Chapter Sixteen

924 122 35
                                    

Naruto meregangkan tangannya ke atas. Ia menggeliat sambil menguap lebar. "Hoaaamm... akhirnya aku bisa bebas kemana-mana. Hantu itu tidak akan bisa menggangguku lagi."

"Bebas matamu! Kau melupakan si pembunuh," ujar Ino yang asik mewarnai kukunya. Ujian akhir semester sudah selesai 2 hari yang lalu jadi sekarang mereka bebas. Hanya tinggal menunggu penilaian akhir, lalu kelulusan.

Naruto langsung menurunkan tangannya. "Kau benar. Kita masih di ambang kematian."

Shikamaru melirik Sakura yang sibuk mengunyah roti melon yang disuapkan oleh Sasuke. Hmmm, Sasuke...

"Sakura, apa kau sudah mendapat petunjuk baru?"

Sakura langsung berhenti mengunyah. Ia menatap Shikamaru beberapa detik, lalu menggeleng. "Tiwdak."

"Telan dulu," tegur Sasuke namun tak di indahkan okeh Sakura. Gadis itu kembali asik memasukkan roti ke dalam mulutnya yang masih penuh. Roti melon adalah kesukaannya selain roti strawberry.

"Kira-kira dimana liontin itu berada, ya?" tanya Hinata entah pada siapa. Matanya melirik langit-langit kantin berusaha menerawang jauh ke galaxy kain. Kejauhan!

"Tentu saja di rumahnya." jawab Naruto santai. Tangannya mencomot kue yang tengah di makan kekasihnya tanpa menyadari mata kawan-kawannya yang melirik kearahnya dengan tatapan terkejut. Sakura bahkan sampai menjatuhkan rotinya. Coba lihat Ino... astaga Ino! Kutekmu melenceng!

"Benar juga! Kenapa kita tidak terpikirkan itu?!" Ino menggebrak meja saking semangatnya.

Shikamaru berdecih. Bagaimana bisa otak encernya tak terpikirkan hal itu. Astaga... dia harus mengetes IQ nya kembali.

"Ya ampun, Narutoooo! Akhirnya otakmu mampu berpikir juga!!" Ino mengguncang heboh tubuh Naruto. Ia teramat senang. Akhirnya teka-teki keberadaan si liontin terpecahkan. Si pembunuh sebentar lagi akan tertangkap.

Sakura melirik kesana-kemari. Melihat semua temannya sibuk sendiri. Ia segera berjongkok dan mencomot sepotong roti yang terjatuh tadi. Mengelapnya dengan tangan, lalu meniup-niupnya pelan. Sakura sudah siap melahap roti itu ketika sebuah tangan menghentikannya dan merebut roti itu lalu membuangnya ke tempat sampah yang terbuka.

"Kotor." Singkat, padat dan jelas. Setelah mengatakan itu Sasuke beralih ke Shikamaru yang menunduk sambil memijat keningnya.

"Bukankah di buku album tertera alamat mereka juga?"

Dan pertanyaan sekaligus pernyataan dari Sasuke barusan membuat Ino semakin senang bukan main. Akhirnya mereka hanya perlu mencari liontin tersebut dan tidak perlu bersusah payah mencari alamatnya.

Naruto hampir muntah akibat diguncang terus oleh Ino, beruntung Hinata segera menyelamatkan dirinya.

"Kalau begitu apalagi yang kita tunggu. Mari kita pergi ke perpustakaan!" ujar Ino dengan semangat. Ia beranjak dari tempatnya dan melupakan kutek mahal yang baru saja ia beli kemarin sore bersama sang ibu.

"Ahh! Sensei!" Ino segera mengerem kakinya. Saking semangatnya ia sampai tak melihat Kakashi yang menjulang tinggi di hadapannya.

Kakashi mengernyit melihat rombongan anak didiknya itu. "Kalian mau kemana?"

"Ohhh... kami ingin ke perpus, mencari petunjuk," jawab Ino sambil tersenyum.

"Petunjuk?"

"Aaa... itu sensei, petunjuk jawaban remedial. Kami ingin mencari materi yang kurang kami pahami." Shikamaru buru-buru menyela ketika melihat Ino akan kembali berbicara.

"Ohh, begitu. Ya sudah kalau begitu, hati-hati." Setelah mengatakan itu Kakashi melanjutkan langkahnya meninggalkan mereka yang terdiam.

"Kau ini Ino. Hampir saja kau keceplosan!" tegur Shikamaru. Ino hanya cengengesan malu.

Another Eyes ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang