CHAPTER 22

48 2 0
                                    

Assalamualaikum, udah lama ya saya tidak update?

Sebulan ternyata. Maaf ya💞

Happy reading!!!

**
Saat ini Davin tak keluar malam-malam dengan berniat untuk menemani Khanza yang berstatus sebagai istri nya. Apakah Davin sudah menerimanya? Belum. Davin belum mencintai Khanza bahkan menerimanya saja belum. Tapi rasa kehilangan kepada wanita itu benar-benar ada dan takut kehilangannya.

Khanza yang baru saja selesai mengaji saat setelah shalat isya, ia melihat Davin yang duduk santai sambil bermain handphone seperti main game. Khanza hanya menggeleng kepalanya melihat kelakuan suami nya itu. Rasanya tak percaya bagi Khanza di usia nya yang masih muda harus bisa menerima kenyataan bahwa menikah dengan pria yang ia tak kenal dan bahkan jauh dari tipe nya.

“Kak?” panggil Khanza di ambang pintu kamar tamu. Khanza masih tidur di kamar tamu bagian bawah, sedangkan Davin tidur di tempat kamar pribadi nya yang bagian atas lantai dua. Di rumah Davin terdapat empat lantai, dan menggunakan lift serta eskalator dan tangga.

Davin tak menjawab melainkan hanya berdehem pelan.

“Sudah shalat isya belum? Kok masih main handphone aja? Mau sampai kapan tunda shalat nya?” ujar Khanza dengan lembut. Meskipun lembut namun seperti sangat bawel banget. Suara Khanza yang lembur membuat jantung Davin berdetak kencang. Padahal Davin posisinya sedang fokus main game bersama teman-teman nya.

Tak ada jawaban, Khanza pun langsung merampas handphone Davin. Terlihat dari tatapan matanya Davin yang seperti melototi. Bahkan tanpa kalian sadari mereka saat ini sedang melototi satu sama lain.

“Handphone gue Khanza!” bentak Davin yang mulai emosi.

“Shalat dulu, kak. Sesibuk apa pun kakak ayo luangin waktu untuk shalat. Shalat nggak sampai dua puluh menit, kok.” Ujar Khanza lembut dan tenang demi melawan rasa takut nya pada suami yang saat ini tengah melototi.

“LO NGGAK USAH BAWEL, KHANZA! JANGAN MENTANG-MENTANG GUE TADI BAIK SAMA LO DAN SEKARANG GUE AKAN BAIK DAN MANJA GITU? NGGAK!” Davin langsung mengambil handphone milik nya di tangan Khanza. Davin langsung keluar begitu saja tanpa memikirkan Khanza. Khanza yang mendapatkan bentakan seperti itu hanya beristigfar, ia pikir suami nya sudah berubah, namun apa? Hasil nya seperti ini.

Hati mana yang tidak sakit di perlakukan seperti itu oleh suami sendiri? Khanza yang notabene nya sebagai sang istri yaitu mengingatkan kebaikan untuk sang suami. Khanza percaya kepada dirinya bahwa ia akan bisa merubah sifat suami nya yang keras kepala dan tempramental.

“Ya Allah.., ya Rabb..., Permudah lah hamba untuk menjalani segala sesuatu yang engkau berikan kepada ku.” Gumam Khanza setelah melihat punggung sang suami sudah menjauh dari nya.

Terdengar suara deruman motor pria itu menandakan bahwa Davin benar-benar kabur dari rumah nya meninggalkan Khanza. Beberapa ART yang melihat kejadian hal barusan tadi membuat mereka sedih. Art di sini perempuan dan mereka tahu bagaimana rasa sakit di perlakukan seperti itu oleh sang suami sendiri.

“Nak?” panggil salah satu ART di sini bernama Rindy. Khanza menyuru ART di sini untuk memanggil nya sebutan nama namun mereka menolak, hingga akhir nya mereka memanggil dengan sebutan ‘nak’ karena mereka menganggap Khanza sebagai bos dan anak mereka.

HIJRAH, CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang