SOL 3

9.3K 580 5
                                    

WARNING!!

TYPO BERSEBARAN😚

HAPPY READING GAES😆



"Euggh" sebuah suara terdengar dari sosok pemuda yang telah bangun dari tidur panjangnya.

Manik indah itu menelusuri ruangan yang bernuansa putih dengan bau obat obatan yang menyengat.

'Ini di mana? perasaan, gue udah mati deh' ucap Arka dari dalam hati, sambil berusaha melepas selang yang masuk ke hidung dan mulutnya.

Ia berusaha menggerakkan badannya namun rasanya begitu lemas.

"Kamu udah sadar Al?" Tanya seorang pemuda yang usianya satu tahun lebih tua darinya.

'Ini juga, udah tau masih aja nanya, mana gue enggak kenal lagi' celetuk Arka dari dalam hati hanya bisa ia ungkapkan melalui kedipan mata.

"bentarnya, abang panggilin dokter dulu" pemuda itu dengan tergesa-gesa berlari keluar ruangan.

'Dari tadi kek panggilin' desih Arka dari dalam hati.

.
.
.
.


Beberapa saat kemudian, seorang dokter masuk diikuti beberapa perawat tidak lupa juga tiga pemuda dan seorang pria paruh baya di belakangnya.

"Permisi" ucap seorang ( ADITYA PRASETYA) dokter pribadi sekaligus paman dari tubuh yang ditinggali Arka.

Dokter memeriksa keadaan Arka dengan seksama.

"Paman akan menggantinya dengan nasal kanula agar kamu mudah bergerak, tahan ya"
Ucap dokter yang hanya bisa dijawab Arka dengan kedipan mata. Dokter mulai mengganti alat intubasi dengan nasal kanula agar memudahkan ia bergerak.

"Argh..." Arka hanya bisa menahan rasa sakitnya.

Selesai mengganti dengan nasal kanula dokter mulai menyuntikkan sebuah obat agar menghilangkan rasa sakit pada tubuh sosok itu.

'Cih bahkan dalam keadaan gue yang kayak gini pun keluarga gue enggak ada yang datang, dasarnya aja gue emang enggak dianggap' timpal Arka dari dalam hati.

"Haus?" Tanya pemuda tersebut yang lagi-lagi hanya dijawab anggukan oleh Arka.

' bentar-bentar gue gelag dulu!....'

Krik krik krik...

' siapa sih orang- orang ini main nyelonong masuk aja mana enggak ada yang gue kenal lagi.' Ucap Arka kesal, karena sedari tadi ia terus merasa diperhatikan.

"Si..siapa?" Tanya Arka pelan sambil menahan rasa sakit di tenggorokannya.

Seluruh orang yang berada di sana dibuat terkejut dengan ucapan remaja itu.

" ini abang Al, kakak ketiga kamu Azka, ingat?" ucap pemuda itu.

Arka hanya menggelengkan kepalanya bingung

"Om, Al kenapa?" Tanya Danu kakak pertama. Aditya langsung kembali memeriksa tubuh Vano.

"Al mengalami amnesia. Mungkin penyebab dia lupa ingatan disebabkan benturan keras yang terjadi pada kepalanya, kita akan pantau apakah amnesia ini bersikap permanen atau hanya sementara" jelas Aditya panjang lebar, kemudian undur diri untuk keluar karena masih banyak pasien yang harus ia periksa.

Tanpa ada yang menyadari, sesosok pria paruh baya yang sedari tadi memperhatikan anak keempat nya itu merasakan sesak didada yang tidak ia ketahui penyebabnya.

'Apa aku terlalu keras padanya?' Tanyanya dari dalam hati.

Beberapa saat kemudian Vano mulai tertidur, mungkin efek dari obat yang disuntikkan oleh Aditya tadi.

Andrian berjalan lunglai menghampiri anak ke empatnya itu yang tengah tertidur pulas, duduk di samping bangkar , sembari mengusap pelan surai hitam lebat milik Vano, sejak kapan anaknya tumbuh sebesar ini, ia memperhatikan wajah yang sangat mirip dengan mendiang istrinya itu, 'andai.... andaikan.....' hanya kata itu yang terlintas dalam pikiran Andrian.


.
.
.
.


Arka terasa seperti di dalam ruangan gelap tak berujung, ia berusaha menyusuri jalan, mencari jalan keluar namun nihil.

"Di mana ini? Kenapa semuanya gelap" ucap Arka.

Ia terus menerus menyusuri jalan gelap itu sampai ia putus asa.

"Aarggghh" teriak Arka sambil mencengkram rambutnya frustrasi.

Dari kejauhan terlihat sosok remaja yang mirip dengannya, Arka perlahan menghampiri tubuh yang tengah duduk termenung dengan tatapan kosong ke depan.

" hei kamu nggk apa-apa?" Tanya Arka pelan sembari menepuk punggung remaja itu.

STORY OF LIES (SOL) ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang