Double up!
Sumpah, liat banyak yang berusaha nebak jadi semangat bgt ngelanjutin, hehe...
Makasih ya.... ♡♡♡
.
.
_____________________________________
Guntingan perban kini direkatkan sempurna pada tangan gadis yang memiliki luka robekan cukup parah. Mark menipiskan bibirnya, sambil memandangi wajah Lisa yang berantakan. Apakah separah itu pertengkarannya dengan Yuta?
"Kau ingin minum?"
Lisa mendongak perlahan, memperhatikan Mark sejenak. Hanya takut salah menilai seseorang lagi.
"Aku manusia, sama sepertimu. Tidak perlu takut padaku!"
Masih hening. Lisa hanya ragu, akibat Mark teman dekat dari kekasihnya.
"Ah, aku bersungguh-sungguh. Begini, apa kau punya salib? Bukankah vampir takut salib? Dan lagi, aku juga suka bawang putih kok. Bagaimana mungkin vampir akan---"
"Yuta juga makan bawang putih." Potong Lisa cepat, sambil kemudian mengeluarkan kalung salib yang bandulnya terbuat dari kayu, dari dalam saku bajunya.
Itu pemberian Eunwoo. Benar.
"Dia juga tidak takut dengan salib."
Sejenak Mark jadi malu sendiri. Ia menggaruk lehernya, mencari cara lain untuk membuat Lisa yakin.
Sejam yang lalu, Yuta yang sudah benar-benar murka berakhir membawanya ke rumah yang ia tinggali dengan Mark. Lalu menguncinya di ruang bawah tanah yang biasanya ia gunakan untuk mencetak gerabah atau sekedar barang porselen untuk mengisi kekosongan waktunya.
Yuta berpesan agar Mark tak membiarkan Lisa keluar dari rumah mereka, atau bahkan dari ruang bawah tanah itu. Namun, sejenak ia memiliki rasa iba melihat Lisa yang menangis terus-terusan di sana. Jadilah Mark datang untuk menemaninya. Dan disaat itu juga, Mark melihat luka robek dari punggung tangan Lisa.
"Itu tidak sengaja kena pisau ya?" Tiba-tiba Mark jadi mengalihkan pembicaraan, dan membahas luka tangan Lisa.
"Tidak." Lisa menatap Mark sesaat. "Ini robek karena Yuta."
Bola mata Mark langsung melebar. Setega itukah temannya?
"Kami bertengkar, dan berebut kalung salib ini." Kata Lisa, sambil menunjukkan kalungnya
"Yuta memaksa ingin menghancurkannya, tapi aku berusaha melindunginya. Jadilah ia entah sengaja atau tidak malah merobek punggung tanganku."
"Astaga... Selama kami berteman, aku tidak pernah melihatnya kasar dengan wanita. Bahkan mengencani wanita pun tidak! Hanya beberapa kali dia kedapatan menyukai seseorang. Tapi hanya sebentar, karena Yuta tak suka sesuatu yang rumit, makanya dia lebih memilih melakukan one night stan daripada harus-"