SOL 4

8.8K 465 1
                                    

WARNING!!

TYPO BERSEBARAN😚

HAPPY READING GAES😆


Sudah beberapa hari berlalu, tetapi kondisi Vano masih sama seperti sebelumnya, bahkan ia menolak untuk makan dan hanya duduk termenung di ruang inapnya, sering kali Vano tiba-tiba berteriak dan menangis sampai menyakiti dirinya sendiri.

Keluarga tanpa terkecuali Azka yang melihat kondisi Vano seperti itu merasa bersalah atas apa yang sudah mereka lakukan pada Vano selama ini, mereka ingin sekali melupakan kejadian itu namun, lagi-lagi ego mereka lebih besar.

Aditya juga merasa khawatir dengan kondisi keponakannya, ia sering kali mengajak Vano berbicara dan membujuknya untuk makan, namun sang empu hanya menatapnya dengan tatapan kosong tanpa menjawab.

"Al.... makan dulu yaaaa, paman suapi" ucap Aditya dengan suara lembut. Tetapi hanya mendapat gelengan dari Vano.

"Biar aku saja paman" pinta Azka sembari mengambil semangkok bubur yang berada ditangan Aditya, lantas duduk di samping bangkar sang adik.

Azka merasa sakit melihat kondisi Adiknya seperti ini, ia ingin sekali membantu Vano selama ini, tapi ia juga takut kepada sang ayah.

"Ini Al makan ya buburnya sesuap.... aja" bujuk Azka. lagi-lagi Vano hanya menggeleng.

"Ayo dong Al.. makan ya! bunda nggak akan suka kalo anaknya kayak gini" ucapan Azka bak mantra ditelinga Vano.

"Bundaaaa......" akhirnya suara itu keluar, suara yang beberapa hari ini tidak terdengar terucap begitu lirih disertai cairan bening yang keluar dari sepasang mata Vano.

"Bunda.... hiks.... bunda ......" hanya kata itu yang terucap disela-sela isakan kecilnya. Dengan sigap Azka memeluk tubuh sang adik yang terlihat sedikit besar darinya itu, mengusap punggung Vano sembari mengucapkan kata-kata penenang.

"Cup cup cup.... bunda udah bahagia disana dek"

'Maaf.... maafin abang dek...'

Hanya Azka yang tau dibalik kata maaf yang terucap dari dalam hatinya.

"Kamu tenang dulu yaaa, ini dimakan buburnya biar kamu cepat sembuh terus bisa ketemu sama bunda" bujuk Azka yang di angguki oleh Vano.


.
.
.
.


Dua minggu telah berlalu, kondisi tubuh anak itu sudah baik-baik saja sekarang, dan mentalnya juga mulai kembali seperti semula, kembali seperti Arka sebelum berpindah jiwa, dan selama itu juga Arka mengetahui bahwa dirinya bertransmigrasi ke jiwa orang lain.

'Huh... bosen gue lama-lama di sini, masak sih gue cuma disuruh makan tidur, makan tidur, kan enggak etis, sekali-sekali kek ajak gue keluar kamar, ke taman gitu' dumel Arka dalam hati.

"Bang....."

"....."

"Woyy bang"

"Siapa? Aku?" Tunjuk Azka pada dirinya sendiri bingung.

"Ck, ya iyalah, lo pikir ada orang lain selain lo di sini?" Balas Vano ketus.

"Ada apa?"

"Gue mau pulang!! Gue enggak suka lama-lama ada di sini"

"Kita tunggu om datang dan periksa kamu ya!!"

"Ya kapan?? Bisa gila gue kalo di sini terus"

"Tunggu om datang Al, setelah itu terserah kamu." balas Azka.

Limamenit kemudian, Aditya datang dan memeriksa kondisi Vano, awalnya Vano masih tidak diperbolehkan pulang, tetapi karena kekeras kepalaan Anak itu, dengan berat hati Aditya menyetujui dengan syarat Vano harus check-up tiap minggunya, Arka sih enggak masalah yang penting dia bisa cepat pulang.

"Al, kamu siap-siap dulu sambil nunggu kita dijemput." tanpa menjawab ucapan Azka, Arka segera mengganti pakaian rumah sakit dengan sebuah sweater, celana corduroy dan juga topi dikamar mandi.

.
.
.
.

Sebuah mobil memasuki pekarangan mansion yang sangat luas, dibutuhkan waktu satu jam lebih dari rumah sakit ke mansion besar itu, mereka pun turun dari mobil.

'Anjir nih mansion gede amat!!'

'Wih, banyak mobil sport lagi!!'

'Enak kayaknya tinggal di sini.' pikir Arka sambil melihat sekeliling.

entah kenapa semenjak Arka memasuki tubuh yang baru, ia sekarang banyak bicara dan sering kali berkata kasar, padahal ia dulu anak yang irit bicara.

.
.
.
.


Azka dan Vano mulai berjalan memasuki mansion, disana tidak ada anggota keluarga, hanya ada beberapa maid yang sedang bertugas.

