[ 𝐄𝐍𝐃𝐈𝐍𝐆 ]
Nama panjangnya Ashana Davinia, perempuan cantik dengan latar belakang keluarga yang bahagia juga berkecukupan. Ia menjatuhkan hatinya kepada seorang laki-laki yang memiliki senyuman seindah mentari. Dia Gavino Ardhaputra --- laki-l...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cinta Pertama.
Hana tersenyum kecil saat mengingat kata itu. Ternyata Dara dan Gavin lebih dulu saling kenal --- jauh sebelum bertemu dengan dirinya. Mereka pernah menjalin hubungan yang berstatus cinta pertama. Gavin, cinta pertama Dara. Dan Dara, cinta pertama Gavin.
Cinta Pertama, dan masa lalu. Itu tidak pernah menjadi permasalahan. Ia tidak akan mempermasalahkan masa lalu mereka. Tapi, pada masa sekarang, ternyata Dara masih menyukai orang di masa lalunya. Mencintai seseorang yang ia cintai juga.
Hana tidak akan tega membuat Dara merasakan sakit saat ia berbahagia bersama Gavin. Hana tidak tega, sungguh.
"Jujur aja nih ya, perempuan yang lo anggap sahabat ini, masih menyukai seseorang yang sekarang berstatus sebagai pacar lo."
Pasti rasanya sakit saat Dara mengetahui dirinya berpacaran bersama Gavin waktu itu. Tapi justru, Dara seperti orang yang paling bahagia saat tahu Gavin telah menyatakan perasaannya. Dara ikut merayakannya waktu itu, dengan baju couple, yang didesain oleh ibunya sendiri. Ibunya mendesain baju untuk seseorang yang sudah menjalin hubungan, dengan orang yang Dara suka.
Ternyata, senyum Dara waktu itu, hanya untuk menutupi rasa sakitnya.
"Ini bukan salah lo, dan kalau lo tetep sama Gavin pun, lo gak salah."
Hana menghela nafas kecil saat pikirannya tidak bisa mengambil keputusan. Ia terlalu bingung. Hana tidak bisa meninggalkan Gavin, tapi Hana juga tidak mau membuat luka lagi di hati Dara.
"Kenapa lo harus bilang ini sama gue sekarang Dara?"
***
Besoknya, Hana sudah sampai di sekolah pada jam 06:55, berangkat menggunakan motor kesayangannya. Hana bersenandung kecil, sedikit lega saat semalaman --- dia habiskan hanya untuk melamun, menangis, melamun lagi, menangis lagi. Persis orang gila.
Baru saja ingin melupakan sejenak masalah kemarin, kini pagi-pagi buta seperti ini sudah disuguhkan dengan pemandangan yang terkadang membuatnya muak.
Gavin, seseorang yang ia tangisi malam tadi, sedang berjalan berduaan dengan Dara. Dan Dara, sahabat yang selalu ia pikirkan perasaannya. Yang membuat ia bingung dengan pilihan yang sulit, yang membuat Hana merasa sangat tidak enak -- kini sedang berjalan beriringan dengan Gavin, sesekali tangannya menggeplak lengan Gavin dengan tawa kecilnya.