[ 𝐄𝐍𝐃𝐈𝐍𝐆 ]
Nama panjangnya Ashana Davinia, perempuan cantik dengan latar belakang keluarga yang bahagia juga berkecukupan. Ia menjatuhkan hatinya kepada seorang laki-laki yang memiliki senyuman seindah mentari. Dia Gavino Ardhaputra --- laki-l...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi harinya, Hana berangkat bersama Rio. Awalnya Hana akan berangkat sendiri, tapi kata Rio dia ada keperluan pagi ini, jadi sekalian aja. Hana sih setuju-setuju aja.
Di sepanjang perjalanan Rio tak henti-henti mengajaknya berbicara. Rio itu kayak Gavin, gak bisa hening kalau lagi naik motor. Hal yang tidak penting pun selalu dibahas.
"Lampu merah." Kata Rio bersamaan dengan berhentinya laju motor.
Hana mengangguk lesu, pagi-pagi sudah disambut dengan macet. Matanya mengedar melihat ke kanan ke kiri, mengisi kebosanan nya karena macet. Untung saja ia berangkat lebih pagi, jadi dijamin tidak akan terlambat.
"Itu Gavin bukan sih?"
Perkataan yang tiba-tiba terucap dari mulut Rio mengalihkan pandangannya dari seekor kucing yang tampak lucu dipangkuan anak kecil yang sedang mengelus kepala kucingnya. Hana mengikuti arah pandang Rio. Ternyata benar, di sisi kanan nya, terlihat Gavin yang terhalang beberapa motor, sedang tertawa dengan seorang perempuan yang ia yakini itu Dara. Siapa lagi.
Mereka terlihat sedang mengobrol, sesekali tertawa kecil.
"Harusnya gue." Batinnya tiba-tiba berkata seperti itu, sebelum ia memejamkan matanya dengan gelengan kecil. Ia harus mengerti keadaan Gavin. Ia harus mengerti posisi Gavin.
"Sama temen lo kan itu?" Tanya Rio lagi.
Lamunan Hana buyar saat mendengar pertanyaan dari Rio lagi. Ia mengangguk pelan. "Iya,"
"Kok bisa--"
"Maaf kak, gue bisa bad mood kalau bahas ini."
"O-oh, oke." Rio kini tidak lagi bertanya-tanya, walaupun tidak mengerti, ia tetap menuruti perintah Hana.
Kini tatapan Hana kembali pada posisi Gavin berada, dan ia sedikit terkejut kala Gavin tengah menatapnya. Hana membalas tatapan itu dengan senyum tipis yang terpatri. Gavin membalasnya, dan tak lama kemudian, kini lampu merah sudah berganti menjadi hijau. Kini kendaraan sudah kembali melaju, melanjutkan perjalanan mereka yang sempat tertunda.
Terlihat Gavin sudah melaju mendahului nya, Hana menghembuskan nafasnya pelan, kenapa hatinya selalu tidak bisa diajak kompromi? Kenapa ia selalu merasa cemburu saat melihat Gavin berboncengan dengan Dara? Ia selalu malas jika seperti ini. Pikiran dan hatinya tidak bisa bekerja sama.
Padahal Hana tahu, jika Gavin kerja. Hanya kerja.
Tapi.. mood nya selalu jelek jika pagi-pagi sudah disuguhkan dengan pemandangan seperti tadi.