(Part ini copy-paste dari book Randomlice, ya! Yang mau baca silahkan, yang mau skip nunggu bab baru pun silahkan!)
20Nov2022;sunday
.
.
_________________________________________
Seorang gadis merapatkan jaketnya, menyusuri lorong di area kampus tempatnya menempuh pendidikan.
Sudah hampir tengah malam, Lisa menggigit bibirnya sendiri akibat rasa takut yang tiba-tiba bergemuruh datang. Tiba-tiba saja percakapan yang ia lakukan tadi siang bersama Vivi kembali terngiang di kepala.
"Lisa, kau tidak boleh sombong seperti itu! Bagaimana pun sejak dulu Vampir memang ada."
Lisa terkekeh saat itu, sambil bergerak membuka kotak makan siangnya.
"Vi, apakah kau bahkan tau, jika awal mulanya Vampir dikenal itu lewat karya fiksi?"
"Iya, aku tau. Tapi bukankah itu berdasarkan cerita nyata yang beredar di masyarakat dahulu?"
Sial! Padahal sejak tadi pagi ia sendiri yang menyangkal tentang teori keberadaan Vampir di kampus mereka. Kenapa sekarang dirinya malah dibuat bergetar saat hanya ingin mengambil pouch berisi kartu-kartu penting serta ponselnya di perpustakaan?
Lisa harus pulang. Ini sudah hampir tengah malam. Kelas terakhirnya ia lalui tanpa sahabat terdekatnya, hingga saat Lisa ketiduran, tak ada satupun mahasiswa yang sadar dan membiarkannya begitu saja berkelana dalam damainya.
"Vivi juga kenapa tidak mencariku sih?" Gumamnya lagi.
Bagaimana pun juga mereka teman satu kamar, harusnya Vivi menyadari kejanggalan Lisa yang tak langsung pulang bahkan saat sudah tengah malam seperti sekarang. Lalu kenapa gadis itu tak kembali?
Berbelok satu lorong lagi, maka Lisa akan menemukan ruang perpustakaan di kampusnya.
Gadis itu sejenak abai dengan Vivi yang mendadak lupa dengan dirinya dan memilih fokus kepada lorong sepi yang sebentar lagi harus ia lintasi.
"Kau tau, salah satu mahasiswa junior dari China yang masuk tahun ini, juga kabarnya menjadi korban Vampir."
Lisa meneguk liurnya. Semua kalimat Vivi jelas-jelas memaksa untuk terus terngiang di kepalanya.
"Tepatnya di dalam perpustakaan ini!"
Brak!
Lisa terlonjak, kala suara gebrakan buku dan lantai menggema di balik tembok yang berada di depan matanya.
Bulu kuduknya berdiri. Oh, benarkah semua cerita sahabatnya itu adalah sesuatu yang nyata?
Gadis itu mematung, bahkan belum berani melanjutkan langkah kakinya. Berulang kali ia juga mengutuk dirinya sendiri. Ayolah! Kemana perginya Lisa si skeptis tadi siang?