'Anjir dalemnya mewah banget' ucap Arka dalam hati.

"Al, aku akan antarkan kamu ke kamarmu" ucap Azka.

Tanpa menjawab, Vano hanya berjalan mengikuti langkah kakaknya dari belakang.

Mereka berjalan menaiki tangga ke lantai dua, setelah beberapa menit berjalan, sampailah mereka pada ujung lorong yang remang cahaya.
CLEKK

"ini kamarmu Al!!, beristirahatlah, nanti akan aku suruh maid memanggilmu untuk makan malam jika sudah waktunya." ujar Azka sambil melangkah pergi.
Setelah kepergian Azka dari balik pintu.

'Serius ini kamar gue?? Bagusan juga kamar gue yang ada di mansion gue dulu, ini kamar polos banget, mansion doang yang gede🙂' pikir Arka melongo tak percaya.

BRUKK

Vano menghempaskan tubuhnya keatas kasur kecilnya.

"Hah.... enggak apa-apa deh, yang penting gue bisa tidur." Ucap Vano sambil menatap langit-langit atap yang bercat putih itu. Selang beberapa menit suara dengkuran halus terdengar dari dalam kamar Vano.


.
.
.
.

Dua jam telah berlalu, kini Vano tengah duduk bersama dengan sang ayah dan ketiga saudaranya diruang makan untuk makan malam. hanya suara dentingan sendok dan piring yang beradu di meja makan, Lantas sang ayah mengawali percakapan.

"Al bagaimana keadaanmu sekarang?" Tanya sang ayah, tetapi Vano hanya diam dan mengabaikan pertanyaan sang ayah.

Andrian merasa hatinya sedikit sakit dengan sikap yang ditunjukkan Vano kepadanya, padahal ia sudah berusaha untuk merubah sikapnya pada Vano. Ingat garis bawahi 'sedikit sakit' enggak lebih.

"Al kalo orang tua tanya itu harusnya kamu jawab!" Tegur Angga sang kakak kedua.

"Ck, giliran sekarang aja baru tanya keadaan gue, dari dulu ke mana aja lo?" Sarkas Vano.

"ALVANO... yang sopan kamu kalo bicara sama orang tua" tegur Danu.

TING

SREKK

Tanpa menjawab, Vano memilih abai dan berlenggang pergi menuju kamarnya, moodnya kini sudah hancur, niat hati ingin mengisi perut yang lapar menjadi gagal.

"Gila tuh keluarga, lebih baik mereka abai seperti dulu dari pada peduli seperti sekarang, lagian percuma, jiwa yang asli juga udah enggak ada di sini" dumel Vano kesal.


Flashback on

Di rumah sakit, Arka tengah tertidur pulas setelah meminum obatnya. Di alam bawah sadarnya, lagi-lagi ia melihat seorang remaja tengah duduk seorang diri dengan tatapan kosongnya.

PUKK

"Hei, lo kenapa? Kenapa lo bisa ada di sini?" Tanya Arka beruntun.

Remaja itu menoleh ke arah Arka, ia menunjukkan senyum tulus tetapi menyakitkan.

"Aku Al, Alvano. Aku adalah pemilik asli tubuh yang sedang kamu tempati sekarang." Jelas Vano pemilik tubuh.

"Ta tapi kenapa gue sekarang bisa masuk tubuh lo?" Tanya Arka bingung.

"Arka, aku mau minta tolong sama kamu, tolong rubah pandangan keluargaku tentang diriku, aku ingin merasakan kasih sayang mereka seperti dulu, a aku juga ingin terus bersama mereka, ta tapi aku sudah tidak bisa..." ucap Vano lirih, setetes bening kristal tiba-tiba keluar dari sepasang matanya.

"I iya iya, tapi kenapa harus gue?"

"Hanya kamu yang bisa merubah pandangan mereka Arka, jadi aku berharap kamu bisa mewujudkan keinginan terakhirku ini." Ucap Vano sambil memeluk dan tersenyum, dengan perlahan-lahan sosok itu menghilang bak kabut.

Arka terbangun dari tidurnya, dan tiba-tiba air matanya turun membasahi pipi, entah mengapa hatinya ikut merasa sakit mengingat permohonan sang pemilik tubuh ini, tiba-tiba semua ingatan yang dialami Vano masuk ke kepalanya bak sebuah jarum yang menusuk.

AARRGGKKK

teriak Arka sambil memukul kepalanya, dan Aditya yang tengah berada di luar ruangan dengan segera berlari masuk dan menyuntikkan obat menenang pada Arka.

Flasback off


"Tenang aja Al, mulai sekarang gue akan merubah padangan mereka tentang lo, hidup lo, ketergantungan lo dengan mereka, yang pasti dengan cara gue sendiri" monolog Arka penuh yakin.



Ini my first story jangan dijulitin yaa🙏🏻 😁
Jangan lupa vote dan coment jugaaaaaa

Sayang readers banyak"🥰

4 MARET 2023
Revisi: 10 Januari 2024

TBC.......

STORY OF LIES (SOL) ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang