SOL 28

2.3K 197 2
                                    

Sebuah guyuran air es membangunkan Vano dari tidurnya, di depannya sudah ada seorang pria berbadan besar, tubuhnya dengan refleks mulai bergetar tanpa bisa ia kontrol.

“Makan.” Titahnya dingin.

Setelah mengantarkan makanan untuk Vano, pengawal itu pun keluar meninggalkan Vano seorang  diri disana.

Vano hanya bisa menuruti perintah tanpa bisa ia bantah, pernah sekali dirinya membantah dan berakhir dirinya dipukuli lebih parah dari sebelumnya, mungkin itu juga yang menyebabkan tubuh Vano mulai bergetar jika ada orang berada di sampingnya.

Bahkan setiap hari dirinya selalu mendapat siksaan, entah itu cambukkan, pukulan, juga goresan-goresan memanjang pada tubuhnya yang sudah tak terhitung jumlahnya.

Dan entah sudah berapa lama dirinya dikurung di sini, ia tidak tahu, tidak ada cahaya dari luar yang masuk, dirinya tidak mengerti apakah ini pagi atau kah malam, ia hanya bisa berharap semoga ia bisa terbebas dari siksaan ini.

Setiap harinya seakan seperti neraka bagi Vano, netra yang dulu penuh harap kini sudah tidak ada lagi, hanya sorot kekosongan yang terlihat dari sepasang netra miliknya.

Dengan tangan gemetar ia mulai menyuapkan nasi yang hanya berlauk tempe dan sayur sup pada mulutnya, ia tidak berani bersuara, walau pun itu hanya satu kata.

Dirinya kelaparan juga ketakutan, semenjak dirinya datang kesini, hanya empat kali dirinya mendapat makan, itu pun terkadang makannya sedikit basi, bahkan pipi yang semula berisi, sekarang telah kehilangan lemaknya.

Di ruangan itu, dirinya masih saja dirantai, yang membedakan hanya panjang rantainya, yang tadinya pendek sekarang panjang.

Ia selalu saja duduk bersandar disudut ruangan sambil memeluk lututnya, dirinya sangat amat merindukan kehadiran keluarganya.

Ayo Al kamu pasti kuat’

‘Jangan menyerah’

‘Semangat’

‘Keluargamu pasti datang untuk menolongmu’

Vano selalu meyakinkan dirinya, bahwa keluarganya pasti akan datang menjemputnya.

“Hai anak manis!” Sapanya ramah, tapi tidak dengan raut wajahnya yang seakan bisa melenyapkan Vano kapan saja.

“Ha, sudah seminggu kamu di sini, dan keluarga brengsekmu itu tidak datang. Bukan, tapi lebih tepatnya tidak akan pernah datang.” Seringainya, pria itu tiap harinya selalu mencuci otak Vano di sela-sela siksaan yang ia torehkan pada Vano.

“Dengar, maka dari itu menurutlah hem?, kamu pasti tidak akan terluka jika kamu menuruti semua ucapanku.” Ucapnya lembut sembari mengusap pelan rambut Vano lalu meninggalkan Vano seorang diri.

Saat Vano menatap netra pria tersebut, tidak terlihat sedikit pun kebohongan dari semua ucapan yang pria itu katakan.

Vano bergelut dengan pikirannya sendiri, yang di ucapkan pria itu benar, tapi hatinya tidak mengiyakan ucapan itu.

Dirinya mulai gundah sekarang, apa setidak berharganya dirinya sampai-sampai keluarganya tega mengabaikan dirinya yang butuh pertolongan.

Vano sudah membulatkan tekadnya, ia harus memikirkan cara agar bisa segera terbebas dari tempat neraka ini secepatnya.

.
.
.

“CEPAT CARI KEBERADAAN AlVANO JIKA TIDAK INGIN NYAWA KALIAN MENJADI TARUHANNYA!” marah Andrian pada bawahannya di markas miliknya.

Sudah seminggu ini anaknya itu menghilang dari pandangannya, perasaan takut selalu menghantuinya semenjak bukti penyekapan Vano dikirim padanya.

Dirinya sudah frustrasi bahkan hampir putus asa dibuatnya, tidak ada satu jejak pun mengenai keberadaan anaknya itu.

AAAGGHH

Teriaknya frustrasi.

“Sial, siapa kau sebenarnya?” Umpatnya.

Ia selalu mengingat ingat setiap saat, orang-orang yang dulu bermusuhan dengannya, seingatnya, sejak dulu ia tidak pernah mencari masalah terlebih dahulu oleh para musuhnya, jika dirinya tidak di ganggu.

Dan lagi-lagi, hasil upayanya menyelidiki siapa dibalik pengirim pesan yang ia terima hanya menghasilkan nol besar.

Segala upaya telah ia lakukan, bahkan ia sampai meminta kepolisian untuk mencari keberadaan Vano, sudah tidak terhitung sudah berapa orang ia kerahkan untuk mencari keberadaan anaknya itu.

Derrttt

Hallo ayah!”

“Ada apa Azka?”

Apa sudah ada petunjuk mengenai keberadaan Al?”

“Belum, bahkan ayah masih berusaha mencari jejaknya.”

Hem, baiklah ayah, aku dan semuanya juga tengah mencari keberadaan Al, kalau sudah ada petunjuk segera beritaku kami ayah”

“Baiklah, ayah akan berusaha.”

Baiklah ayah.”

Tutt..

Ia hanya berharap anaknya dapat ditemukan dengan keadaan selamat tanpa ada cacat sedikit pun.

Semoga kau baik-baik saja nak, ayah di sini masih berusaha mencari keberadaanmu.’ Batinnya sendu sembari menatap lekat foto Vano saat masih bayi di atas meja kerjanya.

.
.
.

Sekarang Vano sudah memulai rencananya, ia akan menuruti semua ucapan pria itu untuk mendapatkan kepercayaannya, lalu jika ada kesempatan ia akan meninggalkan tempat terkutuk ini.

Dan sekarang waktu yang tepat untuk ia memulai sandiwaranya, bertepatan dengan pria itu memasuki tempat Vano di sekap.

“Kesini cepat.” Titah pria tersebut pada Vano, Vano menurutinya.

“Lepaskan rantai anak ini.” Titahnya.

“Ingat, aku melepaskan rantai yang melekat padamu bukan berarti aku membebaskanmu, menurutlah, maka kamu akan selamat, lalu jangan coba-coba berani melarikan diri dari sini, jika kau berani melakukan hal itu, maka kamu akan merasakan akibatnya.” Peringatnya pada Vano.

Setelah melepas rantai pada tubuh Vano, Vano diperintahkan untuk mengikutinya menuju tempat kediaman pria tersebut.

Mereka menaiki mobil dari dalam hutan menuju ke tempat tujuan memakan waktu sekitar dua jam, mata Vano tidak pernah lepas dari arah jalan-jalan yang mereka lalui, Vano berusaha mengingat tiap detail jalanan yang telah ia lewati agar memudahkan dirinya melarikan diri.

Bagi Vano, itu juga tidak lumayan sulit mengingat daya ingatnya di atas rata-rata pada umumnya.

Setibanya di mansion milik pria itu, dirinya digiring menuju ke sebuah kamar minimalis yang akan ia tempati mulai sekarang, atau mungkin hanya sementara saja?

Tidak buruk juga’ batin Vano saat melihat kamar tempatnya sekarang.

Keamanan di mansion ini tidak main-main, setiap sudut di mansion ini di jaga oleh seorang pria berbadan besar, juga dilengkapi dengan senjata di saku celananya.

Rencana Vano harus sempurna mengingat betapa banyaknya penjaga di mansion ini, salah sedikit saja mungkin nyawa miliknya akan menghilang.

Dan biarlah untuk sementara ini dirinya mengistirahatkan tubuhnya, untuk mengumpulkan energi lalu memulai rencana yang sudah ia susun.







Baca elit, kasih vote sulit chuaks 😌

Nggk sampe 1k word🙂

JUMAT, 30 JUNI 2023

22.12

Revisi: 10 Januari 2024

STORY OF LIES (SOL) ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang