CHAPTER 17

65 3 0
                                    

HAPPY READING 💗🙌

KALIAN BISA BACA MALAM/SAHUR😗💫

Yukk vote dulu.

Kini mereka berdua sudah berada di tempat mainan dan juga makanan. Seperti pasar malam, namun ini masih siang hari seperti nya nama nya adalah pasang siang. Davin lebih dulu keluar dari mobil tanpa menunggu Khanza. Khanza melihat suami nya seperti itu, ia langsung menundukkan kepalanya karena takut. Ia pikir Davin akan peduli selayak suami lain nya. Ketika istri nya keluar dari mobil di sambut dengan senyuman dan di gandeng pula.

Tetapi itu hanya hayalan semata. Bagaimana pun Davin tidak akan mau melakukan seperti itu pada Khanza. Khanza memaklumi nya, ia yakin dengan diri nya bahwa suatu saat nanti Davin akan bisa luluh kepada nya. Bukan sekarang tetapi nanti.

Davin ia tak melihat Khanza di samping nya. Saat ia menoleh ke belakang, ternyata wanita itu masih berusaha untuk jalan menuju diri nya di saat gerombolan laki-laki. Davin tak suka hal itu, ia langsung menghampiri nya. Tanpa sepatah kata pun, Davin langsung menonjok pipi pria itu masing-masing. Hingga membuat orang-orang di sekitar menoleh ke arah nya.

Khanza yang melihat suami nya berdebat ia langsung melerai kan nya. Awalnya memang Khanza risih karena gerombolan pria itu mendekati ke arah Khanza. Namun ia tak tega melihat Davin yang babak belur pada pereman-pereman seperti itu.

Emosi Davin meluap, tangan nya ia kepal erat-erat. Wajah nya sudah merah karena menahan kesal. Davin memiliki penyakit tempramen yang mudah bisa meluapkan emosi jika saat kesal. Khanza langsung meminta maaf kepada orang sekitar, ia tak peduli dengan ucapan-ucapan mereka, pandangan mereka kepada Khanza dan juga Davin. Khanza langsung memeluk lengan Davin dan meninggalkan kerumunan di sana.

Davin langsung melepaskan lengan nya dari pelukan Khanza. Khanza yang di perlakukan seperti itu menoleh ke arah Davin yang terlihat masih kesal dan menahan amarah. Ia berusaha menenangkannya dengan cara mengusap lengan nya, namun ternyata Davin langsung mengentak secara kasar.

“Kakak, jangan emosi kek gitu. Khanza jadi takut,” cicit Khanza.

“Lo bisa nggak sih, sehari jangan buat ulah?! Kalau lo di dekatin sama cowok kek gitu, kenapa lo nggak ngehindar aja?! Mau jadi jalang, lo?”

Deg!

Lagi-lagi kata-kata suami nya menyakitkan. Khanza menundukkan kepalanya, ia tidak kuat untuk melihat suami nya. Air mata nya tiba-tiba jatuh begitu saja mendengar bentakan dari Davin.

Davin melihat Khanza menunduk, seketika emosi nya berubah menjadi datar. Ia tak berani bermain dengan seorang perempuan seperti Khanza secara kasar. Biasanya selama ia berpacaran dengan Nanda, ketika Nanda di lakukan oleh perlakuan yang kurang sopan oleh teman nya di sekolah meskipun itu perempuan atau pun laki-laki ia langsung menghabiskan orang itu tanpa kasihan. Tetapi, saat dekat Khanza, saat Khanza datang di kehadiran nya ia tak berani melakukan hal kasar kepada wanita itu. Meskipun Khanza selalu membuat dirinya kesal.

Davin menghela nafas nya. “Lo itu, bisa jaga diri nggak, sih?!”

Khanza semakin menangis, ia meremas kerudungnya. Davin yang melihat itu hanya bisa-bisa menghela nafas nya. “Kalau gue tadi nggak ada di sana, bagaimana dengan keadaan lo? Lain kali kalau itu teriak, Za! Gue takut. Gue takut gagal lagi,” saat ia mengatakan gagal lagi justru itu hanya di dalam hati bukan di ucap di mulut. Ia merasa gagal karena ia tidak bisa menjaga seorang perempuan.

Dari ibu nya, Nanda—mantan kekasih nya, dan saat ini Khanza? Wanita yang baru ada di kehidupan nya yang menjadi seorang istri diri nya. Kalau pun Davin gagal menjaga seorang perempuan, apa ia pantas menjadi seorang pria yang bertanggung jawab? Dia sudah janji, itu artinya ia akan menjaga perempuan itu. Namun, lagi-lagi justru dia malah gagal.

HIJRAH, CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang