Riko, Alqi dan Faldi menunggu di dekat ruang UGD, mereka tidak henti hentinya berdoa kepada Tuhan agar Vano baik-baik saja, jangan lupakan kondisi Riko yang tidak bisa dibilang baik-baik saja, tangannya masih terlumuri dengan darah Vano yang mulai mengering, baju yang ia kenakan juga berwarna merah terkena darah Vano, tangannya bergetar setiap mengingat kejadian tadi.
Sudah tiga jam lebih Vano ditangani oleh dokter diruang UGD, dokter dan para perawat yang menangani Vano dibuat kelimpungan, karena Vano, anak itu kehilangan banyak darah, dan di rumah sakit ini, stok darah yang sama dengan Vano sedang tidak ada, ditambah lagi golongan darah Vano juga langka.
Mereka dikejar dengan waktu, dan juga kondisi Vano setiap menitnya mengalami penurunan, luka tusuk pada perutnya juga lumayan sangat dalam, bahkan sudah mengenai sedikit ginjalnya.
Seorang dokter keluar dari ruang UGD dan menghampiri ketiga pemuda tersebut,
“Permisi, dengan wali pasien?”
Mereka bertiga yang mendengar panggilan tersebut seketika berdiri dan menghampiri dokter yang bername tag Fariz itu.
“Keluarganya masih belum datang dok, kita sahabatnya.” Balas Alqi dan Faldi serempak.
Sedangkan Riko ia tidak bisa menjawab, mulutnya begitu kelu untuk mengeluarkan satu kata saja.
“Begini, pasien membutuhkan transfusi darah secepatnya, jika dalam dua belas jam pasien tidak mendapatkan transfusi darah, maka bisa menyebabkan nyawa pasien dalam bahaya, ditambah luka tusuk diperutnya juga sangat dalam bahkan mengenai organ vitalnya, dan untuk saat ini dengan berat hati saya menyatakan pasien mengalami koma.” Jelas dokter Fariz.
“Untuk golongan darahnya berjenis O negatif, dan maaf sekali, di rumah sakit ini jenis darah yang dibutuhkan pasien sedang tidak ada stoknya dan pasien juga membutuhkan donor ginjal secepatnya karena ginjal pasien telah rusak karena luka tusuk.” Imbuhnya.
Mereka bertiga yang mendengar penjelasan itu dibuat terkejut sekaligus khawatir, jika saja golongan darah mereka sama seperti milik Vano sama, pasti mereka tanpa berpikir panjang dengan senang hati akan mendonorkan darah yang mereka miliki untuk sang sahabat juga mereka pasti akan mencarikan pendonor ginjal untuk Vano.
“Terima masih dok, dan untuk transfusi darah dan ginjalnya akan saya carikan pendonor secepatnya.” Balas Riko.
Dokter yang mendengar jawaban tersebut pun mengucapkan permisi untuk beranjak dari sana dan kembali memantau keadaan Vano.
Setelah kepergian dokter tersebut, mereka bertiga dengan cepat memegang ponsel masing-masing untuk menghubungi orang terdekat mereka untuk meminta tolong, namun usaha yang mereka lakukan ternyata sia sia, tidak ada dari kenalan mereka yang memiliki darah seperti milik Vano juga pendonor ginjal.
Mereka dibuat putus asa, siapa lagi pikir mereka yang dapat dimintai tolong mengingat darah Vano hanya dimiliki 6.6 persen orang saja. Juga ginjal, tidak ada orang dengan Cuma-cuma rela memberikan ginjal miliknya.
Itu yang 6.6 persen aku dapat dari google yaaa
Sampai Riko berinisiatif untuk menghubungi Azka, awalnya ia ragu, tapi dengan tekad kuat akhirnya ia memberanikan diri.
“Halo bang....”
“Ada apa Rik? Tumben lo telepon gue”
“anu ini soal Vano.”
“Kenapa Al? Dia ada sama lo kan?, kalo ada suruh pulang, ayah menunggu dia” entah kenapa tiba-tiba perasaan Azka cemas, tapi ia berusaha tenang.
“Maaf bang, tapi Vano sekarang ada di rumah sakit, dia kritis bang, di dia... butuh transfusi darah segera bang, tapi di rumah sakit ini tidak ada stok darah yang sama kayak punya Vano dan... Vano juga butuh donor ginjal.” Jelas Riko sambil bergetar.
“APA? Bagaimana bisa?” Kejutnya.
“I itu...”
“Udah sekarang lo kirim alamat rumah sakitnya, nanti aja jelasinnya kalo gue udah ada di sana.” Balas Azka sambil mengakhiri panggilan teleponnya.
Setelah panggilan terputus Riko kembali ke tempat duduknya berharap kabar baik menghampiri mereka.
.
.
.
.
Setelah Azka mengakhiri panggilan sepihak dari Riko, ia segera berjalan ke ruang kerja sang ayah untuk menyampaikan kabar Vano.
Di tiap langkahnya, entah kenapa perasaannya begitu cemas memikirkan Vano, ayahnya bakal membatu Vano kan? Ia tidak ingin kejadian beberapa bulan lalu terjadi lagi, yaitu adiknya kembali tidur dengan waktu yang sangat lama.
Bedanya bukan ayah yang melakukannya, melainkan orang lain.
Sekarang Azka tengah berdiri di depan pintu ruang kerja sang ayah.
TOK
TOK
TOK
“ayah ini Azka.”
Jangan bertanya mengapa tidak ada bodyguard yang berjaga di depan pintu Andrian, karena Andrianlah yang menyuruh semua bodyguard nya untuk mencari keberadaan Vano.
“Masuk saja Azka.”
Azka yang mendengar sahutan dari sang ayah lantas melangkahkan kakinya masuk ke ruang kerja sang ayah.
“Itu ayah, ini soal Al.”
Dapat Andrian lihat raut kekhawatiran yang terlukis di wajah anak ketiganya itu.
“Ada apa? Ke mana anak itu?” Tanya Andrian menatap lekat mata Azka.
“A Al ada di rumah sakit yah, dan dia.... dia sekarang koma.” Balas Azka dengan air mata yang ia tahan.
“APA? Bagaimana bisa?” kejut Andrian.
“Aku juga tidak tahu yah, yang terpenting sekarang kita ke rumah sakit.” Jawabnya.
“Baiklah, sekarang kita ke rumah sakit, biar ayah saja yang mengemudi.”
Akhirnya mereka berdua pergi meninggalkan mansion dan menuju rumah sakit tempat Vano yang diberi tahu oleh Riko.
Andrian mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi tanpa menghiraukan teriakan pengendara lain yang hampir ia tabrak, masa bodoh, kalo lecet tinggal ganti rugi saja, toh uang miliknya juga menganggur.
Setelah tiga puluh menit berkendara, akhirnya mereka telah sampai di rumah sakit tempat Vano dirawat, maklum jarak antara mansion ke rumah sakit lumayan memakan banyak waktu karena letak mansion Andrian yang berada di tengah hutan.
Setelah sampai di depan ruang Vano, Andrian segera memilih untuk menghampiri seorang dokter yang tak jauh dari ruang Vano di ikuti oleh Azka.
Oh ya, tadi setelah Vano ditangani di UGD, Vano dipindahkan ke ruang ICU agar memudahkan dokter memantau keadaan Vano.
“Permisi dok, saya wali pasien yang bernama Alvano.”
“Anda...?”
“Saya Andrian ayahnya Alvano.” Jelas Andrian.
“Ah... Begini pak, soal kondisi anak bapak bisa dibilang sangat kritis, karena anak bapak telah kehilangan banyak darah, juga anak bapak sekarang membutuhkan donor ginjal dan juga darah segera pak, jika dalam waktu dua belas jam tidak ada pendonor, maka mungkin saja terjadi hal yang tidak kita inginkan.” Jelas dokter Fariz.
“Darah saya sama dengan darah anak saya dok, anda bisa mengambil darah saya, dan saya juga tidak mempunyai riwayat penyakit apa pun.” Jelas Andrian.
Ya memang benar Andrian tidak memiliki riwayat penyakit apa pun, karena ia selalu menjaga pola makan dan selalu rutin check up untuk memeriksakan kondisi tubuhnya.
“Baiklah pak, anda bisa mengikuti saya.”
Sebelum memasuki ruangan, Andrian menghubungi para bawahannya untuk mencarikan pendonor ginjal untuk Vano, meskipun itu dari dunia bawah, ia bertekad ingin menebus semua perbuatan dimasa lalunya pada anaknya Vano, dan ia akan menyelidiki siapa dalang dibalik semua ini.
Dan jangan lupakan Azka, ia dibuat terkejut dengan tindakan sang ayah, apakah ayahnya itu sudah mulai kembali menyayangi sang adik? Jika benar, ia sangat amat bahagia, karena sudah lama ia menginginkan hal ini terjadi.
Sembari menunggu ayah kembali, Azka pergi menghampiri ketiga sahabat adiknya yang berjaga diruang ICU.
Azka menanyakan keadaan sang adik, dan bagaimana semua ini bisa terjadi. Riko menceritakan semua dari awal sampai Vano bisa berada di sini, sampai bunyi nyaring terdengar dari dalam ruang ICU yang Vano tempati.TIT TIT TIT........
Hayoooo terkejut aku tuhhhhh🤣
MAAF BARU BISA UPDATE🙏🏻😊
KAMIS, 11 MEI 2023
Revisi: 10 Januari 2024
![](https://img.wattpad.com/cover/331679282-288-k107361.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY OF LIES (SOL) ✔️
Подростковая литератураKarya 1 Arka bertransmigrasi ke tubuh seorang pemuda yang sialnya hidup pemuda itu tidak jauh berbeda dengan dirinya. Tubuh yang sama namun dengan jiwa yang berbeda. Nggk bisa buat deskripsi langsung baca aja ya 🙂 Setelah di pikir" cerita agak mele...