Hampir dua tahun yang lalu, di usianya yang menginjak 20 tahun, Jimin berhasil membujuk orang tuanya agar ia bisa tinggal di Korea Selatan. Tentu saja ada syarat yang harus dipenuhinya. Sang ayah mengizinkan Jimin tinggal di sana jika ia sanggup menunjukkan diri sebagai individu yang mandiri.Jimin bukanlah musisi brilian seperti ayahnya, tapi ia senang berpose di depan kamera. Waktu kecil pun ia sempat menjadi model, namun berhenti karena sibuk dengan sekolahnya. Minatnya di bidang fesyen didapatnya dari sang ibu.
Saat kepindahannya ke Korea Selatan, Jimin hanya ingin menekuni dunia fesyen, bukan modelling. Namun, saat sang paman menawarkan sebuah pilihan, Jimin melihat kesempatan untuk menggapai Jeno dengan lebih mudah. Oleh sebab itu, ia menerima penawaran tersebut dan debut sebagai seorang model di perusahaan label milik sang paman.
Tak butuh usaha besar untuk membuat namanya melambung seketika. Masyarakat dengan takzim menyambutnya bak angin segar dengan rupanya yang di atas rata-rata, didukung dengan latar belakangnya yang konglomerat.
Untuk sekarang, tak apa jika harus menunda mimpinya menjadi fashion designer, asalkan ia bisa lebih dekat dengan Jeno. Lagipula, mimpinya bersama Jeno lebih besar ketimbang cita-citanya itu. Jangan katakan Yoo Jimin payah, memandang cinta di atas segalanya, katakanlah ia gadis lugu yang belum paham arti cinta yang sebenarnya.
Seperti yang diceritakan sebelumnya, Jimin mungkin terlihat menyebalkan untuk orang-orang di sekitarnya. Meski tidak semua orang menganggapnya begitu. Buktinya, ia masih bisa akrab dengan beberapa artis lain di perusahaannya, termasuk personil Dreams. Ehem ... maksudnya personil Dreams selain Jeno.
"Oooi! Yoo Jimin!" Zhong Chenle―pria asal Cina, personil termuda Dreams―menyapa dengan semangat. Pria tampan berkulit seputih susu itu tersenyum lebar melihat Jimin menenteng sesuatu.
"Makanan dataaaang!" Na Jaemin―juga personil Dreams yang tak kalah tampan dan menarik dari teman-temannya―sama hebohnya melihat kedatangan Jimin. Kadang tingkahnya yang seperti ini sungguh tak cocok untuk badannya yang tinggi dan berotot.
Dua pria dewasa namun bertingkah seperti anak-anak itu menyambut Jimin, eh, maksudnya makanan dan minuman yang dibawa gadis itu. Hal positif lain dari Yoo Jimin adalah, ia tak akan segan-segan untuk menghabiskan uang demi membahagiakan orang-orang yang disukainya.
"Oiii!" Jimin menyambut high five Chenle, Renjun, dan Jaemin.
"Oooo, Yoo Jimin. Kekasih Jeno sudah datang." Berkat perkataannya, Chenle menerima tatapan tajam dari seseorang. Dari kelima anggota Dreams, hanya Chenle yang seumuran dengan Jimin. Mungkin karena alasan itu, Jimin paling cepat akrab dengannya dulu.
"Diam," protes Jeno.
"Tapi memang Jimin kekasihmu, kan?" Huang Renjun―pria asal Cina, personil Dreams lainnya―ikut menggoda Jeno dengan mulut penuh hamburger yang baru digigitnya. Dengan wajahnya yang terlihat polos, ia berhasil menambah kekesalan seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GORGEOUS
Romance[SELESAI] Yoo Jimin sudah kehabisan cara untuk menaklukkan hati Jeno. Jika menjadi musuh banyak orang adalah satu-satu cara untuk mendapatkan perhatian pria itu, ia rela melakukannya. Apapun resikonya. Dengan segala kegilaannya, Yoo Jimin mengaku...