Kini sang fajar mulai menyingsing, dan Vano masih betah menjelajahi mimpi, sampai bunyi alarm di hp berhasil membangunkannya.
PUKUL 05.00......
Vano yang merasa terganggu langsung saja mematikan alarm dan melemparnya begitu saja.
"Ganggu aja, enggak tau apa nih badan sakit semua" dumel Vano, padahal dikamarnya hanya ada dia sendiri.
Ia ingin sekali melanjutkan tidurnya, tapi ia lebih memilih pergi ke kamar mandi untuk bersiap berangkat ke sekolah, karena jarak tempuh antara Mansion dan rumahnya lumayan memakan banyak waktu.
Sekarang sudah pukul 06.00 pagi dan Vano telah selesai memakai seragam dan tidak lupa menyiapkan daftar pelajaran yang akan Vano bawa ke sekolah, Iya berjalan menuruni anak tangga, dan......
"Vano sarapan dulu" ucap Andrian.
Tetapi Vano memilih abai dan baru dapat satu langkah, Andrian kembali berucap.
"Sarapan. Vano" penuh penekanan.
'Apaan sih pak tua ini, tadi malam aja sok-sok an menghukum gue' ucap Arka yang hanya ia ucapkan dalam hati, tapi dengan mimik muka yang sudah.... tau lah gimana mukanya orang kesel.
Tanpa basa basi Vano berjalan kemeja makan dan mengambil sebuah piring tidak lupa mengambil nasi beserta lauk pauknya yang telah disiapkan oleh maid.
Vano makan dengan lahap tanpa menghiraukan tatapan keluarganya ke arahnya.
"Kenapa?" Tanya Vano ketus.
"Tidak ada" saut Azka cepat.
Dan kemudian mereka melanjutkan sarapan masing-masing.
Hanya sebuah percakapan singkat, tapi itu mampu sedikit menggoyahkan ego keluarga Vano.
Vano yang telah selesai sarapan langsung saja beranjak dari tempat duduknya dan berlenggang pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
'Padahal aku ingin mengajaknya berangkat bersama' batin Azka sembari menatap punggung Vano yang mulai menghilang tertelan jarak..
.
.
.
Sesampainya disekolah, seperti biasa ia memarkirkan motornya lalu berjalan menuju kelasnya, sungguh kehidupan yang monoton pikirnya.
Di dalam kelas, seperti biasa ia berjalan menuju bangkunya dan menenggelamkan wajahnya dibalik lipatan tangannya, sampai sebuah bel masuk mulai terdengar.
Sebuah tepukan pelan mendarat dengan epik dipunggungnya, Vano yang merasakan perih dipunggungnya pun mendesis.
"Ish....." lirih Vano.
"Kenapa Van?, sakit banget yaaa?" Tanya khawatir Riko.
"Ya lo pikir aja punggung gue sakit semua main lo tepuk-tepuk aja" balas Vano sinis.
"Maaf... kan gue enggak tau" ucap Riko sendu, merasa bersalah.
"Udah enggak usah dipikirin" balas Vano santai.
Dan disela percakapan itu, seorang guru masuk dan memulai proses pembelajaran.
Bell istirahat telah berbunyi, empat sekawan itu tengah berkumpul membahas agenda hari ini.
"Bolos aja yuk!" Ajak Vano.
Mereka bertiga membelalak mendengar ajakan Vano, tidak seperti biasa Vano mengajak mereka untuk bolos, terlebih lagi Vano yang dikenal selalu rajin dan pintar ini mengajak mereka bolos, sungguh sebuah keajaiban pikir mereka.
"Van lo okey?!" Tanya Alqi sembari menempelkan telapak tangannya ke kening Vano.
"Enggak deman kok" imbuhnya.
"Ck, apaan sih" balas Vano menatap tak suka pada Alqi.
"Ya... ya kan nggak kayak biasanya lo ngajak kita bolos, biasa lo kalo kita ajak juga di tolak" sautnya.
"Sekali kali jadi anak nakal." Balas Vano acuh.
Mereka menatap mata satu sama lain, akhirnya mengiyakan ajakan Vano untuk bolos, dan mereka pun berjalan keluar menuju parkiran.
"Eh eh tunggu, tapi kita mau bolos ke mana?" Tanya Faldi bingung.
"Ke apartemen gue aja" saut Vano.
Akhirnya mereka melesat pergi ke apartemen Vano.
Tepat satu tahun yang lalu Vano membeli sebuah apartemen dengan bermodalkan uang yang ia hasilkan dari hasil mengover lag-lagu yang ia unggah di sebuah situs, dan hasilnya ia kumpulkan untuk membeli sebuah apartemen dan keperluan lainnya, pengikutnya juga lumayan banyak yaitu 1.8 juta, ya walaupun wajahnya tidak ia perlihatkan sih.
Ya Walau pun tujuan pertamanya ia membeli apartemen jika sewaktu waktu ia diusir oleh Andrian setidaknya ia masih punya tempat tujuan untuk tinggal.
Dan ingatan ini Arka dapatkan dari Vano saat ia tengah tertidur dikamar.
Setelah beberapa menit berkendara Akhirnya mereka sampai juga di sebuah kawasan apartemen Vano, mereka berjalan memasuki lift menuju apartemen Vano yang terletak dilantai 10.
Sesampainya di dalam mereka merebahkan tubuhnya di sofa ada juga yang di karpet, senyaman mereka sih.
"Van lo beneran enggak apa-apa bolos?" Tanya Riko sembari menatap manik Vano.
"Enggak apa-apa, lagian juga udah biasa kok, enggak buat salah tetap aja salah dimata dia" ucap Vano lirih disertai dengan senyum tipis di wajahnya.
Merasa atmosfer berubah, Vano langsung saja mengalihkan topik.
"Oh iyaaa gimana kalo kita pesen makanan, gue udah lapar nih" ucap Vano mengelus perutnya.
"Okey, pesan ayam geprek aja, enak tuh pedes-pedes, minumnya es teh, gimana?" Tanya Riko yang diangguki setuju oleh semuanya, tanpa lama-lama Vano segera memesan makanan via apk warna hijau yang ada di ponselnya.
Setelah hampir satu jam menunggu, akhirnya pesanan mereka telah datang, betapa antusiasnya mereka menyantap makanan masing-masing, sesekali mereka bercanda gurau melupakan sejenak masalah yang ada, hanya pada mereka Vano bisa tertawa lepas tanpa diliputi sebuah masalah, juga sebuah tuntutan yang harus ia penuhi.
Disisi lain.....
Azka yang berada di kantin tengah kelabakan mencari sang adik, ia sudah lama berada di tempat itu, tetapi Vano tidak juga memperlihatkan batang hidungnya, teman-teman adiknya juga tidak ada di sana.
Akhirnya Azka memutuskan mencari Vano dikelas XI IPA I di mana adiknya biasa berada, namun sesampainya di sana ia juga tidak melihat adiknya di sana, khawatir, itu yang saat ini ia rasakan, tidak seperti biasanya Vano tidak kelihatan, akhirnya setelah beberapa saat mencari, ia berinisiatif bertanya pada siswi yang tengah lewat.
" tunggu, kamu murid dikelas ini kan?" Tanya Azka yang diangguki oleh siswi itu.
"Kamu tau Vano di mana?" Tanya Azka.
"Itu kak Vano sama teman temannya tadi aku liat pergi naik motor keluar sekolah" jelasnya.
"Ke mana?" Tanya Azka lagi.
"Maaf kak aku kurang tau." Balasnya.
"Ya udah makasih ya" ucap Azka yang dibalas anggukan oleh siswi itu.
'Ke mana sih perginya.... gimana kalo dia nanti kena marah lagi sama ayah' pikirnya khawatir.
Ia berulang kali menghubungi nomor Vano, namun nihil, tidak ada sahutan dari seberang sana, berdering namun Vano enggan untuk mengangkat teleponnya, ia juga menghubungi teman-teman Vano, namun sama saja tidak ada jawaban..
.
.
.
"Van itu kak Azka telepon lo terus, coba gih angkat!" ucap Riko.
"Udah lah buat apa?!" Balasnya abai sambil memposisikan tubuhnya nyaman sebab matanya sudah mulai mengantuk.
"Tuh kan sekarang dia gentian menghubungi kita gara-gara lo enggak mau mengangkat panggilan dari kak Azka" timpal ketiganya.
"Udah mati in aja ponsel kalian dari pada ribet" balas Vano yang sudah menutup mata.
Mereka yang juga enggan mengangkat telepon itu juga akhirnya menuruti ucapan Vano.
Dan akhirnya mereka bertiga memilih mengikuti Vano yaitu tidur.
Betapa lucunya melihat mereka tidur sambil berpelukan satu sama lain.Maaf banget baru bisa update lagi, soalnya otakku buntu nggak bisa berword word lagi...
Mana malem malem lagi updatenya, mumpung juga mau sahur😁Di chapter ini aja menurutku kata-katanya ambigu semua woyyy mau nangis rasanya 😭😭
Udah hampir sebulan aku mikirin chapter ini.....😭😭
Vote juseyo 🙏🏻
31 MARET 2023
Revisi: 10 Januari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY OF LIES (SOL) ✔️
JugendliteraturKarya 1 Arka bertransmigrasi ke tubuh seorang pemuda yang sialnya hidup pemuda itu tidak jauh berbeda dengan dirinya. Tubuh yang sama namun dengan jiwa yang berbeda. Nggk bisa buat deskripsi langsung baca aja ya 🙂 Setelah di pikir" cerita agak mele...