Chapter Four

1.1K 165 8
                                    

"Sakura sudah tidur?" tanya Naruto saat Sasuke baru keluar dari kamar Sakura.

Saat ini mereka tengah berada di apartemen Sakura. Sepulang sekolah Naruto, Ino, Hinata dan Shikamaru langsung meluncur ke rumah sakit untuk menjemput Sakura. Sedangkan Sai dan Neji tidak bisa ikut karena sekolah mereka tengah mengadakan pertandingan bola di sekolah lain.

"Hn," gumamnya sambil mengangguk lalu duduk di samping Shikamaru.

Mereka terdiam beberapa saat sebelum Shikamaru angkat bicara membahas mimpi Sakura yang gadis itu ceritakan saat di perjalanan pulang.

"Bagaimana menurut kalian soal mimpi sakura?"

Naruto menggeleng bingung. "Entah, bukankah itu hanya mimpi?"

"Tapi, bagaimana bisa efek kejadian di mimpinya bisa sampai di dunia nyata? Lebam di pergelangan tangan dan paha serta bekas cakaran di lengan atas mungkin itu karena kejadian kerasukan di sekolah waktu itu. Tapi, untuk lebam di punggungnya itu... sedikit aneh menurutku. Itu terlihat seperti Sakura habis terbentur sesuatu sangat keras," ucap Hinata dengan kening mengerut bingung.

"Tapi, Sakura bilang punggungnya tak terbentur apapun kecuali di mimpinya itu," tambah Ino.

Naruto mendesah lelah. Pikirannya mumet memikirkan mimpi buruk sahabat merah mudanya itu. "Ini memusingkan. Bagiku mimpi ya hanyalah mimpi. Memangnya apalagi. Ambil positifnya, mungkin Sakura tak sadar kalau punggungnya terbentur. Semisal saat kejadian di sekolah waktu itu, dia kan sempat di serang si gendut."

"Ya, mungkin itu benar." Kata Shikamaru. "Kita lihat saja nanti malam dia masih bermimpi buruk atau tidak," sambungnya sambil berdiri dan mengambil tasnya yang tergeletak di karpet.

"Kau mau kemana?" tanya Ino.

"Pulang," kata Shikamaru sambil berlalu pergi.

Tinggalah mereka berempat. Ino dan Hinata sibuk memasak di dapur, sedangkan Naruto dan Sasuke tengah bermain PS milik Sasori.

"Kau sudah memberi tahu Sasori-nii kan, Sasuke?" Tanya Naruto di tengah-tengah main gamenya.

Sasuke hanya bergumam sebagai balasan. Matanya fokus melihat layar tv.

"Apa dia akan pulang?" tanya Naruto lagi yang di balas gelengan oleh Sasuke.

"Jadwal terbangnya padat."

Lalu setelahnya keduanya diam. Hanya suara tv yang mengisi keheningan di ruang tamu itu sampai suara sesorang mengalihkan atensi keduanya.

"Kalian belum pulang?"

Sakura berjalan menghampiri kedua laki-laki itu dan memilih duduk di sofa tunggal tak jauh dari keduanya.

"Kau bangun? Bagaimana sudah enakan?" tanya Naruto yang di angguki oleh Sakura.

"Aahh, sop miso... " Mendesah nikmat ketika hidungnya mengendus bau makanan yang menguar di ruang tamu. "Siapa yang memasak?" Sakura melirik kearah dapur yang tersekat oleh lemari pajangan.

"Oh, pig. Kau memasak?" tanya Sakura dengan ekspresi pura-pura terperangah saat mendapati Ino yang tengah memindahkan sup miso kedalam mangkuk. Ino hanya memutar bola matanya malas.

"Sakura? Kau sudah bangun?" Hinata datang membawa setumpuk piring. "Bagaimana keadaanmu sekarang?"

Sakura mengangguk sambil mencomot telur gulung dan memakannya. "Tentu saja baik. Badanku sudah kembali fit," ucapnya setelah menelan telur gulung yang ia kunyah.

"Baguslah. Sekarang kita makan dulu, aku akan memanggil yang lainnya." Hinata pergi ke ruang tamu untuk memanggil kedua pria yang masih asik bermain game itu. Setelah mereka terkumpul semua, mereka mulain mengambil porsi makan masing-masing.

Another Eyes ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang