Chapter Fourteen

985 119 11
                                    

Naruto terpaku menatap Sakura yang masih belum sadarkan diri. Ia pun sebenarnya baru sadar 2 jam yang lalu dan sudah menceritakan kronologi kejadian menakutkan yang mereka alami pada Itachi dan Fugaku. Sasuke juga ikut mendengarkan tanpa banyak bertanya.

Fugaku kembali ke TKP untuk mencari sesuatu yang mungkin bisa di jadikan petunjuk. Tentu saja sang kepala kepolisian itu kurang percaya tentang si hantu bermata merah yang katanya pelaku penyerangan.

Sementara ayahnya mencari barang bukti, Itachi tetap di sana untuk bertanya kronologi dari sudut pandang Sakura. "Sasori sedang mengemudi pesawat, dia tidak bisa di hubungi." Ia kembali masuk setelah pergi keluar untuk menghubungi Sasori.

Sasuke hanya melirik sekilas kakaknya, lalu ia kembali merunduk mencoba memikirkan apa yang Naruto ceritakan setengah jam yang lalu.

"Hantu di gudang sekolah benar-benar mengikuti kita, Sasuke. Dia menerorku... dia juga yang menyerang Sakura tadi. Dia melukai Sakura... dia ingin melempar Sakura dari jendela..."

Naruto menceritakannya dengan wajah yang benar-benar pucat dan ketakutan. Tubuh pemuda kuning itu juga bergetar hebat. Belum lagi dokter yang mengatakan Naruto sempat kencing di celana beberapa kali akibat ketakutan. Setakut-takutnya Naruto pada hantu, ia belum pernah sampai kencing ketakutan begitu. Yang artinya, apa yang di lihat Naruto saat itu benar-benar menyeramkan.

Sebenarnya kadang Sasuke juga mendapat gangguan dari hantu yang sama. Seperti mematikan lampu, menulis di cermin toilet menggunakan darah, atau mengetuk jendelanya. Bahkan beberapa pelayan di rumahnya juga mendapat gangguan. Namun ia yang selalu abai, lama-kelamaan hantu itu berhenti mengganggunya. Dan mungkin saja karena gagal mengganggunya, makanya ia beralih menganggu Naruto yang notabenenya penakut akut dari jaman orok. Seperti kata kakeknya, hantu lebih suka mengganggu orang yang penakut. Maka dari itu si hantu malah terus-terusan menghantui Naruto.

"N-naruto?" Panggilan lirih itu sukses membuat Itachi yang hampir terlelap kembali terjaga dan segera menghampiri Sakura.

"Sakura!" Naruto memandang lega gadis merah muda itu. Tangannya tak henti-hentinya menggenggam lengan Sakura dengan gemetar.

Seolah sadar sepenuhnya, Sakura bangkit duduk dan memandang panik sekitarnya. "Naruto! Pembunuh! Kita harus lari, pembunuh itu ingin membunuh kita dengan kapak..."

Ketiga laki-laki itu sontak mengernyitkan dahi, bingung. Pembunuh? Kapak?

Itachi segera menenangkan Sakura yang mulai berontak dan hendak turun dari blankar. "Hey... hey... tenanglah, sekarang kau aman Sakura..."

Melihat Sasuke yang mendekat Sakura langsung melompat dan memeluknya. Tak lupa ia juga menyeret Naruto yang terhuyung-huyung mengikutinya.

"Sasuke! Pembunuh itu mengejarku lagi! Kita harus lari... cepat!"

Sakura kinj menyeret Sasuke untuk segera pergi dari sana. Ketakutan terpancar jelas di wajah pucat gadis itu persis seperti saat kejadian di sekolah waktu itu. Lantas Sasuke segera merengkuh tubuh Sakura dan menenangkannya.

"Dia sudah pergi. Kau aman sekarang, tenanglah..."

Butuh 20 menit untuk membuat gadis berambut merah muda itu tenang. Setelah menegak segelas air putih, Sakura mulai menceritakan apa yang terjadi padanya dan Naruto saat di apartemen.

"Lalu saat pintu terbuka, aku melihat pria itu... dia membawa kapak seperti waktu itu..." Sasuke hanya berdiri diam mendengarkan. Sesekali tangannya mengelus jari-jari tangan sakura sebelah kanan dan yang sebelah kiri di genggam erat oleh Naruto yang menampilkan raut serius. Sedangkan itachi berdiri di ujung blankar dengan wajah serius mendengarkan.

Another Eyes ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang