Happy reading!!!
**
💞.
“Sayang....,” ucap Nanda dengan nada manja.
Davin menatap wanita itu dengan jijik. Davin langsung mengentakkan tangan nya membuat wanita itu terjatuh. Tapi, dengan sigap salah satu karyawan laki-laki menahan Nanda. Davin tidak begitu cemburu pada mereka, lagi pula Davin sudah mengakhiri hubungan tidak jelas ini.
“Jangan sekali-kali lo injak kaki lo ke sini!” kata Davin begitu tegas. Ia tidak suka kehadiran wanita itu, wanita yang sudah mengusiknya saat dua minggu lalu. Meskipun kejadian itu dua minggu lalu, itu tidak bisa di lupakan. Karena benar-benar jijik.
“Sayang, kamu kok gitu?”
“Jangan panggil sayang! Gue bukan pacar lo, bodoh! Dasar wanita murahan!”
Davin langsung meninggalkan mereka yang sudah sangat ramai, untung saja di kantor ini tidak ada Papa atau bunda nya. Karena mereka memiliki acara di luar. Dan, ini Davin yang mengurusi rapat bersama salah satu perusahaan yang berasal dari luar negeri.
**
Saat ini Davin berada di pondok pesantren Daarul Jannah, sebelum ke sini ia bertanya kepada Papa dan bunda nya. Untung saja Davin langsung segera mendapati lokasi ini. Ia segera akan menjemput dan meminta maaf karena pasti Khanza mendengar obrolan di telepon.
Davin memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang sudah di sediakan di luar gerbang pondok pesantren atau biasanya di sebut tempat menjenguk para santri. Satpam di pondok pesantren terkejut melihat mobil Alphard yang berwarna hitam itu. Davin langsung keluar dari mobil dengan menggunakan kacamata hitam serta tangan nya di taruh di saku celana. Itu membuat para santri putri yang tak sengaja heboh melihat kehadiran Davin.
“Udah lama nggak nginjak tempat pesantren. Jadi kangen masa-masa pesantren.” Batin Davin.
Davin menghampiri satpam yang menjaga pondok pesantren ini, ia akan bertanya di mana kehadiran sang istrinya. “Permisi, Pak. Saya mau tanya, apakah benar ini pondok pesantren Daarul Jannah?” tanya Davin pada satpam di pondok pesantren Daarul Jannah ini.
“Iya, nak. Benar di sini tempatnya, kira-kira anda cari siapa, ya?”
“Saya cari santri putri bernama Khanza.”
“Hmmm...., nama Khanza banyak, nak.”
“Khanza Zafeera Az-zahra, pak.” Davin ingat dengan nama perempuan itu karena pertama kali menyebut nama perempuan secara nama panjangnya yaitu di depan orang-orang dan di depan penghulu.
“Oh, nak Khanza. Atu eta mah abdi kenal, nak. Tapi ayeuna santri keur ngaji di aula.” Ujar bapak satpam itu. Yang selalu di sapa Pak Asep.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAH, CINTA
Teen FictionKhanza Zafeera Az-Zahra, yang memiliki sifat berbeda dari yang lain yaitu pendiam, di saat teman-teman nya memiliki sifat bar-bar berbeda dengan Khanza yang memiliki sifat pendiam, bukan alumni pesantren namun seorang santri yang pondok pesantren ny...