Double up!
.
.
______________________________________
Malam belum menemukan ujung. Sepasang tubuh tengah berpagut dalam hangatnya kecupan, di ruang kamar bernuansa putih yang beberapa waktu terakhir menjadi hadiah terbaik untuk Lisa.
Beberapa waktu lalu, demi meredakan kekesalan yang dirasakan Lisa —Yuta akhirnya benar-benar membawa gadis itu kembali ke rumah yang ada di Jepang.
Lisa berpegang kuat pada punggung pria yang tengah memeluknya. Sementara kekasihnya itu sibuk memperdalam kulumannya pada belah bibir penuhnya.
"S-sebentar!"
Sejenak Lisa memaksa untuk menyudahi pagutan mereka. Hanya merasa sedikit sesak saja, akibat Yuta yang tak memberikannya jeda barang sedetik pun untuk sekedar mengambil oksigen.
Mata pria di hadapannya tampak sayu. Jauh berbeda dengan Lisa yang agaknya merasa cukup dengan tautan itu.
"Ku rasa ini sudah terlalu cukup, kita bisa langsung pulang kan malam ini?"
Menarik napas dalam-dalam, Yuta pun menggeleng. "Tidak."
Jawaban itu langsung membuat Lisa meneguk liurnya. Dari sorot mata Yuta Lisa sudah bisa menyimpulkan, jika kecupan tadi akan berlangsung panjang.
Ya, bagaimana juga ia bisa lupa dengan sesuatu yang sudah mereka lakukan saat pertama kali datang ke rumah ini?
Hari itu... Bahkan Lisa sudah dengan lantang berkata akan membuka hati sepenuhnya untuk balas mencintai vampir itu.
Sibuk sendiri dengan pikirannya —Lisa sampai tak sadar jika Yuta sudah bergerak cepat menarik tengkuknya kembali. Menyatukan segala hal yang bisa mereka satukan, sebelum nantinya melanjutkan itu kepada sesuatu yang lebih indah.
Perlahan namun jelas, Lisa bisa merasakan jika tangan Yuta sudah bergerak memasuki bajunya. Mengelus punggung mulusnya, sambil terus menyatukan bibir dan lidah mereka.
Sial!
Ini benar-benar nakal!
Tapi apapun itu, Lisa tetap menyukainya. Ya, menyukai semua perlakuan vampir itu sekali pun itu adalah sesuatu yang erotis seperti sekarang.
Chup...
Yuta menarik diri tiba-tiba, lalu membersihkan sisa liurnya yang tertinggal di sekitaran bibir Lisa. Sambil kemudian bangkit dan mengajak gadis itu berdiri menegak seperti dirinya.
Meskipun gugup, Lisa pun tak leluasa untuk menolak. Ia hanya bisa menampilkan wajah kikuknya kala sang kekasih perlahan-lahan bergerak menaikan kaos yang dipakainya. Meloloskan itu sempurna, sebelum kemudian memeluk tubuhnya dan kembali berciuman seperti sebelumnya.