24Des2022;saturday
.
.
______________________________________
Sekitar beberapa detik kedua manusia di ambang pintu itu saling menyandar. Namun, seperti tak ada tanda-tanda lebih selain kebisuan dari seseorang di hadapannya. Hingga pada akhirnya sebuah gema tepuk tangan mengejutkan Yuta dan Vivi.
"Waaahhh, kalian baru pulang berkencan ya?"
Poin utama yang paling tinggi soal keterkejutan tentu saja ada pada Vivi. Pasalnya, gadis itu sudah sangat yakin dengan segala rencananya.
Hei! Mereka tinggal bersama sudah bertahun-tahun. Bagaimana mungkin prediksinya bisa meleset?
Alih-alih kondisi marah, kedua orang itu malah dibuat mematung oleh gadis yang membentangkan senyum cerah seperti langit musim panas.
"Akhirnya..." Lisa beralih kepada Vivi. "Mimpi indahmu terwujud juga, ya?!"
"Ah Lisa, ini hanya..."
Tunggu!
Seperti ada yang ganjil.
Vivi menunduk sejenak, memperhatikan sesuatu yang menggenggam sempurna jemari tangannya. Sebias rasa tersipu kian memenuhi, bagaimana mungkin kakak senior yang juga idolanya itu malah melakukan sesuatu yang semanis ini. Setelah melihat dengan jelas —respon Lisa yang terlihat baik-baik saja.
Lagi pula, sepertinya tadi Yuta sendiri yang ragu dengan ide ini.
"Ya, kami baru saja menghabiskan waktu bersama." Pertegas pria vampir keturunan Jepang itu. Lengkap dengan senyum manis yang biasanya ia tunjukkan untuk menghangatkan hati penggemarnya. "Maaf, bisakah kau minggir sedikit? Kekasihku ingin cepat-cepat masuk dan membersihkan diri."
Siapapun tolong pukul kepala Vivi sekarang. Tidak, gadis itu hanya berharap jika ini semata-mata bukan sebuah mimpi.
Masa bodoh soal respon Lisa.
Ya...
Sekali pun ini cuma sebagian dari skenario dadakan, tapi Vivi tetap akan terus mengingatnya.
Ini hari yang paling membuatnya bahagia....
....kalau saja ia bisa lebih cepat menyadari perubahan yang mendadak terjadi dari sosok cantik di hadapannya.
Grep!
"AAAAKKKHHH!"
Vivi menyentuh tangan Lisa, yang kini sempurna menjambak sebagian rambutnya.
"Karena mimpi indahmu sudah terwujud, kini giliranku yang membantumu merasakan mimpi buruk, Viian Wong!"
"Lisa, apa yang—"
"Diam!"
Yuta yang baru saja kembali bicara berhasil dibuat bungkam oleh wanita Swiss itu. Terlihat jelas kini kemarahan dan rasa kesal sempurna memenuhi setiap sudut wajah cantiknya.