyum. Hatinya lega.

Setelah berpelukan ria keduanya berjalan keluar kamar menuju ruang makan.

Dari jauh Seokjin menatap Hyera dengan tulus, perut wanita itu semakin membesar dan hati Seokjin kian terenyuh.

"Cepat sini nak!" Ucap Hyera

"Hari ini Ibu yang masak. Kalian harus makan banyak."

"Ibu memasak? Astaga bu seharusnya kau tidak perlu melakukannya," ucap Namjoon khawatir.

"Namjoonie khawatir pada Ibu?"

"Tentu. Aku tak mau ibu kelelahan apalagi sekarang ibu membaaa dua adikku."

"Tenang saja Namjoon.."

"Apa ibu senang melakukannya?" Tanya Seokjin.

Hyera tersenyum lembut sambil mengangguk dan berkata "Ne. Ibu senang melakukan ini untuk anak-anak Ibu."

Seokjin terlihat paling mengerti. Membuat Namjoon ikut tersenyum merasakan ikatan mereka yang semakin kuat.

"Cepat habiskan nanti terlambat," kata Johnny.

Mereka pun sarapan bersama, sesekali Hyera memberi guyonan walau ia tahu ketiga lelaki yang ada disana adalah 2 buah kulkas, dan 1 putri malu. Guyonannya tak begitu lucu, namun tanpa Hyera mereka akan canggung setiap saat.




❤️




"Jin!!"

Teriakan Yoongi langsung menyapa indra Seokjin kala ia baru beberapa langkah masuk kedalam kelas.

"Hai Yoon."

"Akhirnya kau sekolah lagi."

"Hehe iya. Aku rindu dengan kantin."

"Istirahat nanti kau ku traktir."

"Tidak."

"Wae?"

"Aku yang akan mentraktir mu. Sebagai tanda terimakasih."

"Untuk apa berterimakasih?"

"Untuk dua hal. Pertama, kau sudah menerima ku sebagai teman. Kedua, kau memberiku tumpangan malam itu."

"Kau melupakan sesuatu."

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang