Seusai Davin memakan makanan yang sudah di masak oleh Khanza ia akan berniat untuk pergi ke kantor milik Papa nya. Davin semenjak baru memasuki masa SMA nya ia di suruh untuk bekerja di perusahaan kantor milik papa nya itu. Perusahaan yang sangat terkenal di kalangan masyarakat dan juga perusahaan nya yaitu ada berupa mall, dan restoran. Dua perusahaan ini yaitu di bangun oleh Papa nya Davin saat beliau memasuki kuliah. Beliau kuliah di universitas Indonesia yaitu di Jakarta dan saat itu pun Pak Fathir —Papa Davin mengambil fakultas hukum.
Davin memakai jas kantor dan dasi kantor yang sudah melekat di leher nya. Davin akan menjadi penerus papa nya yaitu menjadi seorang CEO, dan ini Davin versi CEO muda yang masih tampan dan rupawan. Davin langsung mengendarai mobil miliknya menuju kantor perusahaan papa nya.
Hanya memakan waktu dua puluh menit Davin sampai di kantor perusahaan milik papa nya itu. Davin memarkirkan mobilnya terlebih dahulu dan setelah itu langsung memasuki ruangan besar milik pak Fathir. Davin langsung di sambut dengan ramah oleh mereka. Sebenarnya Davin jarang untuk kesini, ia kesini hanya di saat ketika libur sekolah dan tidak ada waktu.
“Selamat datang tuan muda Davin,” sapa salah satu karyawan laki-laki di perusahaan ini.
“Terimakasih, Wan. Oh ya, papa saya ke mana?”
“Beliau sedang di dalam ruangan, tuan.” Jawab Ridwan salah satu karyawan yang sudah menjadi kepercayaan bagi papa Davin.
“Baik, terimakasih. Saya ke sana,”
**
Saat ini Khanza berada di kamar asrama milik nya, ia sudah lama tidak berkunjung ke asrama ini dan langsung beda tentunya. Saat tadi Khanza memasuki asrama ia langsung di sambut dan di peluk dengan teman-temannya yang satu asrama dengan nya. Mereka sangat kangen pada Khanza dan saat ini Khanza yang sudah sebulan lamanya tidak berkunjung ke pondok pesantren seperti beda.
“Kamu ke mana aja ih?” tanya Farha yang mulai lebay.
“Kamu mau dengar cerita aku? Setelah dengar cerita dari aku, aku harap kamu jangan pernah membenci aku. Kamu boleh marah sama aku, tapi jangan benci dan diemin aku lama-lama.” Ucap Khanza tiba-tiba. Hari ini Khanza akan memberi tahu bahwa dirinya sudah menikah, ia akan bercerita kepada sahabat seasrama nya meskipun ia takut sahabat nya itu menjauh dari nya.
Tampak nya mereka sangat serius mendengarkan ucapan Khanza yang seperti butuh tempat cerita. “Kenapa?” tanya Zara.
“Aku udah nikah,”
“HAH?!” pekik mereka sama-sama. Khanza langsung menutupi telinga nya, bisa-bisa pendengaran nya rusak akibat terlalu mendengar teriakan mereka sama-sama.
“Kamu hamil?” celetuk Vina dengan polos nya bertanya seperti itu. Mana mungkin kan Khanza hamil di luar nikah, bisa-bisa ia di coret dari kartu keluarga dan di usir.
“Heh! Nauzubillah...., aku ini di jodohkan ih!” Khanza langsung menyentil bibir Vina dengan pelan.
“Apa? Di jodohin? Sama Gus atau sama badboy?” tanya Zara bertubi-tubi.
“Kok, kamu bisa ke pikiran ke Gus, sih?”
“Aku pernah baca cerita Wattpad, perempuan nya itu di jodohin oleh keluarga nya, dan aku pernah baca juga di jodohkan nya oleh Gus dan itu bikin aku salah tingkah. Terus, ada pula yang di jodohin nya seorang badboy dan nanti perempuan itu akan di posesif walaupun butuh kesabaran untuk membimbing,” ucap Zara menjelaskan nya.
“Kamu mah korban fiksi terus. Tapi, kalian marah nggak dengar ini? Maaf, aku nggak bisa undang kalian, karena pernikahan kami itu secara privasi. Ada sih yang datang Cuma rekan-rekan teman papa mertua aku. Dan, teman-teman ibu, mertua aku, saudara dari mertua, saudara dari ibu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAH, CINTA
Teen FictionKhanza Zafeera Az-Zahra, yang memiliki sifat berbeda dari yang lain yaitu pendiam, di saat teman-teman nya memiliki sifat bar-bar berbeda dengan Khanza yang memiliki sifat pendiam, bukan alumni pesantren namun seorang santri yang pondok pesantren ny...