11. Prestige

746 154 8
                                    

06Jan2023;friday

.

.

____________________________________________

Serasa angin musim dingin mengalahkan hangatnya mesin pemanas di kamar itu, Lisa pada akhirnya benar-benar dibuat gugup, oleh pria yang kini mengelus pipinya —sambil menatapnya teduh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Serasa angin musim dingin mengalahkan hangatnya mesin pemanas di kamar itu, Lisa pada akhirnya benar-benar dibuat gugup, oleh pria yang kini mengelus pipinya —sambil menatapnya teduh.

"Aku pernah bilang kan, jika wajahmu benar-benar cantik?" Pujinya, tanpa mengalihkan fokusnya sedikitpun. "Aku mencintaimu, bahkan jauh sebelum kau menerimaku."

Agak terkejut, Lisa lantas memiringkan posisi tidurnya.

"Benarkah? Memangnya sejak kapan kau tertarik padaku? Jangan katakan jika itu di kehidupanmu yang lalu."

"Aku belum pernah mati Lisa."

Helaan singkat terhembus. "Ya, aku tau. Maksudku... Akan sangat klise kalau kau mengatakan aku mirip seseorang di masa lalu mu. Hah, itu membuatku merasa kau sedang mengarang skenario untuk sebuah film."

Alih-alih menjawab, Yuta malah tertawa lebih dulu. Lalu menarik tangannya dari pipi Lisa, dan kini malah merebah —menatap ranjang teratas yang tak lain alas tidur teman sekamar Lisa (Vivi).

"Jangan berisik!" Lisa membungkam mulut Yuta. "Vivi nanti terbangun gara-gara suaramu!"

Secepatnya Yuta membalik keadaan, menarik tangan Lisa, lalu kemudian mendekap tubuh ramping itu erat. "Maka lakukanlah sesuatu yang membuatku diam, jika kau takut aku mengusik mimpi indah temanmu!"

Lisa hening, hingga tanpa sadar kini keadaan sudah berganti posisi. Dimana Yuta jadi mengungkungnya di atas ranjang itu.

"Kau tau? Sebenarnya aku paling tidak suka menunggu sesuatu. Apalagi jika itu memakan waktu yang cukup lama. Aku bukan seseorang yang berhati sabar. Aku sangat egois! Apapun yang ku inginkan, aku harus selalu mendapatkannya segera. Termasuk kau, juga hatimu."

Tak ada yang bisa Lisa katakan sebagai respon. Entahlah, bahkan rasanya isi kepalanya ikut membeku setelah mendengar semua penuturan Yuta.

Apalagi, tatapan iris merah itu kini mulai memindai satu persatu bagian-bagian wajahnya. Dari mata, hidung, hingga belah bibirnya.

Astaga...

Bisakah Lisa meminta kekuatan untuk malam ini saja?

Ia benar-benar ingin menghilang. Untuk beberapa detik. Agar pria Vampir di atas tubuhnya tak menyadari betapa rasa berdebar sudah menguasai seluruh hatinya.

My Cutie VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang