[ 𝐄𝐍𝐃𝐈𝐍𝐆 ]
Nama panjangnya Ashana Davinia, perempuan cantik dengan latar belakang keluarga yang bahagia juga berkecukupan. Ia menjatuhkan hatinya kepada seorang laki-laki yang memiliki senyuman seindah mentari. Dia Gavino Ardhaputra --- laki-l...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seperti biasa, pagi-pagi seperti ini, Hana beserta keluarga nya sudah siap melakukan aktivitas masing-masing. Hana yang tugasnya bersekolah, mendadak sangat semangat hari ini. Entah apa alasannya. Tanyakan saja pada Hana.
"Semangat banget, ada apaan ni?"
"Kepo banget." Hana menjawab pertanyaan dari Rio dengan malas.
"Gue nanya baik-baik elah,"
"Diem deh ya kakak ku tersayang, gue kan lagi seneng, mau tau seneng nya karena apa? Yap benar, karena Gapin, ahahahaha." Hana yang bertanya, Hana juga yang menjawab.
Setelah berkata demikian, Hana langsung berlari kencang, meninggalkan Rio yang saat ini sudah memasang wajah cengo.
"Si Gavin hebat juga."
***
Cuaca pagi ini tampak mendung dan mungkin akan turun hujan. Sangat berbanding terbalik dengan perasaan Hana yang sedang senang. Ya, karena apa lagi, jika bukan karena hari kemarin yang menurut Hana sangat menyenangkan. Sore-sore bersama Gavin di tempat favorit dia. Benar-benar menyenangkan!
Sementara dari tadi, Hana tidak memperhatikan bu Ratih-- selaku guru bahasa Indonesia yang sedang sibuk menjelaskan di depan kelas. Hana memang memandang ke arah depan, tapi tidak dengan pikirannya yang masih tertuju pada sosok laki-laki yang selalu membuatnya jatuh cinta sekaligus kesal secara bersamaan.
Gavino, sosok sederhana yang mampu membuat Hana sejatuh ini.
Di sisi lain, bu Ratih yang menyadari Hana tidak memperhatikan nya, membuat otak pintar bu Ratih bekerja cepat. Wanita berumur sekitar tiga puluh tahunan itu mempunyai ide cemerlang untuk anak muridnya yang bertindak kurang sopan.
"Hana, boleh ibu bertanya?"
Pertanyaan yang tiba-tiba itu, tidak hanya mengagetkan Hana, tapi semua siswa siswi kelas 12 IPA 4. Semua pandangan kini terarah kepada Hana yang masih memasang wajah bodoh. Planga-plongo.
"Hah, apa bu?"
Seisi kelas tertawa mendengar itu, walaupun mereka pun masih bingung dengan pertanyaan tiba-tiba dari bu Ratih. Padahal, dari tadi bu Ratih sangat fokus menjelaskan, membuat beberapa murid dibuat ngantuk olehnya. Ada juga yang sangat berterima kasih kepada Hana, karena sudah memberhentikan penjelasan bu Ratih yang membuat mata mereka tak kuasa untuk menahan kantuk.