SOL 13 kilas balik

4.4K 300 4
                                    

Sebelumnya......

Sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal ke ponsel Andrian

+62xxxxxxxxxxx

Send a picture

Ini masih awal!

‘Siapa ini?!’ pikir Andrian.

Wajahnya mengeras saat ia membuka pesan gambar yang dikirimkan seseorang, entah apa tujuan orang itu dengan mengirim gambar almarhumah istrinya yang sedang tersenyum sambil menggandeng Alvano, juga gambar sebuah pisau yang telah terlumuri dengan darah.

Tanpa basa basi lagi, ia memanggil bawahannya untuk segera menyelidiki nomor yang tadi mengirim pesan, namun selang beberapa menit mencari, ternyata nomor itu hanya nomor sekali pakai, ia melacak asal nomor tersebut, namun lokasinya berubah ubah, itu membuat Andrian semakin naik pitam, sampai sebuah panggilan telepon berasal dari ponselnya.

Tringgg......

“Bagaimana kejutannya?” Suara seorang pria dewasa dari seberang sana.

“Brengsek, siapa kamu?” Tanya Andrian dingin.

ha ha ha, ini masih permulaan Andrian, dan kamu tidak perlu tahu siapa aku.” Setelah mengatakan itu, pria itu langsung menutup teleponnya.

“Sialan” ucap Andrian sembari melempar ponsdl yang ia genggam ke lantai dengan sangat keras.

Andrian sudah naik pitam, ditambah lagi Vano tidak kunjung datang ke ruangannya, sebenarnya ada apa dengan anaknya itu, kenapa semenjak kejadian waktu itu anaknya selalu membantah.

Anak? Sejak kapan Andrian dengan entengnya menganggap Vano sebagai anaknya, padahal ia selalu menyalahkan Vano atas kematian istri tercinta dan anak yang sedang istrinya kandung.

Tapi entah kenapa semenjak Vano keluar dari rumah sakit, ia selalu merasakan rasa bersalah juga benci yang bersamaan jikalau melihat seorang Vano yaitu putra kandungnya sendiri.

Mengingat dulu ia selalu melimpahkan kasih sayang kepada Vano, dan selalu memanjakan anaknya itu, tapi sekarang, jika ia melihat Vano ia selalu saja teringat dengan mendiang istrinya, istri yang sangat ia cinta.

TOK TOK TOK

“Permisi tuan, ada yang harus saya sampaikan.” Ucap seorang dari balik pintu ruangan milik Andrian.

“Masuk.” Titahnya.

“Lapor tuan, ada seseorang yang mengirimkan sebuah file dari kejadian kecelakaan nyonya dari nomor tidak dikenal tuan.” Jelasnya.

“Apa maksudmu Zain? Bukankah kecelakaan itu sudah diselidiki!” Ucapnya dingin.

“Tapi di nomor itu juga ada sebuah pesan bahwasannya file itu sangat penting tuan.”

“Dan kamu Zain, dalam kejadian itu sudah jelas bahwa itu murni kecelakaan, tidak ada kesengajaan.” Ucapnya dengan wajah yang menahan amarah.

“Ta tapi tuan itu...”

“Sudah lebih baik kamu keluar, tinggalkan file itu diatas meja.” Potongnya cepat.

Zain hanya bisa menuruti perintah tuannya itu, bisa-bisa ia celaka jika harus membantah sang tuan. Dan soal Zain, ia adalah bawahan yang sangat dipercaya oleh Andrian untuk mengurusi sesuatu yang penting jika Andrian tidak sempat melakukannya.

Setelah keluarnya Zain dari ruangnya, Andrian melangkah ke arah meja kerjanya, dan juga sebenarnya ia sangat penasaran dengan isi file tersebut, juga tidak seperti biasanya bawahannya itu akan membantah jika ia berucap, akhirnya ia menyalurkan file itu ke dalam laptop miliknya.

Ia memutar sebuah Video yang durasinya lumayan lama dilayar laptopnya, dapat ia lihat dua orang pria sedang berbicara tapi wajah salah satunya tidak terlihat lantaran pria itu mengenakan sebuah topi sedangkan pria yang satunya lagi, Andrian sangat familier dengan wajah orang itu, wajah yang tidak mungkin Andrian lupakan, yaitu wajah seorang yang telah menabrak istrinya.

Andrian dengan seksama mendengar percakapan dua orang tersebut, wajahnya sudah mulai mengeras menahan amarah yang sudah memuncak.

Kurang ajar jadi selama ini ada yang sudah bermain main denganku, dan Alvano sebenarnya target mereka bukan istriku’ pikirnya, muncul perasaan bersalah yang amat dalam pada diri Andrian, bisa bisanya selama ini ia menyalahkan Vano atas kematian istrinya, padahal waktu itu Vano hanyalah seorang bocah yang baru berusia lima tahun.

Dengan cepat ia menghubungi seseorang untuk mencari Vano dan membawanya pulang, ia tidak sabar ingin segera meminta maaf pada anak bungsunya itu, ia rindu ingin memeluk Vano juga menatap wajah yang selama ini selalu ia hindari.

Akhirnya setelah belasan tahun ia menemukan titik terang atas kecelakaan yang menimpa istri juga anaknya, betapa bahagianya seorang Andrian.

Flashback on

Andrian yang tengah sibuk dengan tumpukan berkas dikantornya dikejutkan dengan ketukan pada pintu kantornya.

“Permisi tuan, itu anu...”

“Ada apa, cepat katakan tidakkah kau lihat aku tengah sibuk!” Ucap Andrian to the point.

“Nyo nyonya dan tuan muda mengalami kecelakaan tuan.” Jelasnya terbata.

“APA!?! BAGAIMANA BISA?” Pekik Andrian terkejut.

