CHAPTER 3

58 12 21
                                    

Seorang ibu pasti khawatir pada anak-anak nya. Namun, khawatir nya seorang ibu sangat berbeda-beda.
Kita sebagai seorang anak harus mengerti bagaimana khawatir nya seorang ibu. Jangan di anggap sepele khawatir nya seorang ibu. Karena seorang ibu ingin anaknya baik-baik saja tanpa ada luka.

**

Pria bernama Davin Samudera Angkasa yang terlahir dari keluarga kaya raya yang memiliki perusahaan di luar negeri dan dalam negeri, yang terkenal dengan wajah garang nya, yang terkenal karena selalu ke club, pria itu memiliki seorang kekasih bernama Ananda Giselle atau yang di panggil Nanda. Saat ini pria itu berada di sebuah club ia bahkan menghiraukan perkataan dari orang tua nya.

Davin, Sebenarnya pria itu di larang untuk pergi ke tempat haram seperti club, tapi Davin tetaplah Davin orang yang keras kepala tak mau mendengarkan perkataan orang tua nya. Ia adalah wakil dari salah satu geng motor yang terkenal galak, Badas, dan sangar yang selalu membuat ulah di mana pun. Bukan membuat ulah namun geng motor ini jika ada yang mengusik nya maka satu geng motor membalas nya.

Suara alunan musik terdengar sangat meriah dan beberapa pasangan pun banyak yang sedang berdansa dan ada pula yang sedang meminum-minuman haram. Davin, pria itu sudah meminum 3 botol minuman mahal. Jika biasanya ia bersama kekasih nya namun sekarang tidak, pria itu datang dengan beberapa teman nya.

“Vin, lo yakin ini minum nggak kebanyakan?” tanya salah satu dari teman Davin bernama Rio. Dari antara teman-teman Davin mereka meminum hanya 2 botol paling banyak namun hanya Davin lah yang meminum 3 botol.
Davin menggeleng kepalanya. “Ini minuman paling enak bagi gue,” sahut Davin seraya meminum satu botol lagi.

“Iya udah, iya. Minuman mahal, wajar hanya sultan yang bisa meminum minuman itu.” Ledek Rio.

“Nggak usah berisik!”

Setelah meminum itu, kepala Davin merasa pusing tidak seperti biasanya. Biasanya jika meminum ia tak merasa pusing namun ia luapkan ke kekasihnya namun karena malam ini kekasih nya tidak datang, kepala nya sangat pusing dan tidak bisa meluapkan ke siapapun.

“Gue pulang!” pamit Davin pada teman-teman nya. Yang lain pun melongo melihat Davin pulang, biasanya tak seperti ini Davin selesai meminum langsung pulang. Biasanya ia akan bermain dengan seorang perempuan namun sekarang tidak.

Selama di perjalanan pikiran nya sangat kacau, ia saat tadi malam mendapatkan pesan dari nomor yang tak di kenal bahwa Nanda telah diam-diam pacaran. Davin cowok setia, namun ketika kesetiaan nya hanya di sia-siakan percuma kalau memperjuangkan cewek yang tidak menghargai orang.

Motor yang di kendarai Davin menabrak seorang perempuan yang memakai jilbab hitam, Davin tergeletak di jalan raya akibat kepala nya sangat pusing, dan pandangan nya rabun dan mulai menggelap. Bahkan ia tidak sempat melihat wajah yang di tabrak nya.

“Astaghfirullah!” pekik gadis itu.
Gadis yang di tabrak Davin hanya terluka bagian kaki nya saja. Namun, yang ia pikirkan mengapa cowok itu pingsan? Padahal luka nya tidak parah. Gadis itu mendekati Davin yang tergeletak di jalanan.

Yang merasa aneh yaitu aroma alkohol sangat menyengat di hidung gadis itu. “Astaghfirullah, pasti dia lagi banyak pikiran.” Lirih perempuan itu. Perempuan itu tak berani memegang yang bukan mahram nya. Ia melihat orang sekitar tak ada, hingga 1 menit kemudian ia melihat seorang bapak-bapak yang lewat. Dan akhirnya Khanza memberhentikan bapak-bapak itu.

Khanza Zafeera Az-Zahra yang tertabrak oleh Davin. Wanita itu sehabis pulang mengaji di pondok pesantren Daarul Jannah. Wanita itu kaki nya terluka hingga berdarah namun tidak terlalu parah luka nya.

“Maaf, pak. Boleh minta tolong?” tanya Khanza.

“Kenapa, nak?”

“Maaf, pak. Boleh hantar pria ini ke tempat rumah nya? Saya lihat dari kartu nya ternyata rumah nya di jalan raya Matahari. Namun, saya tidak berani menyentuh pria itu, karena bukan mahram saya.” Khanza sangat memohon pada bapak itu. Bapak itu melihat pria yang terdampar di jalanan, sungguh merasa kasihan. Bapak itu sangat takjub melihat wanita yang sehabis pulang mengaji karena membawa tas yang berisi kitab-kitab.

“Tentu boleh, nak. Bentar, boleh lihat kartu identitas nya?”

Khanza menyodorkan kartu identitas milik Davin pada bapak itu. Bapak tersebut membaca kartu identitas milik Davin. Sebenarnya Khanza akui ini tidak sopan yang sudah mengambil kartu identitas orang lain tanpa sepengetahuan. Namun, ini sangat butuh. Kalau tidak membutuhkan kartu identitas kapan orang ini bisa pulang? Pikir Khanza begitu.
Bapak itu terkejut ketika membaca nama akhir Davin yaitu Angkasa. Karena ia tahu Angkasa itu bukan sembarang orang, angkasa itu marga yang terkenal dari daerah sini. Siapa yang tak kenal dengan marga Angkasa? Bapak itu yakin pasti pria yang terdampar putra dari pemimpin perusahaan yang terkenal yaitu. Pak Angkasa Fathir.

Perusahaan nya adalah Angkasa samudera. Nama akhir dari Davin namun di balik saja.
“Saya tahu, neng. Pria ini anak dari salah satu pemimpin perusahaan yang terkenal di beberapa negara. Iya sudah saya bantu. Saya mengambil mobil dulu, ya? Kemungkinan mobil saya di sana,” tunjuk bapak itu pada rumah nya.

Khanza pun mengangguk. Meski kaki nya luka namun ringan, dan itu urusan belakangan. Khanza mengangkat motor besar milik pria yang bernama Davin itu.

Setiba sampai nya di rumah Tuan Angkasa Fathir, bapak itu membawa Davin ke dalam rumah nya. Sebelum itu, Khanza mengetuk pintu halaman rumah Tuan Angkasa Fathir.
“Assalamualaikum, Permisi.”

“Waalaikumsalam! Iya bentar, siapa ya?!” teriak seorang wanita paruh baya di dalam rumah nya.

Wanita paruh baya itu membuka pintu rumah nya dan melihat putra nya yang sudah terbaring lemah di bawa oleh seorang pria tua dan seorang remaja cantik memakai jilbab.

“Kalian siapa, ya? Kok bisa putra ku terbaring lemah?”

“Maaf, Tante. Saya Khanza Zafeera Az-Zahra. Panggil saja Khanza, saya wanita yang di tabrak oleh putra, Tante. Namun, saya hanya luka kecil saja. Tetapi putra Tante tiba-tiba membawa motor nya ngebut. Seperti ada masalah. Dan yang pertama saya cium aroma nya yaitu bau alkohol. Karena saya yakin remaja sekarang kalau ada masalah pasti meminum minuman alkohol. Dan, saya meminta bapak ini untuk membawa putra Tante. Karena saya sendiri tidak bisa untuk bawa putra Tante.” Jelas Khanza dengan sopan dan lembut.

“Astaghfirullah, maaf kan putra saya ya, nak? Silakan Pak, bawa putra saya ke sofa saja.” Ibu itu mempersilahkan bapak-bapak yang membawa Davin untuk masuk ke dalam rumah Tuan Angkasa Fathir.

Setelah Davin di rebahkan di sofa ruang tamu yang cukup lebar itu, Khanza takjub melihat rumah-rumah Davin yang katanya anak dari pemimpin perusahaan yang sangat terkenal dari daerah Indonesia dan luar Indonesia. Sungguh, Khanza ingin memiliki rumah seperti ini namun belum tercapai karena apa mungkin diri nya bisa membeli rumah sebesar ini?


Setelah 1 jam Khanza berada di rumah Davin dan setelah itu Khanza berpamitan kepada ibu dari Davin karena ini sudah cukup malam. Mana mungkin ia lama-lama di rumah orang tanpa memberi tahu ibu nya.

“Luka kamu sudah di obati, nak?” tanya ibu Davin.

Khanza menggeleng kepalanya. “Nggak apa-apa kok, Bu.  Lagian ini luka ringan saja,”

“Walaupun ringan, jangan di anggap sepele. Kalau tidak di obati nanti infeksi loh.” Jelas ibu Davin. Ibu Davin mengambil obat merah untuk menetesi ke luka Khanza bagian kaki nya. Sebenarnya luka ini bisa aja langsung hilang, namun ibu Davin memaksa luka itu harus di obati.

“Terimakasih, Tante. Maaf merepotkan,”

“Nggak apa-apa, Nak. Maafin putra Tante juga, ya? Nanti setelah itu putra Tante harus di kasih pelajaran. Kalau dia seperti itu terus nanti akan terus-menerus, sifat putra saya itu keras kepala, Nak. Bahkan saya sebagai ibu dan suami saya sebagai Papa kandung nya sangat capek untuk menasihati putra saya. Tapi, bagaimana pun ini salah saya dan suami saya. Yang sudah meninggalkan putra saya karena saya lebih fokus ke perusahaan dari pada anak-anak saya.”

Ibu Davin menjelaskan bagaimana sifat putra nya pada Khanza. Padahal mereka baru saja ketemu namun ibu Davin merasa diri nya sangat nyaman bila bercerita dengan Khanza. Khanza akui setiap orang tua pasti capek akan menasihati anak-anak nya bila susah di atur. Tapi Khanza sangat takjub dengan ibu ini yang berusaha membujuk putra nya.

“Tante, Tante jangan mempersalahkan diri Tante dan suami Tante. Karena aku yakin Tante dan suami Tante meninggalkan putra Tante demi perusahaan ada alasan nya. Iya, kan? Kalau memang Tante merasa putra Tante berbeda, Tante jangan langsung dengan ucapan kasar. Perlahan lembut bicara nya dan memberi tahu nya. Aku yakin, pasti putra Tante akan sayang dan bisa berubah seperti dulu lagi.”

“Masya Allah, saya takjub sama kamu, Nak. Terimakasih banyak atas nasihat nya.”

“Iya sama-sama, Tante. Sebenarnya saya belum merasakan apa yang di rasakan sama Tante. Namun, saya setiap hari di beri tahu oleh guru saya, kalau seorang ibu atau ayah jika mempunyai seorang anak yang susah di atur, jangan di bentak. Namun di lembut.”

“Kamu pesantren, nak?” tanya ibu Davin. Khanza mengangguk kepala nya sebagai balasan nya. “Saya pesantren, namun saya tidak tetap di sana. Karena ibu saya biaya nya cukup-cukupan untuk biaya sehari-hari seperti makan, dan biaya sekolah saya. Sebenarnya saya juga ingin tetap di asrama. Namun, karena setiap pagi, setiap siang, saya harus membantu ibu saya membuat kue untuk di jual di pagi hari.” Jelas Khanza. Khanza juga ingin tetap di pesantren namun karena biaya nya cukup-cukupan bagaimana bisa untuk tetap di sana? Sebenarnya ada alasan lain kenapa diri nya tidak ingin tetap di asrama.

“Berarti, pondok pesantren dari rumah kamu jauh atau dekat?”

“Alhamdulillah, dekat.”

**

Khanza saat ini sudah berada di rumah nya setelah berada di rumah Davin. Ia melihat ibu nya yang ternyata sudah menunggu di depan pintu rumah dengan wajah khawatir. Jika seperti ini Khanza merasa bersalah pada ibu nya. Bagaimana pun ia pergi tidak mengabarkan bahwa diri nya sehabis dari rumah orang lain.

Khanza di hantar oleh bapak-bapak yang tadi membawa Davin yaitu Pak Frans.
“Assalamualaikum, Ibu!” suara Khanza membuat ibu Khanza menoleh ke arah sumber suara. Tyas yang tadi nya wajah nya khawatir sekarang tersenyum melihat putri nya yang sudah di depan nya.

Tyas pun memeluk putri nya dengan erat. “Waalaikumsalam, ya Allah, nak. Kamu dari mana aja? Kenapa kamu pulang telat? Ibu khawatir, Nak.”

“Maafin, Khanza, ibu. Tadi Khanza tak sengaja di tabrak oleh seorang remaja laki-laki, wajah nya sangat galak namun aroma nya tadi berbau alkohol. Dan, Khanza yakin pria itu sedang memiliki masalah. Alhamdulillah nya Khanza ada yang membantu membawa pria itu ke rumah nya. Maafin Khanza, ibu.” Suara isak kan Khanza sangat terdengar jelas oleh ibu nya. Tyas yang mendengar pun sangat terkejut ketika putri nya di tabrak oleh seorang laki-laki.

“Lalu, bagaimana dengan kamu? Ada yang luka?” tanya ibu Tyas dengan nada khawatir.

Khanza menunjukkan luka nya yang sudah di obati. “Alhamdulillah sudah di beri obat oleh ibu dari remaja tadi. Ibu nya baik banget!”

“Alhamdulillah, kalau begitu kamu jangan seperti ini lagi, ya?” Khanza mengangguk sebagai balasan. “Musibah itu nggak ada yang tahu, Ibu. Tapi semoga Khanza selalu di lindungi oleh Allah swt.”

“Aamiin!”

**

Haiiiii vren!!

Bagaimana part ini? Tunggu di part selanjutnya ya🖤.

Jangan bosan-bosan😍

Tangerang, 16 Desember 2022 ⊂⁠(⁠•⁠‿⁠•⁠⊂⁠ ⁠)⁠*⁠.⁠✧

HIJRAH, CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang