HAPPY READING!!
maaf ya kalo baru up lagii"( semangat ku tiba-tiba hilang gitu aja, karena semakin hari semakin dikit. Ayo ramaikan!
Spam komen sekalian yaaaaa<3
**
Hari ini hari pertama Khanza memasuki sekolah baru, di mana sekolah tersebut milik Papa mertua nya Khanza. Wanita itu daftar di sekolah-sekolah umum yang sudah terkenal dari daerah sini. Selain sekolah nya yang luas, sekolah nya pun sangat nyaman dan bersih, bayaran nya pun tidak terlalu mahal. Biasanya seorang murid baru akan di tes bakat apa yang mereka punya.
Khanza memakai pakaian sekolah nya yaitu putih abu-abu, hari ini ia berangkat dengan suami nya menggunakan mobil. Sebenarnya Davin tidak mau berangkat dengan Khanza dia sudah ada janji dengan teman-temannya, namun paksaan dari Papa nya membuat Davin terpaksa harus berangkat dengan istri nya. Istri? Rasanya Davin tidak mengakui Khanza sebagai istri nya. Entah lah, sekarang belum bisa menerima tetapi nanti tidak tahu.
Mereka sudah ada di ruang tamu, di sana sudah ada bunda Vira serta suami nya dan juga makanan yang sudah tertera rapi dan banyak sekali. Sebelum itu, Khanza sebenarnya ingin membantu mereka yang sedang memasak. Namun, ART di sini menolak Khanza dengan alasan karena Khanza ini mantu dari pemilik Mension ini.
“Maaf ya, Khanza. Papa tidak bisa menghantarkan kamu ke sekolah, karena papa juga ada rapat dengan guru-guru dari sekolah lain.” Kata Papa nya Davin. Khanza mengangguk kepala nya membalas dengan senyuman. “Nggak apa-apa, Pa. Semoga sampai tujuan.”
“Aamiin...,”
“Maaf, Davin telat.” Pria yang sudah memakai pakaian sekolah dengan acak-acakan keluar kamar nya dengan membawa tas di satu pundak saja. Sudah kebiasaan bagi seorang Davin yang memakai pakaian seperti itu. Pakaian di keluarkan, atribut sekolah yang sangat acak-acakan, apalagi memakai dasi saja asal mengikat saja, pakai tas saja tidak benar. Sungguh ini mah nama nya preman sekolah.
“Astaghfirullah, Davin! Ngapain kamu pakai pakaian seperti itu? Niat sekolah atau tidak?!” tanya papa Davin dengan tegas. Kedua orang tua Davin melihat putra nya hanya bisa mengusap dada masing-masing, sungguh harus sabar mempunyai seorang anak seperti Davin yang susah di atur.
“Kamu jangan malu-malu kan Papa, nak! Kamu sudah dewasa. Sudah kelas 12!” Lagi-lagi papa Davin terus mengomeli putra nya yang susah di atur itu. Sedangkan Davin tidak peduli dengan ucapan Papa nya. Ia langsung memakan makanan yang sudah di sediakan di meja makan ini.
Khanza yang melihat suami nya hanya bisa beristigfar juga. Keluarga Angkasa pun langsung memakan makanan sarapan. Setelah sarapan selesai, Khanza berpamitan kepada mertua nya bahwa mereka akan pergi sekolah. Hari ini memang hari Senin, hari upacara. Biasanya kalau upacara atribut harus lengkap, karena Khanza siswi baru jadi dia hanya memakai pakaian putih biru dengan rapi serta jilbab yang lumayan lebar.
“Khanza sama kak Davin, duluan, ya? Assalamualaikum!” Khanza mencium pucuk tangan kedua mertua nya dengan sopan setelah itu menuju Davin yang sudah siap di dalam mobil. Katanya, Davin ini sudah jarang untuk berangkat sekolah menggunakan mobil, biasanya selalu menggunakan motor besar nya. Alasan menggunakan mobil karena Khanza tidak mau pernikahan ini di publish. Ia hanya menunggu waktu yang tepat. Selain itu juga, papa Davin meminta anak nya untuk berangkat menggunakan mobil karena motor besar nya akan di pakai sementara.
Di dalam mobil, mereka tidak mengobrol sama sekali, Khanza yang sedang sibuk memandang jalanan dan Davin yang sibuk dengan menyetir mobil nya sekali-kali melirik Khanza yang hanya melihat ke arah jendela mobil. Sebenarnya Davin tidak suka keheningan, ia ingin berniat untuk membuka pembicaraan, namun dari mana ia harus membuka topik pembicaraan? Karena seorang laki-laki tidak bisa membuka topik pembicaraan duluan dengan seorang perempuan yang asing bagi nya.
“Lo kenapa terima perjodohan ini?” tanya Davin membuka topik pembicaraan. Entah lah tiba-tiba diri nya ingin sekali bertanya soal tentang ini. Dulu, ia ingin menanyakan sebelum mengucap ijab qobul, namun Khanza tidak menerima jika berbicara hanya berdua tanpa di temani.
Karena mereka sudah sah, Davin pun tahu pasti Khanza kalau status nya berbeda pasti akan mau di ajak bicara dengan nya.
Khanza yang mendengar itu terkejut, apakah suami nya menanyakan pada diri nya? Tetapi hal aneh bagi Khanza, tumben sekali suami nya itu membuka topik pembicaraan duluan padahal selama seminggu Khanza cukup sudah terbiasa dengan ucapan-ucapan kasar yang di lontarkan suami nya.
“Kakak nanya Khanza?” bodoh sekali pertanyaan nya! Padahal di dalam mobil ini hanya mereka berdua aja tidak ada yang lain. Kenapa Khanza menanyakan seperti itu? Sungguh aneh tapi itu adalah Khanza.
“Gue tanya ke mobil depan. Ya, gue nanya lo, lah!” kata Davin.
Khanza hanya terkekeh mendengar ucapan suami nya itu. Davin melirik Khanza sedang tertawa kecil pun bingung dengan wanita itu. Kenapa bisa tertawa, padahal tidak ada yang lucu sama sekali.
“Lo kenapa terima perjodohan ini?” tanya Davin lagi.
“Tanya aja kepada orang tua kakak, kenapa membuat perjodohan ini.”
“Gue tanya ke lo!”
“Kakak juga apa jawabannya?”
“Gue tidak mau kakek nenek gue sedih lihat permintaan tidak di turuti oleh cucu pertama nya.”
“Sama. Aku juga gitu. Aku nggak mau membuat kakek nenek sedih di sana. Walaupun usia ku belum pantas bahkan usia ku masih remaja sudah berstatus menjadi seorang istri rasanya tak percaya.”
“Tapi, gue nggak cinta sama lo! Cinta pertama gue yaitu Nanda, kalau lo ketemu di sekolah, jangan apa-apa kan dia. Kalau lo sentuh, lo gue hukum!”
Khanza mendengar ucapan itu hanya bisa pasrah. Begini kah rasanya menikah dengan seorang pria yang masih menyukai wanita lain. Tetapi Khanza berdoa kepada Allah, agar pernikahan nya agar sakinah mawadah warahmah.
“Bukan kah istri sah pemenang nya, ya? Percuma pacaran kalau memang di sini sudah ada istri sah, nggak perlu yang haram-haram, yang halal juga ada. Ribet pacaran mah, hanya menambahkan dosa aja!”
“CK! Awas lo!”
**
Setiba sampai di sekolah milik keluarga Angkasa, Khanza meminta untuk turun di halte walaupun ia tidak tahu sekolah baru nya. Di depan sana ada seorang siswi memakai seragam yang sama dengan suami nya sudah pasti lengkap hanya saja Davin memakainya acak-acakan. Khanza pun menghampiri siswi itu, sebelum ia turun ke mobil ia juga salim kepada sang suami, namun karena Davin sangat malas menyentuhnya dan akhirnya Khanza lah yang memaksakan untuk mencium tangan Davin. Dia juga tidak peduli kalau Davin akan marah.
“Assalamualaikum,” ucap Khanza pada siswi di depan nya.
“Waalaikumsalam.” Karena siswi itu menatap Khanza dengan tatapan aneh karena ia baru melihat wanita itu di sekolah sini.
“Boleh bareng, tidak? Saya siswi baru, saya tidak tahu daerah sekolah ini. Nama saya Khanza, saya kelas 11.”
“Oh, siswi baru, ya? Salam kenal saya Ica saya kelas 11 juga.” Siswi bernama Ica pun memperkenalkan diri nya pada Khanza. Khanza pun tersenyum mendengar nya, walaupun ini sekolah baru tetapi Khanza bersyukur sudah memiliki teman baru.
Mereka pun berjalan menuju ke daerah sekolah, Ica menghantarkan Khanza ke tempat para guru. Ica juga menceritakan kalau kepala sekolah tidak masuk jadi Khanza tidak di hantarkan oleh kepala sekolah. Kalau Ica tahu kepala sekolah nya mertua nya sendiri, bagaimana? Setiba sampai di tempat ruangan pada guru, Ica mencari salah satu guru BK yaitu Bu Tuti.
“Assalamualaikum,” sapa Ica dan Khanza bersamaan.
“Waalaikumsalam, loh Ica, bawa siapa?” tanya Bu Tuti.
“Ini saya bawa siswi baru, Bu. Nama nya Khanza, dia kelas 11.” Jelas Ica pada Bu Tuti. Khanza yang merasa di panggil pun mengangguk kepalanya dengan sopan.
“Oh, Khanza yang di maksud Pak Angkasa, ya? Oh ya, nak. Kamu sekelas sama Ica, ya?”
Ica pun terkejut mendengar nya. “Jadi, Khanza sekelas sama saya, Bu? Alhamdulillah punya teman baru!” girang Ica dengan semangat nya. Nama lengkapnya sebenarnya Clarissa Tamara kerap di sapa Ica. Usia nya menginjak tujuh belas tahun duduk di bangku sekolah kelas 11 IPA 1. Siapa yang tidak mengenali nya? Ica ini siswi yang memiliki bakat menyanyi di sekolah, pernah juga memenangkan lomba menyanyi dengan beberapa kota, dan tentu Ica lah yang mendapatkan juara umum tersebut.
Khanza pun tersenyum, ternyata diri nya ada yang mau menerima kehadiran nya dengan baik. “Nama kamu siapa, nak?” tanya Bu Tuti.
“Nama saya Khanza Zafeera Az-zahra.”
“Cantik, seperti dengan orang nya.” Kata Bu Tuti.
“Aamiin.”
**
Khanza memasuki kelas baru dari sekolah baru nya. Ia berdua dengan Ica, Khanza duduk bersama dengan seorang siswi yang bernama Serly. Nama lengkapnya adalah Serly Fataya.
“Salam kenal, gue Serly. Lo duduk sama gue, ya?! Oh ya, jangan merasa takut duduk di sini, gue nggak jahat, kok. Walaupun di bilang wajah gue antagonis.” Kata Serly memenangkan Khanza yang terlihat wajahnya itu sangat gugup.
“Oke, Serly. Salam kenal juga, aku Khanza Zafeera Az-zahra, bisa di panggil Khanza aja.”
Kini pelajaran pun mulai, mata pelajaran pertama yaitu pelajaran bahasa Indonesia yang di ajarkan oleh Bu Naya. Guru yang paling baik hati tidak pernah memarahi siswa-siswi nya, yang memiliki sifat sabar. Khanza di suruh untuk memperkenalkan diri di depan teman-teman nya. Rasanya yaitu gugup, tetapi ia harus memulai memberanikan diri untuk tidak gugup di depan orang lain.Tangerang, 8 February 2023.
MAAF BILA ALUR NYA NGGAK JELAS!
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAH, CINTA
Teen FictionKhanza Zafeera Az-Zahra, yang memiliki sifat berbeda dari yang lain yaitu pendiam, di saat teman-teman nya memiliki sifat bar-bar berbeda dengan Khanza yang memiliki sifat pendiam, bukan alumni pesantren namun seorang santri yang pondok pesantren ny...