“Tadi saat di taman, tuan muda tiba-tiba berlari ke pinggir jalan, dan sebuah mobil tengah melaju kencang ke arah tuan muda, nyonya yang terkejut seketika berlari untuk menyelamatkan tuan muda.” Jelasnya rinci.

Andrian yang mendengarkan penjelasan bawahannya itu seketika menegang, bisa bisanya anak buah yang ia tugaskan untuk menjaga istri dan anaknya tidak becus.

“bagaimana keadaan istri dan anakku? Apa mereka baik-baik saja, ah lebih baik kita ke rumah sakit dulu” putus Andrian cepat yang diangguki oleh Zain.

Andrian berjalan tergesa gesa keluar dari kantornya menuju rumah sakit tempat istri dan anaknya berada, bahkan sekarang ia tidak menghiraukan tumpukan berkas penting yang harus ia selesaikan segera, yang lebih utama adalah keselamatan keluarganya.

Sesampainya di rumah sakit ia berlari menuju dimana istri dan anaknya tengah ditangani, yaitu UGD.
Ia datang dengan keadaan yang sangat kacau, matanya mulai memerah menahan isak tangis yang seakan bisa keluar kapan saja.

Setelah berjam jam ia menunggu, Andrian berharap salah satu dari dokter itu segera keluar dan menyampaikan kabar yang menenangkan.

Dan juga Andrian tidak memberi tahu keadaan istri dan anaknya pada anak anaknya yang berada di mansion, ia takut jika akan terjadi hal yang tak diinginkan, karena akan banyak sekali musuh yang akan memanfaatkan tragedi ini.

Setelah tiga jam menunggu, seorang dokter berjalan keluar dari tempat istrinya berada, Andrian dengan langkah gemetar berjalan menghampiri dokter itu.

“Ba ba bagaimana keadaan istriku Jeff?” Tanya Andrian pada sahabatnya yang menangani istrinya.

“Maafkan aku An, tapi nyawa istrimu tidak dapat terselamatkan, begitu juga anak yang ada dalam kandungannya.” Balasnya tertunduk lesu.

“TI TIDAK, I INI SEMUA HANYA MIMPI.” Ucap Andrian tak percaya.

Bukan. Bukan kabar ini yang ingin ia dengar, ia ingin keadaan istrinya baik-baik saja dan juga anak yang dikandung istrinya, kenapa tuhan seakan tidak adil, kenapa harus istri dan anaknya yang meninggalkannya, kenapa bukan anak penyebab istri dan anaknya meninggal? Kenapa bukan Vano saja yang meninggal? Kenapa?

“Bagaimana keadaan anak itu?” Tanya Andrian lagi.

“Soal anakmu Vano, dia mendapat luka yang cukup serius pada bagian kepalanya, mungkin dalam beberapa hari ke depan dia tidak akan siuman.” Jelas Jeff.

“Kenapa bukan dia saja yang mati.” gumam Andrian yang masih didengar Jeff.

Dengan cepat ia berlari ke arah jenazah sang istri yang sudah tertutup rapi dengan kain putih, ia menatap wajah pucat sang istri dengan lekat, air mata yang sedari tadi ia tahan jatuh begitu saja, sekarang ia tidak dapat menatap wajah cantik sang istri, orang yang paling ia cintai, ia memeluk serta mencium wajah sang istri tanpa henti, perasaan bersalah muncul begitu saja, kenapa tadi ia mengizinkan istrinya untuk pergi keluar, tidak, kenapa istrinya harus melahirkan anak yang menjadi penyebab kematian dirinya sendiri?

Setelah lama menangisi jenazah istrinya, akhirnya Andrian memutuskan untuk membawa jenazah sang istri ke kediamannya, ia akan segera memakamkan sang istri agar jiwa istrinya itu tenang, anak-anak Andrian yang mengetahui berita duka ini menangis histeris, bahkan Azka anak ketiganya meraung raung ingin selalu bersama jenazah ibunya.

Serta orang tua bahkan kerabat yang mendengar berita duka ini berbondong bondong datang untuk menghadiri pemakaman, pemakaman diiringi dengan isak tangis keluarga dan kerabat, mereka sangat merasa kehilangan dengan sosok wanita yang baik hati dan penyayang itu.

Proses pemakaman telah usai, Andrian berserta ketiga anaknya telah kembali ke dalam mansion, Andrian menatap setiap sudut mansion, suasana mansion sangat sepi setelah sepeninggal istrinya, Andrian memasuki ruang kerjanya, lalu memanggil bawahan yang sangat ia percayai.

“Jeff, bunuh semua orang yang bertugas menjaga istriku pada kejadian itu, juga bunuh sopir mobil itu, aku tidak ingin dia hidup walau pun kejadian itu tidak di sengaja, juga jangan ada orang di mansion ini yang memperlakukan Vano seperti bungsu keluarga ini lagi.” Ucap dingin Andrian mutlak.

Falshback off

Andrian mengingat setiap kejadian pada hari itu membuat dirinya sedih, kenapa ia bisa sebodoh itu mempercayai perkataan pihak kepolisian.

Hatinya tiba tiba tidak enak sejak memikirkan Vano, apa terjadi sesuatu pada anaknya? Anaknya tidak dalam masalah kan? Andrian akui ia telah menyuruh mata-mata untuk mengawasi Vano, tapi Andrian tidak pernah memerintahkan Mata-mata itu untuk melindungi Vano, sekarang, kenapa ia baru merasa menyesal sekarang?





Serasa mau ending ceritanya, padahal mah kagak 😭
Tolong woy gue harus gimana sekarang😭🙏🏻

MINGGU, 30 APRIL 2023

Revisi: 10 Januari 2024

STORY OF LIES (SOL) ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang