(22) A D A R A : Sakit kepala

70 24 54
                                    

"Kenapa dia sangat perhatian? Apakah benar bahwa dia telah benar-benar suka? Atau hanya ingin sekedar menjaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa dia sangat perhatian? Apakah benar bahwa dia telah benar-benar suka? Atau hanya ingin sekedar menjaga."

~Arabelle

🐻🐻🐻

"Lo gak papa kan?" tanya Adnan saat Ara sudah melepaskan pelukannya.

"Mereka siapa?"

"Gak usah dipikirin siapa mereka, mending sekarang kita ke rumah gue ya buat obatin luka lo? Atau kita perlu ke rumah sakit?"

"Gak perlu ke rumah sakit, lagian cuman luka kecil Ad,"

"Tapi muka lo juga pucat Ra, lo beneran gak papa?"

"Eng--"

Baru saja akan menjawab, Ara merasakan sakit dibagian kepalanya. Penglihatannya sedikit buram, suara dari mulut Adnan saja tidak jelas Ara dengar, kepalanya semakin sakit dan dia kembali tidak sadarkan diri.

"Ra?"

"Ara bangun Ra, lo kenapa? Please jangan buat gue khawatir lagi," Adnan menggoyang-goyangkan tubuh Ara namun Ara tetap tidak mau bangun.

"Aduh kayaknya pingsan lagi Pak bos," seru Gilang.

"Atau mungkin dia masih syok Ad sama kejadian tadi," ujar Dafa.

"Ara gue disini. Gak akan terjadi apa-apa sama lo, tolong bangun,"

"Kasih nafas buatan aja," usul Gilang, membuat yang lain menatap ke arahnya.

"Kenapa? Gue salah?"

"Dosa tolol!" ucap Devan.

"Iya anjir bego banget si Gilang," tambah Rangga.

"Kan biar si Ara kebangun," jawabnya.

"Eh lo mikir dong mereka bukan muhrim," ucap Dafa.

"Ini sumpah kalian juga ikut tobat kayak si bos? Sok suci banget nyeramahin gue,"

"Lagi percobaan nih biar dosa gue berkurang," kata Devan.

"Halah bentar lagi juga balik ke pabrik awal," sindir Gilang.

"Berisik, diem bisa?" perkataan Adnan membuat semua temannya terdiam.

"Cepet panggil taksi, gue bakal bawa dia ke rumah,"

Gilang memanggil taksi, Adnan pun menggendong Ara dan akan membawanya pulang ke rumah. Sementara itu motornya ia tinggal disana, semua temannya juga ikut kemana Adnan pergi.

Adnan masih menatap wajah Ara khawatir, sangat cemas karena gadis ini tetap tidak membuka matanya. Wajah pucat dia semakin membuat Adnan berfikiran negatif.

"Pak tolong agak ngebut,"

Sang supir mendengarkan apa yang Adnan pinta, sehingga dia akan cepat untuk sampai rumah.

Arabelle (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang