Chapter One

2.8K 210 55
                                    

🎌Semua karakter milik Masashi Kishimoto🎌

😍Hanya sebuah Fiksi penggemar🥰





⚠️DON'T COPYRIGHT

Jadilah pembaca yang bijak, baik hati dan tidak nyinyir😎





⚠️Warning : '18+', Typo dimana-mana, mohon bantuan koreksinya ya🙏





VOTE & COMMENTJangan lupa ya Minna~~~





Oky, let's to story
Enjoyed Minna~
★Happy Reading★






Semuanya berawal pada hari itu.....

Senja di sore hari memanglah nampak indah. Langit jingga menghiasi kota Tokyo yang jalanannya mulai kembali padat dengan lalu-lalang kendaraan. Toko-toko di pinggir jalan mulai terang dengan lampu-lampu cantik. Lampu jalan pun menyala semakin memperindah kota. Banyak pejalan kaki yang hilir mudik di setiap sudut kota dengan beragam obrolan yang terdengar saling bersahutan.

Jam-jam sore begini memang waktunya orang-orang pergi keluar untuk menikmati senja atau sekedar melepas penat, terutama para pekerja dan pelajar yang setelah seharian ini bekerja keras.

Cafe-cafe begitu sesak dipenuhi segerombol muda-mudi yang singgah untuk berkumpul dan nongkrong dengan kawanannya.

Seperti sekelompok muda-mudi yang tengah bersantai sambil bercengkrama ria ditemani makanan ringan dan secangkir minuman di sudut salah satu cafe di sana.

"Kasihan sekali ya, Sakura. Apa kita kembali saja dan membantunya?" tanya Hinata sambil mengaduk-ngaduk minumannya.

"Ide bagus! Kita pergi setelah aku menghabiskan ini," kata Ino yang kembali melahap cheescake kesukaannya.

"Kalau begitu, aku akan memesankan jus strawberry untuk Sakura," ucap Hinata seraya memanggil pelayan Cafe yang kebetulan lewat.

"Salah dia sendiri datang terlambat."

Hinata yang baru selesai memesan langsung mendelik sinis kearah Sasuke yang barusan bersuara.

"Siapa yang menyuruhnya belajar mati-matian semalam? Kalau kau tidak memaksanya belajar semalaman, dia tidak akan bangun kesiangan tadi!"

"Dia sendiri yang minta diajari," balas Sasuke cuek.

"Kau-"

"Oiy... oiy... sudahlah, jangan berdebat," lerai pemuda berambut pirang jabrik ketika melihat kekasihnya akan kembali mendebat pemuda emo yang duduk di hadapannya.

Di sisi lain sudut kota, tepatnya di sebuah gedung sekolah. Seorang gadis masih senantiasa duduk berselonjor di lantai sambil memilah-milah buku dan memasukannya ke dalam dus yang mulai terisi penuh.

Bulir-bulir keringat melintas di pelipis menuju rahang, lalu menggantung di dagunya. Sekali lagi ia menyeka keringatnya yang mengucur itu. Tangannya sudah kotor dengan debu, begitu pula dengan seragam atasannya yang sudah banyak terkena noda kotor.

Another Eyes ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang