[ 𝐄𝐍𝐃𝐈𝐍𝐆 ]
Nama panjangnya Ashana Davinia, perempuan cantik dengan latar belakang keluarga yang bahagia juga berkecukupan. Ia menjatuhkan hatinya kepada seorang laki-laki yang memiliki senyuman seindah mentari. Dia Gavino Ardhaputra --- laki-l...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Berangkat sekolah sama siapa lo?"
Hana menatap Rio dengan mulut penuh makanan yang belum ia kunyah. Saat akan menjawab, suara Santi menghentikan pergerakan mulut nya. "Abisin dulu makanannya."
Hana nyengir mendengar itu, ia menelan makanannya, lalu kembali menatap Rio. Rio mengangkat satu alisnya menunggu jawaban.
"Tumben nanya,"
"Tinggal jawab, apa susahnya."
Tuhkan. Baru kemarin akur, sekarang kembali debat.
"Iye deh. Gue berangkat sendiri." Akhirnya Hana menjawab pertanyaan kakak nya itu.
"Oh."
Hana menatap Rio kesal dengan jawaban menyebalkan dari mulut kakak nya itu. Sementara Rio hanya mengedikkan bahunya tidak perduli.
Hana menatap kedua orang tuanya, "Hana berangkat ya, Bun, Yah." Santi dan Davin mengangguk, Hana kemudian menyalimi tangan kedua orang tuanya, disusul dengan menyalimi tangan Rio.
"Hana berangkat, Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!"
Hana berjalan dengan membawa sepatunya, ia terbiasa memakai sepatu di luar rumah. Ia memandang langit yang tampak cerah pagi ini. Kemudian duduk, lalu memakai kedua sepatunya sambil menyanyikan lagu favorit.
"Nanananana dum pak deng deng,"
"Asseek."
"Nananana dum pak deng deng."
"Asseekk!"
"Beres deh! Tinggal berangkat, walaupun selalu males." Hana berdiri dari duduknya, kemudian berjalan mengambil motornya di bagasi. Hana melihat ada pak Dadang-- satpam rumahnya yang sedang duduk santai sambil ngopi di depan bagasi.
Hana tersenyum sopan, lalu menyalimi tangan pak Dadang. "Pagi, Pak!" sapa Hana ceria.
"Pagi Neng!" balas Pak Dadang tak kalah ceria. Sejujurnya, Hana kurang suka jika di panggil dengan sebutan 'Neng', tapi Hana tidak enak hati jika mengatakan itu kepada pak Dadang.
"Mau ambil motor dulu pak,"
"Sama bapak aja." Pak Dadang langsung berdiri, tapi di paksa duduk lagi oleh Hana.