Pagi itu Sakura, Sasuke, Naruto, Ino dan Shikamaru di kejutkan dengan selembar note berisi tulisan 'Kalian akan mati' tertempel di dalam loker mereka. Dan itu sukses membuat Ino menjerit histeris dan menjadikannya pusat perhatian murid-murid yang berlalu lalang di koridor.
"Bagaimana ini?! Pembunuh itu mulai meneror kita!!" Ino masih terlihat histeris. Tubuhnya gemetar ketakutan. Pikirannya melalang buana membayangkan adegan pembunuhan yang pernah ia lihat di film-film kesukaan Sakura.
"Tenanglah Ino. Semua orang mulai memperhatikan kita." Shikamaru mendesis kesal ketika mendapati beberapa pasang mata terang-terangan menatap ke arah mereka.
"Memangnya kau tidak takut, huh?! Coba kau baca... kita akan mati Shikamaru! Pembunuh itu akan membunuh kita!" jerit Ino tertahan. Di sampingnya Sakura hanya diam sambil mengelus punggung sahabat pirangnya itu.
"Aku sudah memeriksa cctv di koridor tapi pagi tadi semua cctv sedang di perbaiki. Penjaga bilang belakangan cctv sering rusak tidak jelas," ujar Shikamaru mengabaikan Ino yang masih histeris.
"Sudah pasti si pembunuh yang merusaknya. Dia ingin menyembunyikan jejaknya," kata Sakura.
"Sakura... Bagaimana kalau kita pergi ke tempat Sasori saja?" Naruto bersuara. Wajahnya terlihat sedikit pucat karena takut.
Sakura mendelik, ia menggeleng pelan. "Tidak. Sebentar lagi ujian akhir semester, Naruto. Lagi pula kita tidak bida lari. Semuanya dalam bahaya."
"Kita harus secepatnya mencari liontin itu," kata Shikamaru. "Sakura... Apa kau mendapat petunjuk lain?" tanyanya.
Sakura menghela nafas kasar, ia menggeleng lemah. Natsumi sudah tidak menampakan dirinya lagi dan ia pun sudah tidak bermimpi buruk lagi.
"Ti-"
Ping!
Ucapan Sakura terpotong saat notifikasi pesan masuk terdengar dari ponselnya. Lantas ia segera membukanya.
Matanya melotot ketika mendapati sebuah pesan dari orang tidak di kenal. Melihat ekspresi Sakura Shikamaru bergerak mengambil alih ponsel itu.
Berhenti atau kau akan mati.
Begitulah isi pesannya. Dengan cepat Shikamaru menekan tombol telepon yang ada di sudut layar.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan-"
Ia berdecak kesal ketika mendengar suara operator yang menjawab.
"Nomornya langsung tidak aktif."
Ping !
Ping!
Ping!
Ping!
Suara notifikasi terdengar bersahutan dari ponsel mereka masing-masing. Shikamaru segera mengecek ponselnya.
"Sialan!" umpat Naruto ketika membaca pesan yang ia dapat.
Dan hal yang sama terulang. Nomor-nomor yang tidak di kenal itu langsung tidak aktif setelah mengirim pesan ancaman.
"Brengsek!" Shikamaru menggebrak meja saking kesalnya.
"Aku punya kenalan seorang hacker. Dia bisa melacak dari mana asal pesan ini. Pulang nanti aku akan ke tempatnya," ujar Sasuke yang sedari tadi hanya diam.
"Ino, pulang nanti Sai menjemputmu, kan?" tanya Shikamaru dan Ino menjawabnya dengan anggukan.
"Naruto, Sakura... Kalian pulang bersama Ino dan Sai. Kita lanjut bahas ini di rumah Sasuke. Aku akan ikut Sasuke pulang nanti," ujar Shikamaru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Eyes ✓
Random[END] Penasaran dengan teror aneh yang di alaminya, Sakura mencoba mencari tau penyebab teror itu dan apa yang diinginkan si peneror. Di bantu oleh Naruto dan sahabat lainnya. Mereka berusaha mecari sesuatu yang seharusnya tidak mereka cari. Sesuatu...