CHAPTER 10

57 4 0
                                    

Ini adalah hari bahagia menurut Khanza. Tidak, tidak, tidak bahagia namun ia tidak mau mengecewakan kedua orang tua nya dan juga mendiang kakek dan nenek nya. Satu-satunya Khanza bertahan hidup di dunia karena mereka, kalaupun Khanza tidak menuruti permintaan mereka itu membuat mereka sedih dan tentu Khanza tidak menyukai mereka sedih karena Khanza menolak permintaan nya.

Hari ini Khanza di dandani oleh salah satu anak perempuan yang lahir dari rahim ibu nya yang sebelum lahir nya calon mertua Khanza. Ya, dia adalah kakak dari bunda nya Davin bernama bunda Vira. Yang mendandani nya yaitu Tante Farah.

Khanza meminta untuk jangan terlalu tebal-tebal make-up nya karena itu takut membuat pada laki-laki memandang nya. Khanza tidak mau mata mereka menjadi dosa karena dengan menatap Khanza. Sebenarnya, kalau bisa ia tidak mau di make-up takut tidak sesuai dengan wajah nya.

Selesai di dandani dengan Tante Farah, Tante Farah pangling melihat wajah Khanza saat ini. Yang tidak pernah make-up dan ini adalah pertama kali Khanza memakai make-up dengan gaun yang sederhana.

Masya Allah, pangling banget, ih!” pekik Tante Farah terkagum-kagum melihat wajah Khanza.

“Tante bisa aja, tapi ini nggak terlalu tebal, kan?” tanya Khanza pada Tante Farah. Farah pun menggeleng kepalanya, ia tahu betul bahwa kriteria make-up yang Khanza suka yaitu sederhana dan Tante Farah  tentu tahu betul make-up yang dibutuhkan untuk cewek islami.

“Sama sekali, nggak, sayang. Kalau Davin nggak menyadari kamu cantik, pasti dia mata nya buta deh! Tante aja yang perempuan pangling lihat kamu. Andaikan Tante punya anak laki-laki yang seusia dengan Davin, sudah pasti Tante yang maju sih,” ujar Tante Farah pada Khanza. Tante Farah ini memiliki anak yang berusia 5 tahun yaitu laki-laki.

Masya Allah, ini mantu ku?!” suara itu dari pintu, siapa lagi jikalau bukan bunda Vira yang terkejut melihat wajah Khanza yang tak seperti biasanya. Khanza yang tak pernah make-up dan sekarang pertama kali nya melihat Khanza menggunakan make-up.

Mereka sama-sama menoleh ke sumber suara. “Iya loh, ini saya aja pangling banget lihat Khanza.” Ujar Tante Farah menyahuti.

“Kalian bisa aja buat Khanza salah tingkah,” kekeh Khanza. Mereka pun sama-sama tertawa kecil.

“Assalamualaikum,” ucap salah satu wanita paruh baya itu dengan sopan. Mereka sama-sama menoleh, kini yang masuk yaitu ibu nya Khanza. Bu Tyas. Yang sudah rapi dengan make-up nya. Meski usia nya sudah 39 tahun tetapi wajah nya seperti usia yang 20 tahunan tak terlihat usia tua nya.

“Waalaikumsalam.”

“Ibu!” girang Khanza. Ia langsung memeluk ibu nya, untung saja gaun yang di pakai Khanza tidak menyangkut sesuatu kalau menyangkut sesuatu bisa jadi itu Khanza akan jatuh. Bu Tyas terharu melihat putri nya yang sebentar lagi akan menjadi istri. Sungguh, baru juga kemarin Bu Tyas merasakan menggendong anak putri pertama nya, menemani Khanza di setiap tidur, lalu sekarang sudah menjadi calon istri seseorang.

Khanza menangis di pelukan ibunya, beliau satu-satunya penguat Khanza di saat Papa Khanza membawa wanita lain. Ibu nya ini adalah wanita kuat yang pertama kali ia temui. Tidak pernah mengungkapkan kelelahan di depan anak nya sendiri, tidak pernah berkata kasar di depan anak nya sendiri, selalu sabar mengurusi Khanza yang sekarang usia nya sudah 17 tahun. Sudah lama sejak mantan suami nya membawa seorang perempuan ke rumah, wanita paruh baya itu tidak menginginkan untuk menikah lagi. Padahal banyak sekali CEO-CEO, santri yang pernah jadi alumni nya, pengusaha lain nya yang maju ingin menjadi suami nya. Namun, Bu Tyas menolak nya.

“Jangan sedih, dong. Nanti bedak nya luntur. Kasihan Tante Farah,” ujar Bu Tyas menenangkan putri pertama dan terakhir nya.

“Nggak apa-apa, Bu. Saya siap menambah make-up lagi kalau anak ibu mau,” kata Tante Farah menyahuti nya.

HIJRAH, CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang