SOL 29

2.5K 152 3
                                    

Sudah dua hari ini Vano berada di mansion pria tersebut. Namun sampai sekarang dirinya tidak mengetahui nama orang yang telah menculiknya, dirinya sering kali menguping pembicaraan para bodyguard yang menjaga di sekitar sini untuk mendapatkan informasi, namun mereka hanya mengucapkan kata pengganti ‘tuan’ hanya itu yang Vano dengar tidak lebih, pergerakannya di mansion ini juga selalu diawasi, ia jadi sedikit susah untuk menjalankan rencana yang telah ia pikirkan.

Dan Vano bertekad, malam ini ia akan melarikan diri dari sana, mengingat ia sudah hafal selak beluk arah yang harus ia lewati, mustahil jika ia bisa tertangkap lagi.

Sekarang sudah sore hari, dan tinggal beberapa jam lagi ia akan keluar dari sana, ia yakin setidaknya pasti ada orang yang menolongnya saat di luar sana, ya walau pun Vano juga berharap keluarganya akan membebaskannya dari tempat ia sekarang.

“Woy bocah!” Panggil salah satu bodyguard yang ada di sana.

Vano menoleh, ia melihat sekelilingnya, siapa yang mereka panggil heran Vano, perasaan nggak ada orang lain selain dirinya, akhirnya Vano menunjuk dirinya sendiri.

“Di panggil ke ruangan bos.” Ucap pria berbadan besar tersebut.

Yaaa karena Vano anak baik ya kan orangnya, ia sih nurut-nurut aja, yang penting dirinya nggak disiksa lagi🥹😭

Lantas Vano pergi menuju ruangan yang ditempati pria tersebut.

Tok

Tok

Tok

“Permisi tuan.” Panggil Vano dari balik pintu.

“Masuk.” Suara berat itu menginstruksikan Vano agar segera menghadap dirinya.

“Nanti saya akan pergi untuk beberapa hari, ingat jangan coba-coba berani keluar dari mansion ini, jika kamu berani melakukan itu, maka tidak ada ampun untukmu.” Peringat pria itu.

Vano mengangguk patuh, tapi tidak di hatinya, ia tersenyum senang, ia berdoa semoga rencananya berjalan dengan lancar.

Setelah mengatakan hal itu, pria itu menyuruh Vano keluar dari ruangannya.

Setelah Vano menghilang dari pandangannya, lantas pria itu mengambil ponsel di atas mejanya, lalu menghubungi nomor seseorang.

“Awasi anak Andrian, jangan lengah sedikit pun.” Titahnya.

Ia tersenyum smirk, ‘bersenang senanglah untuk sekarang ini anak manis.’ Ucapnya dalam hati.

Pria itu tidak bodoh untuk sekedar melepas pengawasannya dari Vano, Vano tidak sadar bahwa setiap gerak geriknya terpantau jelas dilayar cctv diruangan pria tersebut, bahkan disetiap sudut mansion miliknya, ia berucap demikian hanya sekedar memancing pergerakan anak musuhnya itu.

.
.
.

Kini sudah tengah malam, keadaan mansion sekarang telah sepi, hanya ada beberapa bodyguard saja yang berjaga di sekeliling mansion milik pria tersebut.

Vano juga merasa heran, baru kali ini ia melihat hanya sedikit penjaga yang berjaga di sana, karena biasanya di setiap sudut mansion tersebut selalu ada bodyguard yang berjaga.

Vano keluar dari kamar miliknya, dirinya berjalan mengendap-ngendap menuju pintu utama mansion, karena hanya itu satu satunya pintu keluar yang keamanannya tidak terlalu ketat, beberapa kali Vano bersembunyi jika terdengar derap langkah kali.

Ia membuka pintu utama mansion, beruntung pintunya tidak di kunci, bodyguard yang berjaga di depan pintu juga sedang berpatroli keliling mansion.

Setelahnya, ia dengan cepat berlari keluar menuju pintu gerbang yang letaknya lumayan jauh dari sana, jika dihitung butuh beberapa menit agar ia sampai di sana dengan berlari, di setiap langkahnya Vano berusaha menahan agar tidak menimbulkan suara sekecil apa pun itu.

Sesampainya ia di pintu gerbang, ia memanjat pagar tersebut karena gerbangnya dalam keadaan tertutup, jika ia buka, Vano takut akan ada semacam bunyi pendeteksi, alhasil lebih baik memanjat saja, lagi pula temboknya juga tidak terlalu sulit untuk ia panjat.

Setelah berada di atas tembok, kemudian Vano melompat ke bawah, berlari keluar dari mansion tersebut, ia berlari sekuat tenaga agar segera menjauh dari jangkauan para orang yang menyiksanya beberapa minggu ini.

Vano beberapa kali berhenti untuk mengambil nafas karena terlalu cepat berlari, kini tenaganya mulai terkuras sedikit demi sedikit, sakit kepalanya juga sekarang mulai kembali, ia merasakan sesuatu keluar dari hidungnya, dapat ia tebak kalau sekarang ia tengah mengalami mimisan.

Argh, kenapa harus sekarang sih sakitnya.’ Walau pun begitu, Vano tetap berlari, namun lama kelamaan pandangannya mulai berkunang-kunang, disela sela tipis kesadarannya, ia melihat sebuah mobil tengah berhenti tepat di depannya, ‘aku harap ada seseorang yang menolongku.’ Batinnya lalu tubuhnya luruh di dinginnya jalan aspal.

Melihat Vano tidak sadarkan diri, orang tersebut keluar dari mobil miliknya lalu menghampiri Vano yang pingsan di tengah-tengah jalan, kemudian berjongkok di samping Vano.

“Hah.” Pria itu menghembuskan nafasnya jengah.

“sudah aku bilang jangan berani-berani untuk keluar dari sana, sayang sekali kau tidak menuruti ucapanku, nantikan saja hukumanmu anak manis.” Setelah mengucapkan kalimat tersebut, pria itu menghubungi seseorang untuk membawa Vano di ruang bawah tanah mansion miliknya, lalu pergi meninggalkan Vano yang tergeletak di sana seorang diri, toh habis ini bawahannya akan membawa Vano kembali jadi dirinya tidak mau repot-repot untuk membuang tenaga mengurus anak dari musuhnya, pikir pria tersebut. Poor Vano🤧

.
.
.

Eugh...

Suara itu keluar dari bibir Vano, anak itu sekarang telah sadarkan diri.

Ia mengerjapkan matanya, ia menggerakkan bola matanya menelisik tempat ia berada.

Ha ia lelah, sungguh. Kenapa ia sekarang harus terbangun lagi di ruangan seperti ini, kenapa tadi ia tidak mati saja, lebih baik ia mati dari pada harus kembali ke tempat neraka ini.

Tubuhnya didudukkan di atas kursi, tangan dan kakinya juga diikat, bibirnya juga ditutupi oleh kain agar tidak menimbulkan sebuah suara.

Vano berusaha melepas ikatan tangannya, namun sayang, ikatan itu terlalu kuat untuk dirinya yang kehilangan tenaga.

Sekarang pria itu sudah berada di sana, juga di belakang ada beberapa orang yang telah bertelanjang dada.

“Hentikan itu anak manis, sekarang percuma kamu memberontak, padahal lebih baik kamu menurut saja, bukankah sudah aku bilang, jika kamu menurut maka dirimu akan aman dari bahaya hm? Well semoga kamu suka hadiah dari saya.” Ucapnya pada Vano, namun Vano tidak dapat menjawab sepatah kata pun karena kondisi mulutnya yang disumpal.

“Cepat sodomi dia, lepas penutup mulutnya agar aku bisa mendengar erangannya, dan video, aku tidak sabar untuk mengirimkannya untuk Andrian.” Titahnya puas, beberapa pria yang telah bertelanjang dada tadi kemudian menghampiri tempat Vano di ikat.

Vano menggeleng brutal, matanya kini sudah mulai berembun, sekarang tubuhnya telah dilucuti tanpa sehelai benang yang melekat pada tubuh miliknya.

Penutup mulutnya kini telah terlepas, Vano berulang kali memohon agar pria tersebut tidak melakukan hal itu padanya.

“Ah, lebih baik patahkan kaki anak ini agar tidak bisa lari lagi.” Imbuhnya.

“Tu tuan, a aku mohon ja jangan lakukan hal ini!”

“A aku janji ti tidak akan ka kabur la lagi.”

“A aku mo mohon, am ampuni a aku, aku ja janji tidak akan me melakukan hal i itu la lagi tu tuan dan me menuruti se semua pe perintah an anda.” Hancur sudah pertahanan Vano, anak itu kini tengah menangis memohon belas kasih dari orang yang akan menghancurkan kehidupan miliknya.

Pria itu hanya tersenyum puas melihat Vano memohon belas kasihnya.

“Cepat lakukan.” Titahnya.

Kini kedua kaki Vano dipatahkan menggunakan palu yang memang sudah ada di sana.

“Tu tu arghhh

“Am am arghhh

Vano tidak sanggup lagi untuk mengeluarkan sebuah kata, tubuhnya kini sudah dikelilingi beberapa pria yang mulai menjamah beberapa bagian sensitifnya.

Ia berusaha memberontak, namun sayang semakin berusaha ia memberontak, maka pria pria itu semakin gencar menelusuri setiap bagian tubuhnya.

Matanya kini penuh sorot kekecewaan, ia kecewa pada keluarganya yang tidak datang menolongnya, namun ia lebih kecewa pada dirinya yang lebih mempercayai keluarganya bahwa akan datang menjemputnya.

‘Kini aku baru menyadari, bahwa meskipun aku ingin melarikan diri sekarang, ini adalah situasi dimana aku tidak akan pernah bisa melarikan diri’











JUMAT, 07 JULI 2023

Revisi: 10 Januari 2024

STORY OF LIES (SOL) ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang