22Mar2023;wednesday
.
.
_________________________________________
Selembar selimut baru saja membungkus tubuh ramping nan lemah di atas ranjang tidur. Semalam penuh dengan kekacauan, Yuta pun berakhir pergi meninggalkan Korea dan kembali membawa Lisa ke rumah rahasianya."Lalu bagaimana dengan wanita itu?" Suara Mark di belakang Yuta terdengar bertanya.
Tak langsung menjawab, Yuta lebih dulu mengusap dahi Lisa, lalu berlanjut membelai pipi gembulnya sayang.
"Dia sudah melebur."
Mark melotot. "M-melebur? Maksudmu lenyap?"
"Benar. Tubuhnya sudah musnah menjadi abu."
"Itu terlalu kejam, tapi aku bisa mengerti kenapa kau sampai nekat melakukannya."
"Tidak ada yang lebih kejam, jika saja dia tidak bodoh mengganggu kehidupan seseorang yang bahkan tak memiliki masalah apa-apa dengannya."
Mark hanya mengangguk setuju. Sementara itu, seseorang tampak mulai menggeliat dan bersusah payah membuka kelopak matanya.
"Emhh!" Ia menggeram, dengan wajah meringis dan kelopak mata yang perlahan-lahan mulai terbuka.
Begitu mengerjap, Lisa agak terkejut melihat sebuah tangan yang melindungi pandangannya dari silaunya sinar matahari, yang sudah membias masuk ke dalam kamar itu. Sejenak ia pun jadi mengalihkan matanya untuk melihat ke arah seseorang yang memiliki tangan itu. Dan seketika itu, wajah bantalnya langsung dipenuhi ekspresi marah sekaligus muak.
Buru-buru Lisa ingin bangun dari posisinya, tapi entah kenapa rasa sakit dan ngilu seketika menghalangi rencananya.
"Akh!" Pekiknya, saking tak kuatnya dengan rasa sakit tersebut.
"Jangan terlalu banyak bergerak, tubuhmu belum benar-benar pulih!"
Yuta berusaha menahan bahu Lisa, hingga si pemilik kembali terbaring. Tapi Lisa yang sedang amat begitu marah kepadanya, lantas cepat menghempas tangan Yuta.
Matanya kembali melihat ke arah jendela. Daripada melihat Yuta, rasanya Lisa lebih suka melihat pemandangan di luar sana.
Namun, akibat hal itu juga, Lisa pun jadi sadar, rupanya ia sedang berada di rumah tempat di mana Yuta mengajaknya kencan pertama kali.
"Aku mau pulang! Beraninya kau menculik ku sampai ke tempat kotor ini!"
Meski suaranya sumbang, tapi nada benci dan marah masih bisa tersampaikan dengan baik kepada Yuta.
"Aku mengerti kau semarah ini, tapi seperti apapun kau memohon, aku tidak akan pernah mengembalikanmu ke Korea dalam waktu dekat. Kau belum sepenuhnya pulih."