CHAPTER 28 | THE MAGIC WORDS

1.2K 163 9
                                    

"I love you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I love you."

Jeno mengatakannya.

Dua kali.

Napas tertahannya ia embuskan perlahan. Panas dingin menyelubungi kepala dan punggungnya. Ia gugup, juga takut mendengar jawaban Jimin.

Jeno tak pernah seserius ini dalam masalah percintaan. Jimin bukan cinta pertamanya, bukan juga ciuman pertamanya. Tapi, semua perasaan yang hadir karena gadis itu, memberikan pengalaman yang sangat berbeda untuk Jeno.

Setelah beberapa saat berlalu, harapannya pun surut lagi. Jeno mengatupkan mulutnya, perlahan melepaskan tangan Jimin dari genggamannya.

Benarkah ia tak pantas diberi kesempatan?

Benarkah ia tak pantas dimaafkan?

"Kita belum berakhir, bukan?"

Jeno menatap Jimin yang terdiam di seberangnya. Semakin lama ia menunggu sebuah jawaban, semakin dadanya terasa sesak dan sakit.

"Kau ingin kita berakhir?" tanyanya lirih. Air mukanya terlihat semakin muram. Kedua sudut bibirnya tertarik ke bawah dengan sendirinya.

"Kau ..." Jeno berhenti sebentar, "Kau ingin kita sampai di sini?"

Sementara itu, Jimin masih mematung di tempatnya duduk. Apa yang didengarnya beberapa menit lalu, bukanlah hal terduga baginya. Ada perasaan bahagia saat ia mendengarnya. Tentu saja ia bahagia. Bagaimana tidak? Pria yang ia cintai, mencintainya juga.

Tapi, kenapa hatinya tetap merasa hampa? Kenapa ia masih saja terdiam setelah pria itu mengatakan hal yang ingin didengarnya selama ini?

"Aku tidak tahu," gumam Jimin setelah terdiam lama. Ia tidak tahu jawaban yang harus diberikan untuk pria yang jelas-jelas masih ia cintai. Air matanya pun sudah berhenti, entah sejak kapan ia tak ingat.

Lalu, mereka terdiam lagi cukup lama. Hanya ada sepasang mata yang saling menatap.

"Aku tidak ingin kita berakhir," lanjut Jeno, masih dengan suara pelannya. Ia menggigit bibir, merasa cemas jika ia akan benar-benar menangis di depan Jimin.

"Aku tidak peduli kau menginginkannya atau tidak, aku tidak akan melepasmu," ujar Jeno tanpa ada keraguan lagi.

Jimin memutus tatapannya dan melirik layar ponselnya yang menyala. "Aku harus pulang," katanya.

"Kau belum menghabiskan makananmu."

"Aku tidak lapar."

Jimin sudah siap untuk pergi saat Jeno menahan tangannya.

"Biar kuantar pulang."

"Tidak perlu. Aku bisa sendiri." Jimin melepaskan diri, lalu melangkah pergi.

***

GORGEOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang