CHAPTER 6

55 5 0
                                    

Jangan bosan-bosan yaa untuk baca cerita kuuu!!





Sesuai perjanjian, sesuai perkataan, Davin Samudera Angkasa dengan orang tuanya telah siap untuk menuju ke rumah calon perempuan Davin Samudera Angkasa. Davin belum mengetahui sama sekali wajah calon istrinya. Ia berharap, Davin akan mendapatkan perempuan seperti Nanda. Tapi, bagaimana pun Nanda tetap di hati nya selama-lamanya meskipun wanita itu seperti jalang.

Setiba sampai di rumah seorang wanita yang akan menjadi calon istri nya Davin, mereka menaruh mobil terlebih dahulu. Di sana, mereka sudah di sambut oleh ibu nya dari perempuan yang akan menjadi calon istri Davin.

“Assalamualaikum,” ucap pak Fathir serta istri nya dengan ramah.

Davin tidak mengucap salam, namun ia hanya mengikuti saja. Mereka pun salim pada Bu Tyas selaku pemilik rumah. Davin masih terdiam, dan mendapatkan sebuah kode dari sang papa nya bahwa pria itu harus salim dengan calon mertua nya.

Davin pun mencium pucuk tangan Bu Tyas dengan lembut. “Masya Allah, putra mu nih? Ganteng banget loh.”

“Terimakasih, Tante.” Balas Davin dengan senyuman.

“Ayo, ayo, masuk dulu, nggak baik di luar nanti di lihat tetangga.” Ajak Bu Tyas pada tamu nya yaitu Pak Fathir serta istri dan anak nya.

Mereka pun memasuki halaman rumah Bu Tyas, Davin merasa tak asing dengan rumah ini. Karena sebelumnya ia pernah bermain di rumah ini dengan seorang perempuan tetapi entah kenapa ia lupa siapa perempuan itu.

Bu Tyas menyuru Khanza untuk ke ruang tamu tanpa membawa makanan, namun wanita itu tetap memaksa agar ibu nya tidak usah berat-berat membawa barang-barang. Padahal hanya sebatas gelas yang berisi air minum serta makanan cemilan.

Khanza menuju ke ruang tamu, ia terkejut ketika melihat seorang perempuan yang kemarin sudah mengobati luka nya dan seorang laki-laki yang sudah menabrak diri nya pada saat pulang dari pondok pesantren.

“Ini anak mu, Tyas?” tanya bunda Davin.

“Iya, kenapa toh?”

“Ini kemarin anak mu yang menolong putra ku loh, Masya Allah nggak nyangka banget kalau kek gini. Jujur, aku nggak tahu kalau ini putri mu. Karena setahu ku nama Khanza banyak, jadi aku mengira ini bukan putri mu.”

Davin pun tak kalah kejut mendengar ucapan dari bunda nya sendiri. Jadi wanita yang kemarin ia tabrak adalah perempuan itu? Perempuan yang memakai jilbab panjang serta baju panjang sampai bawah? Dan, perempuan itu yang akan menjadi calon istrinya? Hei! Davin tidak ada niatan untuk mempunyai kekasih seperti perempuan yang ada di depannya. Pakaian nya aja terlihat murah dan terlihat biasa aja.

Kenapa bunda Davin tidak mengetahui? Karena saat itu bunda Davin dan ibu Khanza tidak tahu wajah Khanza dan wajah Davin. Karena yang tahu hanya lah Papa nya Davin saja. Papa Davin pernah mengantar papa nya ke tempat reunian tersebut.

“Jadi— anak mu yang menabrak ku itu? Menabrak cinta.” Goda Bu Tyas. Mereka pun terkekeh sama-sama melihat wajah Khanza dan Davin yang tampak berubah.

“Gue yakin nerima hal lelucon ini? Mana cewek nya kek gini. Bukan tipe gue!” batin Davin menatap Khanza yang sedang menundukkan kepalanya.

“Dia terlihat cowok yang bukan aku impikan, ya Allah!” batin Khanza.

Setelah mereka berbincang tentang apa yang di lakukan oleh almarhum kakek mereka beberapa tahun lalu karena itu semua yang ingat adalah pak Fathir. Mereka sebenarnya sudah mengetahui kalau Khanza tidak tinggal bersama seorang ayah nya.

Davin pun bingung, kenapa ayah dari wanita yang akan menjadi calon nya tidak ikut berkumpul? Apakah wanita itu mempunyai seorang ayah atau tidak? -pikir Davin.

“Bismillahhirrahmanirrahim.., mari kita mula kan acara ini. Saya keluarga Angkasa ingin melamar salah satu putri dari keluarga almarhum kakek Trisno dengan anak saya bernama Davin Samudera Angkasa. Teruntuk Khanza Zafeera Az-Zahra, bagaimana apakah kamu menerimanya menjadi calon istri dari anak saya bernama Davin Samudera Angkasa?”

Khanza menghela nafas nya sebelum menjawab pertanyaan dari calon mertua nya. “Bismillah.., jika ini yang terbaik untuk saya, saya menerima ini semua.” Final Khanza tanpa nafas nya.

Mereka pun ikut bersyukur dan terharu karena Khanza akan menerima semua nya. Kalaupun tidak, Khanza pasti akan di paksa kan oleh mereka berdua. Khanza tidak peduli bagaimana rumah tangga nya nanti. Tetapi ia akan belajar perlahan untuk menerima semua nya.

“Oh ya, Khanza. Ini sesuai permintaan almarhum kakek kamu dan juga kakek nya Davin. Kalau setelah menikah nanti, kamu akan di pindahkan di tempat sekolah yang sama dengan Davin. Agar kamu bisa bersama terus, apa mau?”

Mendengar itu mereka sama-sama terkejut, jadi mereka berdua satu sekolah? Oh ayolah Khanza tidak mau pindah sekolah karena biaya nya cukup mahal. Seperti nya tempat sekolah yang di tempati oleh pria itu cukup besar biaya nya. Bagaimana ia harus menerima nya? Meskipun ia betah di sekolah Darul Muttaqien dan ada beberapa ucapan yang bikin mereka iri terhadap Khanza tetapi Khanza tak permasalahkan itu semua nya.

“Om— kalau saya pindah di tempat sekolah yang sama dengan dia, saya takut biaya nya akan mahal. Karena uang kami hanya cukup-cukup saja. Dan, Khanza aja baru kelas 11 semester 2 saja belum.”

Mereka hanya terkekeh terkecuali Davin. Pria itu bahkan ogah untuk melihat Khanza. Bahkan pria itu tak peduli dengan Khanza. Ia ingin segera pulang.

“Nak Khanza, karena saya sebagai pemilik sekolah nya, jadi kamu tenang saja. Semua akan gratis untuk kamu.”

Lagi-lagi Khanza terkejut. Bagaimana bisa wanita miskin seperti diri nya bisa bersanding dengan pria tampan dan kaya seperti dia? Khanza hanya seorang pedagang keliling lalu mempunyai seorang calon suami yang memiliki sekolah. Apakah kata dunia? Oh apa kata netizen?

“B-baik, Om. Saya akan menuruti kemauan ini.”

“Pernikahan kalian akan berjalan dua Minggu lagi. Semua nya nanti akan kami siapkan dengan uang saya sendiri,” ujar pak Fathir lagi. Khanza dan Davin tentu terkejut. Mereka belum mempersiapkan batin nya masing-masing. Dan, sekarang dua Minggu lagi acara pernikahan nya.

“Om, apa tidak terlalu kecepatan?”

“Lebih cepat lebih baik, acara pernikahan nya tidak begitu mewah. Hanya ijab qobul saja nanti tamu-tamunya teman saya dan juga tetangga yang lain. Kalau kalian boleh mengajak teman pun tidak apa-apa.”

Khanza menggeleng kepalanya lagi-lagi. “Tidak, Om. Saya ingin pernikahan ini hanya privasi bagi keluarga saja. Kalau memang om ingin teman-teman yang lain datang, Khanza mohon jangan semua. Karena Khanza takut dengan orang banyak,

“Baiklah, Khanza. Apa ada mahar lain untuk kamu? Apa kali nanti putra ku akan menyetujui permintaan kamu.”

Sebenarnya ia ingin meminta mahar tidak terlalu berat hanya pria itu menghafal 30 juz Alquran di depan orang ramai dan di depan keluarga. Tetapi, ia yakin ini permintaan diri nya sangat berat takut calon suami nya membenci nya karena permintaan konyol seperti ini. Impian Khanza ketika akad yaitu melatih calon suami nya dengan membaca ayat Alquran secara hafal tetapi ini sangat berat.
“Tidak, Om.”

“Panggil papa saja, Nak.” Perintah pak Fathir.

“Iya, Pa.” Ucap nya secara gugup.

“Maaf, Pa, Bund, Tante, saya pinjam anak nya sebentar, apa boleh?” izin Davin dengan sopan pada mereka. Tyas dan yang lain pun tersenyum lalu mengangguk kepala nya masing-masing, bahwa mereka di izini untuk mengobrol berdua tetapi jangan sampai di tempat yang sepi sekali.

Setelah mereka setuju, Davin menarik paksa lengan baju Khanza hingga membuat sedikit baju nya robek karena ulah Davin sendiri. Khanza yang di perlakukan seperti itu hanya bisa meringis dan mengikuti kemauan Davin.

“Kak!” panggil Khanza sedikit teriak. Karena baju lengan nya merasa berbeda akibat di tarik oleh Davin.

“Gue mau tanya, kenapa lo terima pernikahan konyol kek gini? Lo yakin, lo bahagia sama gue?” tanya Davin.

“Kalau aku nolak, aku nggak mau bikin kakek dan nenek sedih di sana. Aku juga nggak sudi untuk menerima nya!”

Davin menyodorkan jempolnya. “Bagus, kalau gitu nanti setelah ijab qobul terlaksana, cerai, ya?” lagi-lagi Khanza terkejut dan melotot ke arah Davin. “Hei! Ingat, ya, kak! Walaupun aku nggak sudi menerima nya. Di hidup aku hanya satu kali saja pernikahan! Aku nggak mau punya suami yang sama seperti ayah aku sendiri! Aku nggak sudi. Menikah bukan hanya sekedar permainan lelucon saja, meskipun kita di jodohkan. Toh, mereka ingin anak-anak nya yang terbaik. Iya kan? Jadi, aku ga ada sama sekali mengucap hal haram kek gitu.”

“Tapi gue nggak cinta sama lo, gimana? Apa lo yakin bertahan sama gue?” tantang Davin dengan senyuman smirk nya.

“Itu urusan belakangan. Ada Allah yang membantu aku, ada Allah yang membolak-balikan hati manusia. Jangan takut. Allah membenci umat nya yaitu penceraian. Bagaimana pun di hidup ku pernikahan hanya satu kali!”

“Ck! Ternyata lo keras kepala juga, ya? Makan batu kali, ya?”

“AKU NGGAK PEDULI! Aku mau balik ke mereka aja. Aku nggak mau menimbulkan dosa karena sudah berdua sama yang bukan mahram.” Pamit Khanza meninggalkan Davin.

**

Haiii besti-besti akuu!!

Gmna?? Ada yang semakin menunggu mereka??🤫

Yuk, spam emoji kesayangan kalian😻

HIJRAH, CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang