SOL 21

3.8K 235 3
                                    

Pagi ini Vano telah sampai di parkiran sekolahnya, sebelum berangkat sekolah tadi, seperti biasa selalu saja terjadi drama setiap pagi di mansion.

Itu bermula sejak beberapa hari yang lalu ia mulai masuk sekolah, keluarganya itu selalu saja berebut untuk mengantarkan dirinya pergi ke sekolah, padahal dirinya kan sudah mempunyai kendaraan sendiri, akhirnya dengan ancaman Vano, keluarganya memilih mengalah dan hanya mengawasinya dari jauh, entah apa ancaman yang diucapkan Vano sehingga keluarga yang keras kepala itu memilih mengalah.

Dan soal ponsel yang ia berniat ingin membelinya, keesokan paginya ayahnya itu tiba-tiba saja menyodorkan sebuah box ponsel keluaran terbaru, ia sih terima saja, lagian dirinya juga butuh, mulai sekarang ia berniat untuk memanfaatkan keluarganya.

Ia berjalan melewati lorong sekolah, pekikkan cewek-cewek terdengar seiring langkahnya menuju kelas, mereka begitu mengagumi sosok Alvano, tapi begitulah Vano, selalu saja mengabaikan hal-hal di sekitarnya.

Sesampainya di kelas, anak itu menelungkupkan badannya di atas bangkunya, para sahabat Vano juga belum sampai disekolah.

Waktu bel jam pertama kurang lima menit lagi, Vano yang merasa mendapat tepukkan pelan mengangkat kepalanya.

“Hm?”

“Lo kenapa Al, sakit?” Tanya Riko, awalnya dirinya tidak berniat membangunkan Vano sejak dirinya tiba tadi, tapi melihat waktu bel tinggal sedikit, akhirnya memilih membangunkan Vano, takut sahabatnya itu tiba tiba sakit.

“Enggak kok, Cuma lagi malas melek aja, Alqi sama Faldi mana?”

“Tadi sih pamit ke toilet, tapi sampai sekarang belum datang mereka.” Jelasnya.

Selang beberapa detik mereka selesai bicara, kedua sahabat itu dengan wajah watadosnya berjalan menghampiri mereka.

“Lama banget lo.” Ujar Riko.

“Biasa anak gadis, maunya di anterin.” Jawab Faldi singkat.

“E eh lo tuh ya, yang ada lo tuh yang mampir ke kantin dulu, lama kan jadinya.” Sanggah Alqi.

Mendengar nada kesal dari Alqi membuat mereka tertawa terbahak-bahak, tatapan mereka beralih menatap Vano yang tengah tertawa menunjukkan kedua dimplenya .

‘Ha semoga senyum Vano tidak pernah hilang.’ Harap mereka dalam hati.

Ya memang, walau pun mereka bertiga sekelas dan bersahabat dengan Vano, tapi mereka lebih tua satu tahun ketimbang Vano, sehingga mereka menjaga dan menganggap Vano seperti adik mereka sendiri.

.
.
.
.

Setelah pulang sekolah, mereka berencana untuk ke apartement Vano terlebih dahulu, untuk mengerjakan tugas kelompok yang akan dikumpulkan minggu depan, Vano juga sudah meminta izin pada ayahnya.

Anehnya ayahnya itu mengizinkannya tanpa ada penolakan, Vano sedikit curiga pada tingkah laku keluarganya belakangan ini, biasanya ayahnya itu akan membatasi ruang lingkup Vano, tapi tadi hanya berpesan untuk tidak pulang terlalu malam, ya mungkin mereka benar-benar menyesal? Atau hanya pura-pura? Vano tidak tahu.

Sebelum ke apartement, mereka terlebih dulu mampir di sebuah mall untuk membeli beberapa persediaan bahan masakan sekaligus camilan untuk stok di apartement Vano.

Selesai berbelanja mereka lalu bergegas untuk segera mengerjakan tugas dengan cepat, mereka pikir lebih baik mengerjakan tugas terlebih dulu kan? Daripada nantinya kelupaan, mereka ke apartement Vano juga ada tujuan lain selain mengerjakan tugas, yaitu mengover lagu, sudah lama Vano tidak mengupload Video di chanelnya.

“Oke, sekarang kita mau ngapain lagi?” Tanya Faldi.

“Mungkin tidur? Tapi gue lapar.” Ucap Vino.

“Ya udah kita masak aja gimana?, mumpung tadi kita udah beli bahan bahannya.” Balas Riko.

“Ya udah, kalian bertiga aja yang masak, yang gampang aja, misalnya nasi goreng gitu, soalnya gue udah nggak tahan, mau tidur, ngantuk.” Ucap Vano dengan watadosnya sambil memposisikan dirinya rebahan diatas sofa.

“Huh, enak aja lo Van.” Ucap Alqi tak terima.

“Udah lah Qi, lo liat aja tuh wajah Vano benar-benar nggak bisa di pending tuh kantuknya.” Ucap Faldi menunjuk Vano menggunakan dagunya.

“Udah-udah kita lebih baik cepat, soalnya ini juga udah jam 7, kasihan Vano nanti kalo kena hukum lagi sama om Andrian.” Balas Riko menengahi.

“Iya iya.... lagian gue juga tadi bercanda, wk wk wk.” Balas Alqi.

Mereka akhirnya menuju dapur untuk memasak nasi goreng spesial untuk mereka makan di malam ini.

Mereka dengan serius mengikuti tutorial masak nasi goreng di yt seolah olah masakan mereka kali ini akan berhasil, mereka hanya mengira-ngira saja takaran bumbunya tanpa mengikuti instruksi yang diberikan, seumur umur baru kali ini mereka memasak, itu pun karena terpaksa.

Riko dengan serius menumis bumbu-bumbu yang di perlukan, Alqi yang memotong sayuran, serta Faldi yang serius menggoreng telur.

Setelah banyaknya drama di dapur, akhirnya mereka memulai acara makan malamnya, mereka sudah sangat berekspektasi tinggi atas hasil masakan mereka.

Nasi goreng sudah dihidangkan, Vano yang tertidur sudah bangun lantaran terganggu dengan berisiknya suara di dapur, mereka masing-masing mengambil bagian mereka sendiri-sendiri.

Vano yang bersemangat memasukkan suapan pertama ke mulutnya, baru satu detik makanan itu masuk dengan refleks Vano memuntahkannya.

“Anjir.” Pekik Vano sambil meminum air.

“Ada apa Van, gimana enakkan masakan kita?” Tanya Alqi antusias.

“Iya enak banget, coba deh lo makan.” Ujar Vano.

Entah mengapa Riko dan Faldi mengikuti saran Vano, padahal yang Vano suruh hanya Alqi.

Dengan perasaan bangga, mereka memakan nasi pada suapan pertama, dengan cepat pula mereka memuntahkannya.

“Gimana enak?” Tanya Vano jail.

“Apaan nih, kayak makan garam, bwelh du du” balas Alqi dengan cepat menyabet air ditangan Vano.

“Padahal kita udah mengikuti resepnya.” Ucap Faldi kecewa dan di angguki setuju oleh Riko.

“Emang gimana resepnya? Kok bisa asin?” Bingung Vano.

“Ya gitu, kita masak sesuai resep kok, Cuma tadi gue masukin garam sepuluh sendok, takut kurang.” Jawab Riko polos.

Vano hanya bisa tersenyum pasrah, padahal Riko paling waras di antara ketiga sahabatnya, bisa bisanya dia, ya sudah lah.

Karena nasi goreng yang gagal, akhirnya mereka berempat memilih memasak mie instan yang tadi mereka beli untuk jaga-jaga.

“Gimana kalo kita mencari resep mie instan?” Usul Alqi.

“JANGAN.” Jawab mereka bertiga kompak.

“Jangan mengada-ngada lo ya tong, makan enggak yang ada kita kelaparan.” Ceplos Faldi.

Vano memandangi interaksi ketiga sahabatnya lekat, sungguh, itu membuat dirinya senang, karena hanya pada mereka dirinya dapat tersenyum lebar.

.
.
.
.

Tepat sebelum jam sembilan malam, Vano telah sampai di dalam mansion, tadi siang dirinya memang sudah janji untuk tidak pulang larut malam, di sana ada Andrian yang tengah duduk di sofa ruang tamu, Vano berjalan abai melewati Andrian, ia masih segan untuk mengawali pembicaraan, lagian buat apa?.

“Bagaimana hari ini Van?” Tanya Andrian.

Vano berhenti sejenak untuk menjawab pertanyaan sang Ayah.

“Tidak ada yang spesial.” Jawab Vano acuh lalu berlenggang menaiki tangga menuju kamarnya.

Andrian hanya bisa menatap punggung putranya nanar, mungkin ia harus lebih berusaha lebih keras lagi untuk mendapat kepercayaan seorang Vano.




Libur dulu ngasih siksaan buat Vano, kasih dia seneng dulu, baru deh gass 🙂

JUM'AT, 02 JUNI 2023

01.24

Revisi: 10 Januari 2024

STORY OF LIES (SOL) ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang